10 : Sakit.
Kring. Suara bel SMA Velix sudah berbunyi dengan kencangnya membuat seluruh murid SMA Velix berhamburan dan berdiri dengan rapih sesuai kelasnya. Galaksi, laki laki itu sudah berdiri cukup jauh dari kelas Zoya.
Zoya hanya diam saja bersama Cempaka, Ana dan Alena. Mereka berempat sudah berdiri rapih di barisan kelasnya. Sedangkan Glen dan Robi juga sudah berbaris di samping Zoya dan yang lain.Zoya dan para teman temannya memang satu kelas dan duduk di kelas 10 IPA 2. Entahlah, Zoya juga bingung, kenapa bisa kebetulan satu kelas kepada mereka semua. Galaksi tersenyum tipis dan menatap Zoya yang sedang memejamkan matanya karena sinar matahari yang cukup panas.
Cukup lama Galaksi menatap Zoya membuat Gavin menoleh dengan rasa penasaran dan menatap arah yang Galaksi tatap. Ternyata, Galaksi sedang menatap gadis berambut panjang sedikit ikal itu siapa lagi kalau bukan Zoya. Anak dari bapak Wildan.
"Suka bilang." Ucap Gavin to the point dan tetap menatap ke depan. Galaksi menoleh dengan tajam dan mengacuhkan bahunya.
"Gak jelas elo!"
"Dih nyolot." Ketusnya lagi kepada Galaksi. Galaksi mencebikkan bibirnya dan berbaris dengan semula. Entahlah, jika Galaksi dan Gavin bersatu pasti percakapannya akan singkat dan kurang jelas.
Berbeda dengan Ana yang sudah histeris sambil menepuk pundak Alena keras. Alena yang merasa kesal menoleh kebelakang dan menatap Ana yang sudah histeris dengan senyuman yang merekah di wajahnya.
"Apaan si." Bukannya sensi. Alena terkejut karena Ana menepuk nya dengan kencang.
Ana tersenyum. "Jangan galak galak dong,"
"Iya apaan? Mau di mulai tuh," ujarnya kepada Ana. Ana menggigit bibir bawahnya dan menunjuk ke arah Gavin. Alena menatap arah tunjuknya dan menghela nafasnya.
"Gila kali ya elo main nunjuk orang aja!"
Ana cekikikan. "Abisnya mas Gavin cool banget anjrit. Bibirnya uwh..seksi," Ketawanya dengan pelan sambil menatap Gavin dengan tatapan terpesona. Cempaka yang berada di belakang Ana hanya tersenyum dan menoleh ke arah sana.
Cempaka menoleh dan menatap sosok yang membuat dirinya hancur saat malam itu. Detakan jantung yang berdetak kencang dengan memburu membuat Cempaka memalingkan wajahnya kembali. Gio, laki laki itu hanya menatap Cempaka intens dengan tatapan meminta maaf dan merasa bersalah.
"Maafin gue," gumamnya pelan dan menatap Cempaka yang sudah memalingkan wajahnya. Gio menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya sambil menatap sepatu hitamnya dengan lama.
Upacara pun akhirnya segera di mulai. Zoya yang merasa perutnya kosong langsung sedikit pucat dan memegang kepalanya. Alena yang berada di belakang Zoya langsung memegang pundak Zoya dari belakang membuat Zoya menoleh dengan bibir yang pucat pasi.
"Elo gak papa?"
Zoya memejamkan matanya sebentar. "Gak papa kok aku,"
"Muka elo pucat tapi,"
"Masa sih," ujarnya pada diri sendiri. Alena menganggukkan kepalanya dan menoleh ke belakang membuat Ana mengangkat dagunya.
"Zoya sakit pucat dia." Adunya kepada Ana. Ana melototkan matanya dan menatap sekeliling untuk meminta pertolongan. Tidak mungkin jika Zoya pingsan di lapangan.
Ghia yang notabenya wakil osis hanya berjalan jalan mengawasi semua murid SMA Velix. Karena merasa di sebelah sana sedikit berisik, Ghia langsung menghampiri dan bertanya ada apa. Galaksi yang sedikit mendengarkan suara ocehan Ana langsung menoleh dan menatap sosok Zoya yang sudah pucat sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zwilling : Kembar [end]
Mystery / Thriller(4) Sekuel ice boy #AnakAryo&Ara SERIES 2 (DUA) G sudah tumbuh menjadi sosok laki laki yang membuat siapa saja terpesona melihat ketampanan nya. Sifat yang berbeda membuat semuanya bingung dan heran. Galaksi yang bersifat dingin dan Gio yang bersif...