⌂Badai⌂
Tawa mereka kemudian terinterupsi karena ada yang tiba-tiba masuk ke kamar Razka dan memanggil Naya.
"Kak Naya!" suara bocah perempuan yang menggema itu membuat keduanya meredakan tawa mereka.
Entah kapan sampainya, Naya mendapati Cila sudah berdiri di sisi seberang tempat tidur Razka. Gadis kecil itu memegang sebuah balon di tangannya. Balon berwarna merah muda polos itu mengapung tegak di udara.
"Ini buat Kakak!" ujar Cila sambil menyodorkan balon itu ke depan.
Naya sempat melirik ke arah laki-laki di sampingnya sebentar, sebelum akhirnya berjalan menghampiri tempat berdirinya Cila. Ia tak lupa membungkuk untuk menyamakan tinggi dengan anak kecil itu supaya lebih leluasa meladeninya.
"Wah... Makasih banyak. Kok kamu tau aja sih, aku suka warna pink," ucap Naya sambil tersenyum lebar. Tak lupa setelah menerima balon itu ia mengelus puncak kepala Cila.
Razka yang melihat adik perempuannya datang ke kamarnya sambil menggenggam balon, menautkan alisnya. Ia bertanya-tanya dalam hati darimana gadis kecil itu mendapatkannya. Sebuah pikiran kemudian terlintas dalam benaknya saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan dari mana sumber balon merah jambu tersebut berasal. Sebuah nama hinggap dalam pikirannya, tapi ia menggeleng menepisnya.
Tidak, tidak mungkin balon itu berasal dari dia. Dia tidak berada satu kota dengannya, jadi tidak mungkin dia tiba-tiba datang hanya untuk memberikan adik perempuannya sebuah balon. Iya kan? Tolong siapapun katakan bahwa apa yang ada di pikiran Razka benar adanya. Benar bahwa tidak mungkin dia ada disini. Sore ini. Di rumahnya. Saat Naya sedang bersamanya. Bahkan ia belum sempat menghabiskan sore bersama Naya dengan tuntas.
Razka menghela napas sebentar sebelum akhirnya beranjak dari sisi ranjang tempatnya beridiri. Laki-laki itu menuju ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Ia bermaksud untuk melongok melihat situasi luar. Memastikan bahwa keberadaan 'temannya' hanya pikirannya belaka. Sayang, usaha validasinya gagal ketika ia merasa dirinya ditubruk oleh seseorang. Orang yang menubruknya bukan saja langsung mendekap Razka tapi juga berseru dengan nada rindu, melantunkan panggilan kesayangan untuknya. Laki-laki itu bahkan sempat terhuyung ke belakang sedikit akibat mendapat serangan tiba-tiba.
"Babe!" seru perempuan berambut sama panjangnya dengan rambut Naya. Ia mendekap Razka dengan erat selayaknya orang yang sudah lama merindukannya, membuat laki-laki dalam dekapan erat itu wajahnya memerah bak kehabisan napas. Mungkin perpaduan antara kehabisan napas dan syok akan dekapan sosok wanita di depannya.
Disuguhkan dengan aksi tiba-tiba di hadapannya membuat Naya langsung menegakkan badannya selepas mengelus Cila dengan mamasang mimik wajah yang... tidak bisa didefinisikan.
Apa tadi yang didengarnya? Perempuan dengan rambut lurus sebahu itu, yang tiba-tiba datang menghambur ke pelukan Razka memanggil laki-laki itu 'babe'? Iya kan? Naya tidak salah dengar kan? Jika pendengaran dan otaknya tidak salah mengartikan, panggilan itu merupakan sebuah panggilan sayang bukan? Panggilan sayang yang umumnya dipakai orang-orang yang menjalin asmara. Yang Naya harapkan dapat ia ucapkan pada Razka suatu hari nanti. Namun, sore ini panggilan yang dia cita-citakan untuk dilontarkan pada Razka malah direbut oleh seorang perempuan yang entah datang darimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SM : AA
Teen Fiction❛❛Gue suka sama seseorang yang bahkan gue gatau apa warna bola matanya.❞ -SM. ❛❛Gue suka sama seseorang yang gue gatau hatinya buat siapa.❞ -AA. Naya sangat benci dipanggil dengan sebutan Shanay. Apalagi jika dipanggil dengan suara khas dari alien M...