Wirklichkeit

512 49 2
                                    

46. Kenyataan.

Galaksi sudah duduk di kursi ruangan pribadinya. Ruang gelap yang hanya di isi oleh cahaya yang redup membuat Galaksi nyaman dengan hal itu. Galaksi memang menyukai kegelapan seperti ini. Dirinya memejamkan matanya untuk meredakan emosi.

Sehabis dari rumah orang tuanya. Dirinya sempat emosional kepada Aryo, papahnya sendiri. Bahkan Galaksi sudah membunuh 5 ekor kelinci untuk memuaskan hasratnya. Laki-laki itu sangat murka saat Aryo menyuruh dirinya untuk berkuliah di Amerika.

"AGRH!" teriaknya sambil menendang meja di depannya.

"Galaksi enggak mau pah! Kenapa harus Galaksi hah!? Kenapa bukan Gio aja!" marah Galaksi karena Aryo terus menerus memaksa Galaksi untuk melanjutkan pendidikan di Amerika.

Aryo tampak tenang dengan wajah biasanya. "Papah tidak menerima penolakkan dari siapapun. Papah tidak mungkin memisahkan adik kamu dan Cempaka. Apalagi Cempaka sedang hamil!"

"Ya tapi pah! Aku disini juga ada Zoya!" kerasnya dengan wajah yang sudah marah.

"Putuskan saja!"

Galaksi melototkan matanya. "Elo suruh gue putusin cewek gue?" tanya Galaksi dengan kata elo-gue. Aryo hanya diam cuek membiarkan anaknya tidak sopan. Aryo tahu, bahwa anaknya sedang emosi.

"Ya, kalau tidak mau——— kalian kan bisa ldr! Kamu hanya berada di amerika 7 tahun saja Galaksi."

Galaksi berdecih. "Galaksi enggak mau pah! Galaksi bisa kok kuliah di indonesia!" Aryo yang sudah malas bertele-tele langsung melemparkan buku tebal ke arah anaknya.

Galaksi mengamati buku itu tanpa mengambil. Karena merasa penasaran dengan buku tersebut, Galaksi langsung memunguti buku itu dan membukanya.

"Itu alasan papah!"

Toktoktok..

"Bos! Ada Zoya di depan," ujar Langit kepada Galaksi. Galaksi menoleh lalu menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu akan menemui gadisnya untuk terakhir kalinya.

Langit yang hanya di sahuti seperti itu langsung menutup pintunya. Laki-laki itu enggan menganggu waktu Galaksi. Entahlah, Langit tidak tahu masalah dari Galaksi.

Zoya yang sedang bermain bersama harimau kecilnya hanya tertawa dengan ria. Gadis itu sudah dengan asiknya mengelus bulu dari kinci, harimau pemberian dari Galaksi.

"Kinci, Papah kamu lama ya!" dumel Zoya sambil tertawa kepada anak harimau yang disebut Kinci. Gadis itu memang sudah sangat dekat dengan harimau kecil nan imut itu.

Galaksi berjalan menatap gadisnya yang sedang tertawa lebar. Hatinya terunyuh saat mengingat masalah itu. Hatinya merasa tidak tega, apakah ini jalan terbaiknya?

"Hai!" sapa Zoya dan hanya dibalas senyuman oleh Galaksi. Zoya yang masih tertawa bersama kinci tidak mempedulikan respon Galaksi.

"Bisa ikut gue?"

"Gue?" beo Zoya dengan kening yang mengerut. Sejak kapan Galaksi mengubah pola ucapannya kepada Zoya menjadi gue?

"Mau kemana?"

Galaksi tersenyum tipis lalu menggandeng tangan gadisnya agar tidak banyak omong. Galaksi merasakan nyaman dengan pegangan ini, rasanya sangat nyaman dekat dengan Zoya.

Zoya hanya diam memikirkan ada apa dengan kekasihnya.

"Kok di sini, kenapa enggak di dalam aja?" tanya Zoya karena Galaksi mengajak Zoya di taman gedung AXP. Galaksi mendudukkan bokongnya di kursi kayu panjang lalu menghebuskan nafasnya.

Zwilling : Kembar [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang