00:21

356 57 5
                                    

⌂Sindiran⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Sindiran


Langit. Netranya sudah jelalatan dari tadi meneliti anak-anak yang masuk ke area kantin. Ia mencari gadis yang tempo hari sudah menjadi sasaran kesalahan amukannya itu. Bisa gawat kalau gadis itu melapor ke guru BK tentang apa yang telah ia perbuat. Tentu ia tidak mau dikeluarkan dari sekolah ini hanya karena menampar seorang anak perempuan. Ia setidaknya masih ingin ikut UN dan lulus dari SMA ini.

Keberlangsungan hidupnya di SMA ini bergantung pada Naya sekarang. Jika gadis cerewet itu keceplosan melapor pada Pak Jafar atau Bu Nawang maka habis sudah riwayatnya. Sewaktu Asthmathic Boy mengadu bahwa Langit memasang sebuah cctv berbentuk pulpen di salah satu bilik kamar mandi perempuan, laki-laki itu langsung dipanggil menghadap dua guru kedisiplinan tersebut.

Ia disidak habis-habisan. Bahkan diancam jika dia berbuat satu keonaran lagi yang melanggar tata tertib sekolah, maka dirinya akan segera dikeluarkan dari SMA Jaya Swara.

Sebenarnya saat insiden cctv di kamar mandi itu, tepatnya tempo hari lalu, ia sudah mendapat surat panggilan orang tua. Namun, Langit berkelit di depan duo serigala penunggu ruang BK itu kalau orang tuanya sedang ada di luar kota sehingga tidak dapat datang.

Tentu ia berbohong dan menyembunyikan surat panggilan itu rapat-rapat dari orang tuanya. Jika tidak, ia pasti sudah tinggal nama sekarang dihakimi oleh ayahnya di rumah. Bisa-bisa ia malah tidak diperbolehkan untuk melanjutkan sekolah lagi karena dianggap membuat malu keluarga.

Orang tua mana yang tidak malu coba, kalau anaknya ketahuan menaruh cctv di kamar mandi perempuan untuk mengintipnya saat sedang buang air. Langit memang sinting.

Saat ia sudah mengunci targetnya yang sedang berjalan dengan tiga temannya, ia lalu beranjak menghampirinya.

"Naya, gue mau ngomong sama lo..." kata Langit langsung. Naya hanya membalasnya dengan tatapan tajam nan sebal.

Ia benar-benar muak melihat wajah Langit. Melihat wajah Langit membuatnya jadi ingin mencakarnya.

Karena tak ada balasan dari Naya, laki-laki itu kemudian menyeret Naya supaya menjauh dari gerombolannya. Naya langsung memberontak tidak mau ikut.

"Eh, Lang. Jangan kasar dong!" sergah Raven.

"Mau dibawa kemana!" bentak Keisha.

Mereka bertiga langsung pergi mengikuti Langit dan Naya yang menjauh dari pintu masuk kantin.

"Lo kalo mau kasar jangan beraninya sama cewek doang!" bela Raven yang kini badannya berdiri di depan Langit membentengi Naya.

"Lo mau ngapain sih, Lang! Masih kurang puas nampar Naya ha!?" Giliran Tisya berseru dengan tatapan nyalang.

"Naya salah apa emang sama lo!"

"Eh lo kalo mau kasar jangan ke cewek yang lo ga kenal dong! Kalo lo butuh cewek yang dikasarin, coba berani ga kasar ke cewek lo sendiri!"

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang