⌂Jangan Sakit⌂
Dirga baru saja sampai ke UKS dengan tergopoh-gopoh dan memberitahukan pada anak ekskul PMR yang berjaga di sana. Salah satu dari mereka akhirnya pergi untuk memberitahu dokter jaga yang sedang menikmati waktu istirahatnya. Saat Dirga akan keluar untuk pergi menuju gudang kebersihan, Razka sudah terlebih dulu datang sambil menggendong Arya di punggungnya. Disusul oleh Naya yang ada di sampingnya dengan wajah yang kini memucat.
Anak-anak yang jaga langsung bergerak membantu Razka membaringkan Arya ke tempat tidur segera.
"Miss Orla ke mana?" tanya Razka pada salah satu dari anak jaga.
"Lagi di kantin."
"Kok di kantin sih!? Kan dia harusnya jaga!" ujar Razka tidak sabar.
"Dia udah jaga dari pagi, terus minta digantiin sebentar..." terang seorang anak perempuan berkacamata.
Razka mendecak keras. Ia melihat Arya yang sekarang masih kesusahan bernapas dan sebentar lagi bisa saja mati karena tidak bisa menghirup oksigen.
"Ya udah, sana lo panggil Miss Orla. Malah diem aja di sini! Ini anak orang kalo mati di sini, lo mau tanggung jawab, hah!?" bentak Razka pada anak jaga tersebut.
Naya meneguk ludahnya karena Razka kini berubah jadi garang tiba-tiba. Saat salah satu dari mereka bergerak keluar, Miss Orla bak malaikat penyelamat lalu memasuki ruangan serba putih tersebut.
Dengan stetoskop yang menggantung dan jas dokter yang membalut tubuhnya, ia langsung bergerak memeriksa Arya. Kalau digambarkan oleh Naya, Miss Orla sekarang ini seperti dokter-dokter yang ada di drama korea.
"Sudah berapa lama asmanya kambuh?" tanya Miss Orla pada Razka yang ada di sebelahnya.
Razka melirik ke arah Naya seperti meminta jawaban.
"Itu... kurang tau, Miss. Saya nemuin dia di gudang yang dikunci udah kambuh."
"Bawa inhaler?" tanyanya lagi kini pada Arya.
"Engga ada inhaler, Miss." Lagi-lagi Naya yang menjawab.
"Sudah telpon ambulance kan?" tanya Miss Orla pada salah satu anak jaga.
"Sudah, Miss."
Miss Orla yang sudah mendudukkan Arya itu kini masih memegangi bahunya sambil menyarankan segala hal supaya Arya dapat bernapas benar. Entah apa yang wanita paruh baya itu katakan pada Arya, mungkin seperti sugesti untuk membuat anak laki-laki itu lebih tenang atau semacamnya.
Naya masih berdiri tergugu di tempatnya. Kini Razka bahkan ada di sebelahnya. Dirga juga. Laki-laki itu masih berdiri di sana sambil membawa buku tugas musik yang belum juga ia kumpulkan.
Razka melihat ke arah gadis di sebelahnya berdiri. Gadis dengan rambut dikepang satu itu wajahnya pucat pasi. Ia dari tadi juga berdiri memegangi tangannya sendiri. Melihat ada keringat yang mengalir di pelipis gadis itu, Razka reflek menggerakkan tangannya untuk menyeka peluh tersebut. Saat ia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat yang mengalir itu, ia tak sengaja menyentuh pelipis Naya yang mana membuat gadis itu jadi langsung menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SM : AA
Teen Fiction❛❛Gue suka sama seseorang yang bahkan gue gatau apa warna bola matanya.❞ -SM. ❛❛Gue suka sama seseorang yang gue gatau hatinya buat siapa.❞ -AA. Naya sangat benci dipanggil dengan sebutan Shanay. Apalagi jika dipanggil dengan suara khas dari alien M...