00:45

288 41 4
                                    


⌂Usaha Pencarian⌂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⌂Usaha Pencarian


Kelima pemuda berseragam sudah dari tadi mondar-mandir mengintai gerbang rumah yang digembok itu. Baik mobil jeep maupun civic hitam yang biasanya menghias area rumah bercat putih itu tak kelihatan kerangkanya. 

Zufran masih saja sibuk melompat-lompat untuk mengintip bagian rumah lewat jendela dari luar gerbang. Sementara Dewa dan Odan berjongkok di depan gerbang. Kedua laki-laki itu mencoba membobol gembok besi yang mengunci gerbang dengan tusuk sate bekas dari tong sampah.

Berbeda dengan tiga temannya yang terbilang sedang melakukan usaha kriminal supaya bisa menembus gerbang dan mengetuk pintu rumah itu, dua orang lainnya sibuk memperhatikan saja. Langit bahkan sudah setengah menghabiskan rokoknya sambil duduk bersila di trotoar. Dari tadi ia menonton aksi duo tolol yang asyik menusuk-nusuk lubang gembok dengan tusuk sate. Lain halnya dengan Dero, wajahnya terlihat sangat lelah melihat aksi jejingkrakan dari si kapten futsal.

"Mentang-mentang kawasan sepi, terus kalian berani ngerampok rumah kosong ini di siang bolong?!" seru seorang perempuan.

"Gila ya! Mana masih pake seragam sekolah lagi! Udah berani banget jadi maling!" pekik perempuan berhoodie abu-abu dan celana pendek itu lagi.

Lima orang tersebut mau tak mau langsung menaruh perhatian pada perempuan yang menuduh mereka. Odan, Dewa dan Langit juga kini sudah berdiri. Zufran yang pertama kali mendekat ke arah perempuan tersebut sambil berkacak pinggang.

"Suka asal nuduh kalo ngomong!" kata Zufran. "Saya tuntut atas pencemaran nama baik loh ntar."

Alya yang mendengar perkataan itu menatap laki-laki di depannya datar. "Yang ada lo sama temen-temen lo ini bakal gue tuntut karena trespassing!"

"Tapi kan rumah ini bukan punya lo?" seloroh Dewa.

Kini pandangan Alya beralih ke arah laki-laki yang barusan bersuara itu. "Tapi gue kenal sama pemiliknya!"

"Yeee, kalo masalah kenal mah kita semua juga kenal sama yang punya rumah!" tukas Odan.

Dero memutar bola matanya sebal mendengar perdebatan yang tengah terjadi. Ia maju beberapa langkah sambil menepuk bahu Zufran. Isyarat tersebut dimengerti oleh Zufran sehingga ia bergeser sedikit. Sekarang giliran Dero yang ada di depan Alya.

Ekspresi perempuan itu masih lempeng-lempeng saja. Hal ini membuat Dero jadi menyeringai sedikit.

"Gini ya Teteh Geulis, kita ke sini cuma mau nyari temen kita. Namanya Arya, yang tinggal di rumah ini."

Entah kenapa panggilan teteh geulis yang terlontar itu membuat Alya jadi bergidik sendiri. Seumur-umur baru pernah ia dipanggil senyeleneh itu.

"Iya, bener kata temen saya ini, Teh. Kita ke sini bukan maksud mau begal, cuma mau ketemu Arya. Barangkali Teteh tau Arya kemana? Soalnya ini rumah sepi dari tadi." Langit ikut bersuara kemudian, usai mematikan puntung rokoknya.

SM : AATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang