00:20

421 59 7
                                    

⌂I am here⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂I am here


Gadis dengan kepangan rambut yang kini berantakan itu duduk di kursi ruang tunggu seorang diri. Ia menggigiti kuku untuk menyalurkan kepanikan yang tak kunjung pergi darinya. Berkali-kali ia arahkan pandangan ke arah pintu ruang gawat darurat dan pintu masuk. Berharap orang yang sedang dalam penanganan dokter itu baik-baik saja, dan berharap pula ada siapapun yang datang sekarang untuk duduk menemaninya di sini. Perasaan campur aduk dirasakannya menyeruak dalam diri. Ia ingin pergi dari sini tapi ia tak tega jika meninggalkan laki-laki itu. Dilema.

Saat sedang dalam masa-masa dilema seperti itu, dari arah pintu masuk tiba-tiba datang seseorang menghampirinya. Matanya yang menangkap sosok tersebut membuat ia langsung berdiri dari duduk.

Razka datang sambil membawa tas Naya. Ia menghampiri gadis tersebut dengan raut cemas.

"Arya gimana? Kata dokter apa?" tanya Razka langsung. 

Bahkan laki-laki itu masih tidak bisa menangkap raut takut dan panik dari gadis yang sudah ia dorong masuk ke ambulans tadi.

Naya masih diam menatap Razka lurus. Ia jengkel setengah mati pada laki-laki di hadapannya. Dia ini tidak mikir apa gimana sih!? Bisa-bisanya malah menanyakan keadaan Arya dulu ketimbang dirinya yang sudah jelas panik sejak saat masuk ambulans.

"Nay?" Pemuda tersebut melambaikan kedua tangannya ke depan wajah Naya. 

"Oh iya... ini tas lo," imbuh Razka sembari menyerahkan tas yang dibawanya tersebut.

Gadis itu menerima tas pemberian Razka dan masih diam saja. Razka merasakan ada sesuatu yang salah dari diri Naya tapi ia masih tidak mendapat klu apapun karena pada dasarnya ia tak tahu apa-apa.

Cukup lama Naya berdiri terdiam begitu saja di depan Razka yang sama diamnya juga. Naya tiba-tiba melemparkan tasnya ke arah Razka dengan kasar. Untungnya Razka bisa dengan sigap menangkap tas berisikan buku-buku itu dengan tangan, sehingga tas tersebut tidak sampai tersungkur ke lantai.

Naya menghela napas. Ia kemudian maju dan tangannya bergerak memukul-mukul Razka. Laki-laki yang terkejut karena menjadi sasaran amuk Naya tersebut melindungi dirinya dengan berusaha menangkis pukulan gadis yang lebih pendek darinya itu dengan tas yang ia pegang.

"Nay, lo kenapa sih?" heran Razka. Naya masih saja mengarahkan pukulannya meski tidak mengenai tubuh Razka.

"Lo jahat!" seru Naya. "Lo orang paling jahat yang pernah gue kenal!"

Razka kemudian menurunkan tasnya dan mencoba untuk menghentikan pukulan yang gadis itu layangkan padanya. Ia pegang pergelangan gadis di depannya tersebut. Meski sempat memberontak dan ingin memukul Razka lagi, gadis itu akhirnya menyerah.

Air mata yang sedari tadi ia tahan untuk keluar akhirnya pecah juga. Naya menangis di depan Razka. Membuat Razka hanya bisa tertegun melihatnya.

Naya menghentakkan tangan Razka yang masih memegangi pergelangannya dengan kasar. Ia angkat tangannya itu untuk menyeka kasar air mata yang mengucur. Perasaan campur aduk yang menggerogotinya sejak ia menemukan Arya di gudang, kini tumpah menjadi tangis. Ia takut, panik dan jengkel pada hal yang menimpanya hari ini.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang