Abgeschlossen

651 47 2
                                    

45. Lulus

Hari terus berjalan tanpa henti. Zoya dan Galaksi juga semakin erat di dalam hubungannya. Bahkan, seluruh laki-laki enggan untuk mendekati Zoya karena gadis itu sudah di klaim sebagai kekasih dari ketua AXP yang beringas dan cuek.

Zoya hanya bisa pasrah dengan kelakuan dari Galaksi yang notabenenya adalah kekasih tercintanya itu. Entahlah, Zoya sangat mencintai laki-laki itu tanpa henti.

"Perut kamu sudah terlihat membesar, gimana kalau kamu putus sekolah dulu dan setelah melahirkan kamu bisa melanjutkan pendidikan kamu?" ujar Ara kepada menantunya, Cempaka.

Cempaka menatap perutnya dengan sendu. "Kalau memang ini yang terbaik buat Cempaka, Cempaka menerimanya Mah." Gio yang mendengar ucapan dari Cempaka langsung terdiam dengan seribu kesalahannya. Gio masih saja merasa bersalah kepada Cempaka, karena dirinya tidak terkontrol Cempaka yang menjadi korbannya.

Baru duduk dibangku kelas 10. Cempaka sudah mengalami seperti ini. Cempaka ingin sekali seperti anak remaja diluaran sana yang sedang asik bermain dengan para sahabatnya di sekolah.

"Cempaka pamit ke kamar dulu Mah, teman-teman, misi.." pamit Cempaka dan langsung berjalan meninggalkan mereka semua yang sudah berkumpul ria di taman depan milik Ara dan Aryo.

Dito yang tahu bahwa Cempaka sedang bersedih hati langsung berjalan ikut menyusul Cempaka.

"Gue tahu gimana perasaan Cempaka sekarang, pasti lagi hancur. Mending lo samperin," bisik Glen kepada Gio. Gio menoleh terdiam sejenak lalu berjalan berlari menyusul Dito dan Cempaka.

"Biarin mereka urusin masalah mereka terlebih dahulu." Instruksi dari Aryo mampu membuat seluruh anak AXP yang berada disini hanya menganggukkan kepalanya.

Sudah 7 bulan Cempaka mengandung anak yang ada di dalam perutnya. Cempaka terduduk lemas di atas ranjangnya. Perempuan muda berbadan dua itu sudah mengelus perutnya dengan jari-jarinya.

"Aku ikhlas kalau emang ini jalannya, pendidikan itu bisa nanti di lanjutin saat kamu sudah lahir.." gumam Cempaka dengan helaan nafas yang panjang. Dito yang mendengarkan ucapan dari sepupunya itu langsung memejamkan matanya sejenak menahan sakit didada. Baru saja hendak ingin masuk ke dalam kamar, Gio sudah menepuk punggung Dito membuat Dito menolehkan kepalanya.

"Apaan?"

Gio mendelik tidak suka. "Biar gue aja, gue suaminya!" Dito berdecak lalu berjalan meninggalkan Gio dengan wajah yang sudah kesal.

Gio masuk kedalam kamarnya lalu menutup pintunya. Gio langsung berjalan pelan ke arah dimana Cempaka menangis tersedu-sedu. Dengan cepat, Gio memeluk Cempaka agar gadis itu bisa tenang dan tidak histeris.

"Hiks.."

"Don't cry...."

Cempaka menoleh menatap suaminya dengan air mata yang sudah banjir di pipi. "Aku mau sekolah.. Apalagi besok ada ujian kenaikan kelas yang harus aku ikuti biar naik ke kelas 11."

Gio mengelap air mata Cempaka lalu menatap gadis itu dengan lembut. "Aku tahu, tapi ini jalan satu-satunya biar kamu juga enggak di bully karena hamil di usia muda,"

"Kenapa kamu jahat.." tangisnya dengan penuh kebencian. Gio memejamkan matanya menahan rasa sakitnya di dada. Ya, dirinya memang jahat.

"Aku emang jahat, aku udah ngebuat kamu seperti ini, aku emang jahat," sendu Gio dan tetap memeluk Cempaka dengan erat. Cempaka menangis sesenggukan lalu membalas pelukan hangat dari suaminya.

_____

"Girls! Pelajaran kedua mau mulai nih... yey!" heboh Ana dan Alena bersamaan. Glen serta Robi hanya tersenyum kecil membalas kehebohan dari kedua tikus siapa lagi kalau bukan Ana dan Alena. Mereka semua sudah berada di taman belakang sekolah. Seperti biasa, mereka akan istirahat disana bukan di kantin.

Zwilling : Kembar [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang