Ini kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 12 mipa 5
Ini kisah tentang Rayyan dan Tiara, tentang bagaimana tuhan mempertemukan mereka, tentang seberarti apa seorang Tiara untuk Rayyan, juga tentang seberuntung apa Tiara memiliki Rayyan.
"Dia gak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warning!!! Terdapat adegan 50++ Bagi yang belum memenuhi umur harap tidak membaca sebab menyebabkan kecanduan yg berlebihan.
Here we go!
"Sumpah mama papa gak kesini?" Ia membuang ponselnya, setelah Rayyan beri tahu keadaan Tiara kedua orang tuanya malah memilih berkunjung pada keluarga calon tunangannya.
Katanya nenek dari anak yang akan di jodohkan dengan Tiara sakit dan di rawat. Mata Tiara memanas, terlepas dari perjodohan itu, Tiara kini merasa di buang, merasa tidak di perhatikan lagi
"Aku kan juga sakit!" Ia mengadu pada Rayyan.
"Iyaa kamu sakit, siapa bilang kamu sehat."
"Ih tai! Gak jelas tuh keluarga!" Dumelnya, Tiara muak, keluarga calon tunangannya seperti memonopoli kerja otak keluarganya.
Rayyan mendorong satu sendok penuh makanan dengan lebih banyak sayuran kedepan mulut Tiara. "Ah gak mau pake sayur." Tiara membuang wajah saat Rayyan menyuapinya sayur. Rayyan menghela nafas menatap Tiara malas.
"Gak suka ah, hambar Rayyan...."
"Mau sembuh apa engga Tiara??" Tiara mencebik, sumpah masakan rumah sakit ini benar benar terasa hambar, matanya berkaca kaca menatap Rayyan memohon. "Gak enak Rayyan.. hambar." Cicitnya.
Rayyan menghela nafas. Lalu memilin jari jemari Tiara dengan gemas sekaligus dongkol. "Yaudah aku masakin yaa, jangan nangis." Tiara langsung bersorak, mengusap air diujung matanya. "Yeaas!!"
"Aku tungguin yaa... masak yang enak buat calon istri kamu." Kekeh Tiara, Rayyan menggeleng saja.
Rayyan berjalan menuju dapur mini di ruangan ini Memakai celemek putih yang tersedia, di padu dengan baju berwarna navy membuat Rayyan makin terlihat aura tampannya.
Tiara menopang dagu, menatap Rayyan penuh cengiran. "Chef gantenggggg!" Panggil Tiara dengan nada menggoda. "Chef ganteng masak apa?" Tanya Tiara.
Rayyan malas menjawab.
Tiara makin gencar menggodanya. Ia mengetuk dagu beberapa kali. "Dipikir-pikir kamu sempurna banget ya yan.." celetuk Tiara.
Rayyan menoleh, menatap Tiara seraya menggeleng. "Aku bukan tuhan."
"Ih iya sihh bukan sempurna, tapi kayak mendekati lohh yan.."
"Nih ya kamu tuh pinter, mau yang tertulis, praktek pasti semua nilainya memuaskan, trus juga bidang olahraga, berenang, futsal, basket semuanya jago, terus urusan rumah, bersi bersi, masak, dan segala macem gitu jago juga." Cerocos Tiara menyebutkan semua kelebihan Rayyan.
"Terus ini nih! Ini yang paling penting. Kamu paham agama, sholat ga ditinggalin, ngaji bisa, Aduhhhh!" Heboh Tiara.
Ia gila sendiri menyebutkan seberapa sempurna seorang Rayyan. Namun setelah itu ia menghela nafas. "Aku kebanting banget gak sih ya? Yampun."
Lagi lagi Rayyan hanya menggeleng, tersenyum kecil. "Aku insecure bukan karna cewek cewek tau, aku insecure karna cowok aku sendiri." Ucap Tiara lagi. membuat Rayyan berdecak, menatap Tiara tajam.
Gadis itu langsung terkekeh. "Bercanda ganteng Hahaha." Tawanya. Rayyan datang membawa satu mangkuk penuh dengan sayur, beraroma sedap dengan cita rasa yang luar biasa enak.
Rayyan menjewel hidung Tiara. "Makan. kamar mandi bentar." Rayyan berlalu, dan Tiara sudah menyuapkan nasi kedalam mulutnya. "Masakan Rayyan gak pernah gagal."
Sebuah kertas yang terselip antara powerbank dan nakas menyita perhatian Tiara. Ia menarik selipan kertas itu dan membukannya.
RS. PRIMA ANGKASA Jakarta, 11 OKTOBER 2018
Benar menyatakan bahwa pasien Bernama : Rosiee ayazid Telah ditetapkan sebagai pasien stroke ringan Sejak 9 Oktober 2018
Tebusan obat untuk pasien bernama Rossalyn ayazid ° Alpha Blockers ° Nitrat ° Calsium Channel Blocker
—info resmi alodokter.com
Tiara membelalak matanya, pasien ini Oma Rayyan dan ini— "Oma?" Heran Tiara. Sudah sekitar 2 hari dia disini. Namun Rayyan tidak memberi tahunya sama sekali?
Pintu kamar mandi dibuka, air wajah Tiara sudah beda dari biasanya. Rayyan menaikkan alis bingung, ia mendekat dan menyuapkan satu sendok sayur itu kemulutnya. Lezat.
Lalu.. apa ada masalah lain?
"Jujur, sebelum aku marah." Rayyan mengerenyit bingung. Tiara marah atau apa? Dia disuruh jujur gimana?
Mata Tiara berembun, ia menunjukan kertas tadi pada Rayyan. "Sepenting ini kamu gak ngasih tau aku?" Ia memiringkan wajah, bingung terhadap Rayyan yang sampai saat ini masih selalu begini.
Prinsip hidupnya selalu 'lebih baik tanggung sendiri' membuat Tiara kadang merasa tidak berguna.
"Aku gak penting ya yan?"
"Gak gitu Ara."
"Dari dulu kamu kaya gini terus, ada masalah sembunyiin.. ada mas—halah sembunyiin." Tiara mulai terisak, ia menghapus air matanya kasar.
"Aku kaya gak ada gunaanya yan." Rayyan menutup mata, ia menghela nafasnya gusar.
"Bukan begitu Tiara, aku gak mau nyembunyiin. Cuman—
"Apa? Kalo masalah sepenting ini aja kamu sembunyiin.. gimana kedepannya? Aku terus di tutup tutupin? Aku terus dibuat goblok sama kamu? Di bikin bego karna gak tau apa apa tentang beban hidup kamu?" Tiara menutup wajahnya, sakit hati dia. Rayyan bukan sekali dua kali seperti ini, hampir tiap ada masalah dia salalu tertutup bahkan dengan Tiara.
"Bener kata Tania, aku gak pantes buat kam—
Rayyan memotong, ucapan Tiara dengan ciuman
Omongan Tiara terputus karna bibir Rayyan sudah menempel diatasnya, sudah mengambil alih kesadaran Tiara, gerakan reflek Rayyan sudah mematikan seluruh sarafnya.
Belum lagi lanjutan lumatan dan gerakan lidah Rayyan dalam mulutnya. Tiara gila sodara sodara.