Ini kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 12 mipa 5
Ini kisah tentang Rayyan dan Tiara, tentang bagaimana tuhan mempertemukan mereka, tentang seberarti apa seorang Tiara untuk Rayyan, juga tentang seberuntung apa Tiara memiliki Rayyan.
"Dia gak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ara ngapain disini? Kata Rayyan kamu mau dijodohin, sana sama calon kamu aja...." dengan keadaan terbaring Oma berbicara, menatap Tiara penuh gurau dan canda.
Tiara membrenggut, mencebikkan bibirnya, sambil menatap Rayyan ia menunjuk Oma. "Rayyan... Omanya tuh, ihhh masa aku diledekin mulu!" Keluhnya, sembari menghela nafas.
2 hari yang lalu, tiba tiba saja Oma sembuh total. seperti keajaiban, semua saraf sarafnya kembali berfungsi dan berkerja dengan semestinya, peredaran darahnya lancar, dan dalam tekanan yang pas.
Rayyan bahagia bukan main, ia tak henti hentinya menebar senyum di hari itu.
Rayyan menggeleng sambil tersenyum kecil, Tiara duduk di kursi roda nya, mengadu terus menerus kepadanya sebab Oma yang selalu meledeknya. "Orang aku nolak dijodohin!"
"Tetep aja kamu bakal dijodohin."
"Oma...... isshhh," Tiara berdecak, bibirnya maju dua senti. Rayyan datang, langsung mencubit hidungnya dengan gemas, menyerahkan mangkuk soto buatannya kepada Tiara. "Udahan berantemnya, makan."
Rayyan baru akan menyuapi Omanya bubur, Tiara menahan lengannya. "Kamu suapin aku." Titahnya sedikit berbisik, menatap horor kearah Oma yang mulai bangkit dari tidurnya. "Rayyan suapin Oma lah,"
Tiara menautkan alisnya kesal. "Oma udah sembuh!"
Oma menjulurkan lidahnya. "Kamu juga udah."
"Kaki aku sakit!"
"Emang kamu makan pake kaki?"
Rayyan langsung menarik kursi, duduk diantara bankar Oma dan kursi roda Tiara.
"Udah mau jadi istri orang juga, manja terus!" Tiara nyerah, jarang sekali Oma menggodanya seperti ini, tidak kelar kelar. "Omaa... aku nyerah deh, udahan. Jangan gitu lagi," pasrahnya.
Oma tertawa senang, melihat wajah Tiara yang memelas karna kalah itu sangat lucu. Rayyan menggeleng saja, tersenyum kecil melihat interaksi mereka.
Tiara mengintip Oma yang sedang makan bubur ia cekikikan. Setelah mengunyah makanannya dengan cepat. "Kasian deh... udah tua makannya bubur, kaya bayi ajah." Celetuknya mengundang.
"Mana gak di sayang cucu... cucunya lebih sayang ara." Tambahnya mengundang. Oma menyeringai dan terkekeh kecil. Ia menarik kepala Rayyan dan mendekapnya pelan. "Sana sana jangan deket deket cucu Oma, kamu mau dijodohin!"
"Iya! Iya! Bercanda! Jangan ngomongin itu terus oma rosaa, cucunya buat aku sini." Kekeh Tiara sambil menarik Rayyan lagi, agar kembali menyuapinya.
"Jangan iseng."
"Hehehehe.."
Brakkk
Pintu terbuka, Aqila menyerobot masuk sambil merentangkan tangannya. "Omaa!!!" Jeritnya kencang. Lalu menubruk wanita berumur itu. "Neng kangen Oma, jangan sakit lagi...." cicitnya diselingi isakan.
Beberapa saat setelah Aqila datang, kawan kawannya berangsur angsur ikut masuk kedalam ruangan. "Asik, Oma sembuh!"
Mereka memang janjian berkumpul untuk membahas kasus Tiara, mengumpulkan bukti bukti dan melakukan timbal balik pada Tania.
"Ruangan sana aja, Oma biar istirahat." Titah Rayyan. "Jangan, Oma mau denger juga." Semuanya tidak jadi pergi.
Semuanya menatap Rayyan meminta jawaban, Rayyan mengangguk, dan mereka tidak jadi pergi. "Kayak yang gua prediksi, semua guru di bayar buat tutup kasus ini." Adzlan berbicara sambil mengupasi Shafa kulit jeruk. BULOL SKIP!
"Semua jejak rekaman, beneran clear dihari itu, mereka buat seakan akan beneran gak terjadi apa apa di hari itu." Alisha mengangguk mendengar penjelasan Ayana. "Anak anak yang ikut ngeroyok lu juga pindah ra, ilang tanpa jejak."
"Bahkan base aja sok sok an tutup mulut anjing! Gak ada nyiarin berita apa apa, Tania setan!" Semuanya melotot kaget, Vanny ini toxic tidak tahu tempat. Ada Oma juga. "Ada Oma dongo."
Vanny nyengir setelah Shafa mencubit pahanya. "Maaf Oma, kelepasan emosinya." Oma tertawa kecil, memaklumi.
"Tapi kalian ngikutin omongan gue kan? Jangan bikin pergerakan dulu," semuanya mengangguk, namun Ralland sedikir keheranan. "Lu kenapa menyabar nyabar diri ra? Biasanya lu senggol dikit aja bacoknya berkali kali. Sekarang lembek gini."
Semuanya ikutan setuju. "Ra.. kalo lu trauma atau ada takut, lu gak usah turun tangan, kita kita bisa nyelesain Tania." Ayana ikut bicara, Vanny menabok meja beberapa kali.
"BENAR! MARI KITA JAMBAK SI CABE ITU!" Agaknya nama MPK yang jelek masih menjadi dendam tersendiri untuk Vanny pada Tania
"No offenss ra, tapi kalo emang iya, lu ada rasa trauma atau gimana, serahin aja semua ke kita." Niella ikut menyahut, menatap karibnya dengan penuh kekhawatiran.
Rayyan juga kini menatapnya, dalam dan bertanya tanya. Benarkah? Sebetulnya Tiara mengulur waktu karna ada trauma?
Tiara agak termenung, tergugu dan mulai bingung. Namun buru buru ia membantahnya. "Nggak! Bukan karna itu, gua gak mau hasilnya kosong aja, gua gak mau dia gak ngerasa nyesel, gua gak mau juga kalian di serang balik, karna nyerang Tania tanpa bukti apa apa."
"Sekalipun kalian bergerak, kalo gak bawa pegangan sama gagasan, hasil akhirnya gak bakal memuaskan. Dan gua gak suka itu."
Mereka mengangguk setuju. "Tapi jujur ra... agak nyerah gua juga nyari bukti. Bawahan papah juga gak dapet dapet." Tutur Adzlan jujur. "Iyaa... gua berkorban gak drakoran minggu ini, tapi sia sia ra... tania emang gak bisa diremehin." Kata Layla.
Tiara menyeringai, mengusap pipi Rayyan dengan pelan. "Gue gak perna nyuruh kalian nyari bukti sampe kaya gini... gue cuman minta, kalian tahan diri sama coba ulur waktu dan cari timing yang pas."
"13 januari abis liburan, dia punya acara, ngundang semua temen temennya dari 3 sekolah, di cafe bokap gua daerah kemang." Varo yang sedari diam akhirnya bersuara.
"Pas gua cek lebih lanjut. Tania rayain perusahaan bokapnya yang berhasil dudukin pringkat 1 se-Asia." Ralland menunjukan ponsel nya yang berupa data data yang ia cari tahu lebih lanjut.
"Lu udah dapet bukti ra emang?"
Tiara menolehkan kepalanya, pada Aqila yang duduk di samping bankar sambil memakan bubur Oma, bahkan menghabiskannya. saling suap menyuap dengan Arya. "Kita punya pakarnya."