biar ceffat sembuh

1.3K 119 4
                                        

"Pukulan di pipi pasien, mengakibatkan 3 gigi gerahamnya patah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pukulan di pipi pasien, mengakibatkan 3 gigi gerahamnya patah."

"Pasien terkena banyak pukulan disekitar kepala belakangnya, ini lumayan berisiko tinggi, tapi beruntung pasien tidak apa apa. Hanya ada sedikit ketegangan saraf otak." Jelas dokter.

"Lalu bagian kaki kiri, ada keretakan di sekitar tulang keringnya, juga patah diantara ruas ruas jari, dan pergeseran tumit." Dokter memperlihatkan visum tulang Tiara yang retak.

Rayyan masih mencoba mengontrol seluruh emosinya, demi tetap fokus pada penjelasan dokter.

"Luka luka yang lain termasuk luka ringan, karna lecet dan bekas cakar saja." Rayyan mengangguk paham, Dokter menyuntikan Vitamin kedalam Infus. "Jika dalam 3 hari kedepan pasien belum menunjukan pergerakan kesadaran, maka dia dinyatakan koma." Rayyan menutup matanya, mencoba tersenyum, berterimakasi saat dokter mulai meninggalkan ruangan.

Nafasnya memburu, tangan mengepal, rahangnya mengeras, seluruh emosinya sudah berada di titik terluar. Tinggal tunggu pelampiasannya saja.

Namun Rayyan memilih menarik kursi, duduk mendekat kearah bankar. Ia mengambil tangan Tiara, menempelkannya di pipi guna meredam amarahnya. Mata Rayyan memejam, karena nyaman menumpukan pipinya di telapak tangan Tiara.

Lama lama air menetes dari kedua ujung matanya. Sambil mengecup pergelangan tangannya Rayyan berucap. "Udah berapa kali aku bilang, jangan sakit ara..."

Di ujung pintu sana teman temannya ketar ketir setelah menguping penjelasan Dokter pada Rayyan. Ralland datang menggunakan piama tidurnya. "Eh demi Allah gua kaget anjing."

Varo mengangguk setuju. "Gimana bisa seorang Tiara kena bully? Tiara lohhh, Ti-a-ra. Tuh cewek bar bar anjir, senggol dikit aja kena tabok orang. Gak masuk di akal anjir."

"Ini gimana sih ceritanya?? Si neng ama Alisha mewek barengan gini." Ayana yang matanya sudah berkaca kaca menghela nafas. "Pas jam istirahat kedua, Tiara mau kekamar mandi ditemenin Alisha, karna nyokap Sasha baru balik, dia minta jemput, singkatnya Alisha pergi jemput nyokap ke bandara."

"Pas jam pulang tuh emang pada aneh sebenernya, anak anak lantai tiga pada bingung tiba tiba kamar mandi ada perbaikan, gua juga kaget dan gak ada kepikiran Tiara anjir."

Layla dan Vanny menenangkan Alisha yang menangis terisak, terus menyalahkan dirinya. "Gua harusnya gak ninggalin Tiara."

Arya melirik Aqila yang tertidur di pelukannya, dengan mata membengkak, dan nafas yang masih belum teratur. "Tadi pas mau tidur, dia tiba tiba nangis abis mainan laptop, dia kejer dan langsung minta ketemu Rayyan." Jelas Arya.

"Dia cenayang apa gimana anjir?" Heran semuanya, setiap ada persoalan pasti Aqila juru kuncinya. "Dia kan... penulis kita."

•●•

"Sakit! Sakit! Sakit sha! Buset!" Alisha tak menghiraukan jerita Tiara, ia terus menangis dan meminta maaf.

"Ha-harusnya ghua gak ning-ninggalin lu ra.. maaafff.." ujarnya tersedu sedu.

"Bukan salah lu Alisha...." Tiara akhirnya mengalah, menahan rasa sakit di lengannya, demi membalas pelukan Alisha.

Tak berselang sedetik, tarikan paksa melepas pelukan mereka. "Paham sakit gak?" Rayyan yang menarik rupanya. Alisha mencebik menatap Rayyan sinis. "Udah awas! pada keluar!"

"Woooooo!!" Semuanya bersorak, melempari Rayyan dengan kacang polong yang tengah mereka makan. Ini sudah 8 jam setelah Tiara sadar, teman temannya dilarang masuk selama itu oleh Rayyan. Tapi begitu masuk, belum ada 30 menit mereka disana mengobrol sana sini dan mencecar Tiara pertanyaan. Pawangnya sudah kembali mengusir mereka.

Tiara terkekeh saja. "Keluar. Udah 30 menit." Rayyan memencet remot control, membuka pintu ruangan ini dengan lebar. "Buruan!" Lagi lagi mereka bersorak heboh, kesal karna Rayyan kekeuh mengusir mereka.

"Berdua duaan lu! Setan ke tiga nya!" Niella yang terakhir keluar.

"Lu."

"Apaan gua?" Jawab Niella.

"Setan." Niella misuh misuh sendiri, ia menendang pintu untuk membuat Rayyan kesal. Rayyan berjalan menuju ujung nakas, mengambil infus baru, lalu dengan telaten menggantinya.

"Kamu nyuruh mereka keluar, tapi kamu nyuekin aku!" Tiara cemberut, memajukan wajahnya untuk bisa menganalisa Rayyan ada apa. Bukan menjawab Rayyan malah membuang nafas dengan kasar.

Matanya meneliti Tiara dari atas kepala, melihat benjolan kecil berwarna biru keunguan di dekat pelipisnya, Rayyan maju, mendaratkan kecupan pelan dan lembut di atas benjolannya.

Tiara membeku, terkejut dengan apa yang Rayyan perbuat. "Ka-kamu.."

Rayyan lanjut menatap memar di pipinya seperti bekas tamparan, Rayyan kembali memberinya kecupan singkat. Lalu begitu turun menatap luka di sudut bibirnya, lagi dan lagi sepertinya niat Rayyan akan sama, kembali mengecupnya.

Jantung Tiara berpacu saat Rayyan kembali maju, dan.....

Cup

Kecupan itu benar benar menempel di ujung bibirnya. Tiara membeku, mematung, terpaku, dan segala macam jenisnya. Jantungnya berpacu dengan kecang, ia mengerjap tak percaya. Benda kenyal dan hangat milik Rayyan menempel di ujung bibirnya.

Rayyan tersenyum kecil. Lalu mengacak rambutnya pelan. "Biar cepet sembuh."

________________________________

...bersambung...

Rayyan Yazid

Tiara Arska Adijaya
Ayana Alicia eralstone
Thealisha Clark
Galeaqila Wdyatmaja
Shafana Azalea
Layla Almira
Daniella Jeslyn
Vanny saputri orlando
Naufarya Alphatana
Ralland Arphin maldrick
Alvaro

Xixixixi

Gimana? Next gak??

Maap lama wkwkwk
Spam next buruuu

Rayyan | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang