erfunden

915 70 15
                                    

26 : Jadian.

Galaksi sudah membawa Zoya ke dalam gedung AXP. Galaksi sangat mengkhawatirkan gadisnya ini. Ya, walaupun Galaksi belum menyatakan hatinya dengan terus terang. Tetapi Galaksi sudah mengecap bahwa Zoya adalah gadisnya, miliknya. Milik seorang Galaksi.

Zoya hanya menangis di dalam ruangan Galaksi. Zoya sangat takut dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Siapa yang sudah mengirimkan surat itu.

"Galaksi." Panggilnya dengan lirih saat Galaksi sedang fokus pada ponselnya. Galaksi menoleh dan berjalan ke arah Zoya yang sudah duduk di sofa panjang Galaksi.

"A–– aku takut." Cicitnya dengan pelan. Galaksi menghela nafasnya dan memeluk Zoya, untuk memberikan ketenangan.

"Ada gue disini. Elo lupa gue siapa?" Tanya nya kepada Zoya. Zoya melonggarkan pelukannya dan menatap manik mata Galaksi yang indah.

Galaksi tersenyum tipis. "Elo tidur aja, lupain apa yang terjadi hari ini. Bisa kan?" Zoya menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. Berdekatan dengan Galaksi membuat dirinya merasakan ketenangan dan kenyamanan.

"Aku siapa kamu si? Emang aku penting ya buat kamu. Aku takut buat kamu ri––" ucapannya terpotong karena Galaksi langsung mencium bibir Zoya dengan tiba tiba. Pasokan oksigen Zoya seketika habis, Zoya menahan teriakannya.

"Kenapa kamu ci––" lagi dan lagi, Galaksi menempelkan bibirnya kepada bibir Zoya. Zoya membulatkan matanya sejenak dan memejamkan matanya, merasakan ciuman ini.

Galaksi melepaskan ciumannya dan menangkup kedua pipi Zoya.

"Elo pacar gue." Jawab Galaksi singkat. Galaksi masih saja menatap manik mata Zoya yang sangat teduh itu.

"Pacar?" Beo Zoya. Selama dekat dengan Galaksi, Zoya belum pernah ditembak oleh laki laki itu. Dan sekarang, kenapa laki laki itu dengan seenaknya meng-klaim dirinya menjadi pacar.

Galaksi mendegus. "Elo lupa? Kita udah pacaran dari kemarin. Saat dimana gue bilang pacar di kantin belakang." Jelasnya lagi. Zoya langsung terdiam dan mengingat semuanya.

Seketika teringat apa yang Galaksi ucapkan. Jadi soal itu, bukan bercandaan?

"Jadi itu seriusan? Aku kira–– kamu kaya gitu, cuma kasihan karena aku kena pelecehan." Jawab nya dengan wajah yang polos. Galaksi terkekeh geli dan langsung bangkit dari duduknya. Zoya hanya diam menatap gerak gerik Galaksi yang sudah membuka kotak besinya. Mau apa Galaksi? Pikirnya.

Setelah dapat apa yang Galaksi cari. Galaksi langsung berjalan ke arah Zoya kembali dengan senyuman yang tipis di wajah nya. Zoya sedikit terpana dengan senyuman itu, senyuman yang membuat hati Zoya selalu bergerumuh hebat.

Galaksi berjalan dan berjongkok di depan Zoya membuat Zoya sedikit mengerutkan dahinya.

"Kamu mau ngapain? Kenapa gak duduk di sam––"

Galaksi mendegus. " Will u be mine?" Potong Galaksi dengan cepat. Zoya melototkan matanya dan melebarkan mulutnya dengan terkejut. Seorang Galaksi sudah berlutut manis di depan Zoya dengan sebuah baut besi yang sedikit besar.

"Kamu nembak aku?" Tanya nya tak mengerti. Galaksi menahan kekesalan nya dan menatap Zoya dengan tajam.

"Elo jadi pacar gue. Gak ada kata penolakkan di hidup gue! Ngerti." Ujar Galaksi dan bangkit untuk berjalan ke arah kursinya. Zoya terdiam kembali dan mencerna kata kata Galaksi.

"Kamu marah?" Tanya Zoya heran. Galaksi tidak membalikkan badannya membuat Zoya sedikit mendegus.

"Gak!" Ketus Galaksi dan mengangkat bahu nya acuh. Jelas jelas, Galaksi malu jika Zoya menolaknya.

Zwilling : Kembar [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang