Chaos

517 37 8
                                    

jujur aja ini cerita ngapa jadi rumit kan author mikir keras... ya ampun, selamat membaca jangan lupa vote!

50. Kekacauan

Aslan memejamkan matanya sambil terus menghisap rokok yang ada di tangannya. Ya, laki-laki itu baru saja beristirahat sejenak agar otaknya bisa kembali fresh.

Malam ini gedung AXP terlihat sangat sunyi. Mungkin sebagian dari anggota AXP ada yang pulang kerumah masing-masing atau ada juga yang masih mengurusi kasus-kasus lainnya.

Aslan tersenyum kecut menatap bintang yang berkelip di atas langit. Pria berumur 20 tahun ini memejamkan matanya sambil membayangkan wajah gadis yang selama ini ada di otaknya. Bayangan wajah gadis tersebut mampu membuat Aslan tersenyum kecil. Aslan sangat tertarik dengan gadis kecil yang selalu ada bersama dirinya setiap hari. Aslan berbohong jika tidak menyukai Elisa, anak dari Dino lebih tepatnya anak bos-Nya sendiri.

Jika Dino tahu perasaan ini, pasti Dino akan marah padanya. Aslan memang awalnya akan menganggap Elisa sebagai adik, tetapi semuanya tidak bisa di tahan. Aslan juga seorang laki-laki yang memiliki perasaan kepada siapapun.

"Gue janji, gue bakal jagain Lo Sa," senyum Aslan tetap mengembang. Tanpa sadar, Galaksi sudah berada di depan Aslan.

"Ekhem!" Aslan yang berawal merebahkan tubuhnya di kursi kayu pun terkejut atas kehadiran Galaksi, Tuan mudanya. Dengan cepat, Aslan melemparkan putung rokok tersebut ke sembarangan arah.

"Eh, kenapa?" tanya Aslan.

Galaksi menatap Aslan dengan memincing. Laki-laki itu sempat mendengarkan ucapan Aslan. Dari sorot mata saja sudah terbaca bahwa Aslan memang tertarik dengan Elisa.

"Lo suka sama Elisa?"

Aslan tidak menjawab. Pria itu menetralkan kegugupannya. Bisa mati jika Galaksi tahu tentang perasaan ini.

"Nggak usah bohong! Gue udah denger semua, apa yang Lo omongin tadi." Aslan mendengus lalu menganggukkan kepalanya. Sudah kepalang tanggung, dirinya hanya mengangguk sebagai jawaban.

Galaksi manggut-manggut lalu menoleh menatap Aslan. "Gue yakin, Lo cowok baik yang bisa jagain Elisa. Menurut gue, gak masalah kalo Lo suka sama Elisa. Gue lihat-lihat juga, Elisa butuh banget kasih sayang, you know lah, Selama Om Dino koma, yang gue tahu dia jadi cewek liar, ya kan?"

Aslan menghembuskan nafasnya. "Gue tahu, makanya gue selalu jagain dia seketat mungkin. Gue gak mau dia terjerat yang enggak baik, apalagi kita tinggal di Amerika, dimana masih bebas!" jelas Aslan membuat Galaksi menganggukkan kepalanya.

"Gue gak akan lama di Amerika. Gue yakin hal itu, gue mohon——— jika nanti gue udah nggak di Amerika lagi, Lo jagain Elisa ya?"

"Tanpa Lo pinta, gue udah lakuin itu dari dulu!" tekan Aslan kepada Galaksi. Galaksi tertawa kecil lalu menatap ke depan dengan tatapan yang kosong.

"Kalo Lo masih cinta sama cewek yang tadi siang, kenapa nggak Lo coba deketin lagi?" Ini dia, mereka sudah mengobrol tanpa mengunakan embel-embel 'Tuan muda' serta bahasa baku.

"Gak ada kesempatan, gue rasa emang gue gak jodoh sama dia," Dia' maksud dari kata 'Dia itu adalah Zoya.

Aslan menepuk bahu Galaksi agar laki-laki itu tetap tegar. "Bisa, gue ngerasain kalau kalian berdua masih memiliki perasaan yang sama!" Galaksi hanya diam tidak menjawab ucapan dari Aslan.

Keduanya kembali terdiam dengan pikirannya masing-masing. Tanpa di sadari, ponsel Aslan berdering menandakan ada panggilan masuk. Setalah di cek, itu adalah Pak Lex, ya, itu adalah ketua bodyguard yang menjaga mansion.

Zwilling : Kembar [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang