glücklich

997 82 12
                                    

18 : Bahagia

Sesuai dengan janji aku kemarin aku bakal up. Ini tanggal 3 Juli, tanggal hari aku lahir. Semoga sukak!!

"Dito," gumam Gio.

Dito mengeraskan rahangnya dan berjalan untuk siap memukul wajah Gio. Gio menghindar dan bersembunyi di belakang punggung Cempaka. Cempaka menggelengkan kepalanya dan menahan agar Dito tidak memukuli Gio.

"Dia harus dibunuh. Dia brengsek!"

"Kak Dito dengerin dulu.." ujar Cempaka lirih. Gio tetap saja bersembunyi di belakang Cempaka agar suasana membaik dan tidak bergaduh.

"Gak bisa! Awas elo," ujar Dito dengan paksa dan menarik Gio. Gio diam dan memeluk Cempaka erat agar Dito tidak menariknya kembali.

"Lepasin anjing." Murka Dito dengan wajah memerah. Cempaka menggelengkan kepalanya dan mendorong tubuh Dito kasar.

"DENGERIN CEMPAKA DULU!"

Dito menghela nafasnya. "Okey. Gue dengerin sekarang!" Cempaka menganggukkan kepalanya dan menatap Dito dan Gio bergantian.

"Aku sama kak Gio udah baikan. Kak Gio mau tanggung jawab semuanya." Ujar Cempaka dengan satu tarikan nafas. Dito menoleh dan mengambil bantal sofa yang berada di sampingnya serta menatap Gio dengan tajam.

"Terus?"

"Terus, kak Gio mau nikahin aku."

Dito tertawa. "Elo serius?" Tanyanya kepada Gio. Gio mengangguk dan menatap sahabat lamanya.

"Sorry To, gue emang brengsek."

Dito menoleh dan memejamkan matanya sejenak. Setelah sudah, Dito langsung memeluk sahabat tercintanya ini. Giornad, ya sahabat tercinta Dito adalah Gionard. Dito memeluk dan menangis di dalam pelukan nya.

"Elo kenapa nangis si anjir,"

Dito tertawa. "Gue nangis sedih.. bisa bisanya gue jadi uncle nantinya..hiks.."

Bego bukan. Gio menahan tawanya dan memeluk sahabatnya erat. Ah, Gio sangat merindukan kawan gilanya ini. Cempaka, gadis itu hanya tersenyum dan menatap dua sejoli yang sedang berpelukan seperti Teletubbies.

___

Zoya masuk ke dalam kamarnya yang lumayan luas baginya. Hari ini, Zoya sudah berada di rumah nya yang berada di Indonesia. Ya, rumah ini adalah peninggalan rumah kakek neneknya Zoya. Nina, sebagai mamah Zoya hanya tersenyum dan menatap rumah besarnya yang sudah lama tidak di huni oleh nya. Rumah besar ini sudah dihuni oleh para pembantu dan penjaga rumah saja.

"Oppa dulu ganteng ya," ujar Zoya saat memandang foto foto yang sudah terpasang di dinding rumah ini. Nina yang sedang berada di ruang tamu menoleh dan terkekeh pelan.

"Iya dong, mamah aja dulu cantik."

"Papah?"

"Dulu mamah ketemu sama papah tuh disana." Ujarnya dan menunjuk arah keluar. Zoya mendudukkan bokongnya dan menatap sang mamahnya.

"Aku baru tau didepan sana ada taman. Kayanya selalu ramai deh,"

Nina tertawa terbahak-bahak. "Karena taman itu, mamah ketemu sama papah loh.."

"Mamah serius?" Ujar Zoya dengan takjub. Seorang Wildan bermain di taman?

"Serius sayang, dan kamu tahu tidak. Mamah saat itu mukanya lucu banget. Gembul." Sahut Wildan yang baru saja datang. Nina menoleh dan mengerucutkan bibirnya.

Zwilling : Kembar [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang