Ini kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 12 mipa 5
Ini kisah tentang Rayyan dan Tiara, tentang bagaimana tuhan mempertemukan mereka, tentang seberarti apa seorang Tiara untuk Rayyan, juga tentang seberuntung apa Tiara memiliki Rayyan.
"Dia gak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedatangan tamu bulanan adalah hal yang sejujurnya sangat Tiara benci. Karna itu betulan tidak enak, kram perut, sakit pinggang, moodyan, gampang terbawa suasana. Semua sifat kekanakan yang Tiara benci akan muncul saat ia kedatangan tamu.
"Sakit..." cicitnya sembari meremas tas. Matanya sudah basah, kalau bukan di tutup sweaternya, paling paling Aqila akan mengabadikan wajah sengsaranya.
Rayyan datang dengan nafas memburu, masih mengenakan baju futsalnya. Ia mengecek keadaan Tiara. "Aku kelamaan ya? Maaf."
Tiara sudah sesenggukan. "Sakit.." adunya.
Rayyan mengangguk, menggapai tas Tiara lalu memakainya. "Ayo pulang, ayo." Tiara di papah, namun karna langkahnya yang terlalu lama. Rayyan akhirnya jongkok. "Naik." Titahnya.
Tiara yang malas berdebat akhirnya pasrah, ia naik ke punggung Rayyan dan memeluk lehernya erat. "Kalo aku berat maap, kemaren lupa diet."
Rayyan langsung berjalan, malas menanggapi Tiara yang lagi lagi susah untuk di beri tahu. "Ngga diet, ngga diet maksudnya, cuman aku lupa ngurangin porsi makan aja kemaren."
Ya apabedanya?!
Rayyan tetap diam. Tiara yang panik sendiri. Ditambah acuan hormon sialannya yang malah menimbulkan air menetes melalui ujung matanya.
"A! Tuker." Rayyan melempar kunci motornya, meminta tukaran kendaraan. Arya mengangguk menyomot kunci mobilnya, lalu melemparkan balik kearah Rayyan.
"Iyaa.. maaf Rayyan maaf..." Tiara mengulangi kata kata itu berkali kali, dengan masih sesenggukan. Lalu Aqila lewat, bibirnya melengkung, tidak tega melihat Tiara yang seperti itu. "Maapin Rayyan bego! Kasian ara..." sepatu melayang, mengenai kepala belakang Rayyan.
Saat menoleh, Aqila pun sudah banjir dengan air mata. "Maafin ara! Kasian! Nangis nangis gitu." Aqila meraung, kejer sendiribdia di tengah tengah koridor bawah yang mengarah ke parkiran.
Rayyan memejamkan mata, pusing, sangat pusing dirinya sekarang. Kepanikannya akan Tiara, belum lagi perkara diet bangsat itu yang sering Tiara lakukan, lalu lanjut kelakuan Neng yang minta di gaplok.
Setelah pawang Aqila datang, Rayyan memilih pergi, masuk ke mobil Arya, memberikan Tiara susu beruang hangat. "Minum dulu." Tiara manut dengan segera, membuka kaleng minuman itu dan menenggaknya.
Rambut acak acakan yang sudah bercampur kringat Rayyan rapikan, mengumpulkan rambut panjangnya dalam satu genggaman, dan mengikatnya dengan asal.
Lanjut menyalakan air conditioner mobil. Dan menyamankan kursi duduk Tiara. Melihat wajah pucat Tiara, juga tangannya yang terus menerus meremas perut membuat Rayyan kebingungan sendiri.
Tiara itu tidak bisa minum keranti, tidak pernah juga minum jamu obat datang bulan. Selain karna rasanya yang tidak di suka, kadang obat obat seperti itu tidak berpengaruh sepenuhnya.
Cup
Kening Tiara di sosor olehnya. Hanya sekejap, namun beberapa saat.. paham gak? Jadi kaya bentar, tapi di tahan di jidat.... sekian penjelasan keuwuan ini.
"Jangan sakit."
•●•
Pukul 2 dini hari, jendela kamar Rayyan di ketuk berkali kali. Rayyan yang memang belum tidur heran. Siapa sekiranya?
Saat gorden di buka, Nampak Tiara dengan penampilan acak acakan, dan isak tangisnya. Rayyan langsung membuka pintu balkon kamarnya. "Ara?" Tiara langsung masuk, menyembunyikan diri dalam selimut Rayyan mrlanjutkan tangisannya yang entah karna apa.
Rayyan bingung, ia tidak tahu kenapa tiba tiba Tiara seperti ini, belum lagi ada bercak darah di lantai tempat Tiara berpijak tadi, ia menoleh kebawah. Gadis itu berarti memanjat untuk mencapai balkonnya.
Tak mau memperkeruh suasana dengan mencecar Tiara pertanyaan, Rayyan malah keluar kamar, mengambil kompres air hangat dan kotak p3k.
Di kasur Rayyan, di dalam selimutnya Tiara masih meraung raung, menangis pilu entah apa penyebabnya. Ia bahkan tidak memperdulikan kedua kakinya yang penuh dengan luka.
Ia membuka selimut sedikit, menarik kaki Tiara lalu membersihkannya, mengompres dengan air dan menempelkan beberapa plaster. Semuanya dikerjakan dengan lembut, penuh kehati-hatian tanpa tekanan.
Selimutnya Rayyan tarik perlahan, Tiara masih sesenggukan dengan hebat. "Kenapa?" Ditanya seperti itu Tiara langsung kejer lagi. Tak ada pilihan lain, Rayyan memeluk gadis itu sayang. Mendekapnya erat, seperti menjaga bayi.
"A-ku ghak ma-mau RayYan.. ak-khu gak mahu."
Tiara menggeleng kuat kuat. "Gak mau di jodohin Rayyan..." Rayyan menegang. Maksud dari ucapan Tiara itu apa??
Kesian mo di jodohin... Kira kira Rayyan gimana ya... Ama gua aja rayyan nya yekan...