Ini kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 12 mipa 5
Ini kisah tentang Rayyan dan Tiara, tentang bagaimana tuhan mempertemukan mereka, tentang seberarti apa seorang Tiara untuk Rayyan, juga tentang seberuntung apa Tiara memiliki Rayyan.
"Dia gak...
Dikit lagi 50k broooo Ayooo donggggg ajakin temen kerabat sodara klen klen ini untuk baca Rayyan 😚😚😚
Okeee laghhh
HAPPY READING!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gapaham gue juga kenapa dia bisa sganteng ini 😭
Istirahat pertama di pertandingan persahabatan, Rayyan langsung menghampiri Tiara yang tengah duduk dipinggir lapangan.
"Ini kenapa?" Datang datang mata Rayyan langsung tertuju pada luka kering dekat mata kiri Tiara. goresan luka yang lumayan panjang, dan sudah mulai membiru akibat infeksi karna tidak segera di obati.
"Jangan dipegang! perih," Tiara menahan tangan Rayyan yang ingin menyentuh lukanya. "Kena bola tadi pas futsal team kedua." Jujur Tiara.
Rayyan mengetatkan rahangnya, matanya menajam. Didetik selanjutnya ia menyeret Tiara ke tepi lapangan sebrang sana, tempat team team berkumpul untuk pengumuman juara.
"Minta maaf." Ujarnya tak terbantah
"Minta maaf!" Ulang Rayyan dengan ekspresi menyeramkan. Mereka saling senggol, karna sejujurnya tidak ada yang menendang bola kearah Tiara.
"Sorry Ra, gasengaja." Akhirnya salah satu dari mereka berbicara mewakilkan.
Tiara yang juga merasa tidak enak mengangguk cepat, ia sudah yakin pasti tidak sengaja tadi. Rayyan kembali menariknya, langsung menuju kantin.
Tiara ingin menolak namun terlalu takut melihat tatapan Rayyan sekarang. Mana genggaman tangannya kuat, Tiara sempat meringis pelan.
"Rayyan! Rayyan .. sakit Rayyan .." cicitnya.
Rayyan langsung mengendurkan genggamannya, mengelus beberapa kali pergelangan tangan Tiara dengan lembut. "Maaf." Masih dengan ekspresi marahnya.
Sesampainya dikantin, Rayyan langsung menarik kursi dan meninggalkan Tiara sendiri, ia mengambil makanan dan langsung menyodorkannya pada Tiara.
"Makan." Titahnya mutlak. Enggan mendengar bantahan sedikit pun.
"Riska! Tolong handle bentar ya, Gue makan dulu." Tiara meminta tolong temannya. Riska mengangguk dan langsung pergi dari kantin.
