Here we go!
Tiara bangun, melihat keadaan sekitarnya yang ternyata adalah kamar Rayyan. Matanya membengkak parah, saat ia bangkit untuk menuju kaca dan melihat pantulan dirinya. Bercak merah yang mulai kecoklatan menempel lumayan banyak di sprei Rayyan. "Anjir!" Paniknya.
Buru buru ia menarik sprei dan membawanya ke kamar mandi. "Aisjhh.. mana kaga bawa pempes gue!" Gerutunya malas. 15 menit berada dalam kamar mandi, membersihkan noda bekas itu.
"Ara?"
"Ra.."
Tiara melotot, itu suara Rayyan. "Sumpah malu banget..." pipinya memerah, wajahnya ikut pula. Tapi mau tidak mau ia harus jujur oada Rayyan.
Pintu kamar mandi di buka sedikit, kepala Tiara nongol tersenyum kala melihat Rayyan membawa makanan dan susu. "Ngapain?" Heran Rayyan.
"Rayyan.. aku itu— Rayyan menaikkan alisnya tidak paham. "Aku bocor Rayyan... maaf ya." Cicitnya sambil menunduk.
Rayyan menoleh ke arah kasur, benar sudah tiamdak ada spreinya. Rayyan tidak peduli sebenarnya, itu bukan masalah besar. "Kamu ngapain disitu? Sini makan." Ajak Rayyan.
"Rayyan." Alisnya terangkat. "Boleh minta tolong Ngga?" Rayyan meletakan nampan makanan itu di nakas. "Apa?"
"Beliin aku pembalut, mau gak?" Rayyan tidak menjawab ucapan Tiara ia malah berjalan menuju pojok ruangan di kamarnya. "Kamu gak mau ya? Malu ya?" Entah kenapa mata Tiara jadi berkaca kaca. Hormon kampret!
"Ini." Rayyan menyerahkan softex yang biasanya Tiara pakai. "Aku nyetok di rumah, takut kamu kelupaan kaya biasanya." Jawaban Rayyan makin membuat Tiara menetes.
"Rayyan...." Tiara baper Gusti....
•●•
Rayyan tiduran di karpet bulu dikamarnya, bersama Tiara yang masih enggan pulang. Mereka menonton film sambil memakan brownies kukus buatan Rayyan. "Emmmh, ihh sumpah! Ini weunnak banget sumpah!" Satu loyang penuh itu hampir setengahnya di habiskan Tiara.
Rayyan terkekeh, melihat kedua pipi gembul itu bergoyang karna Tiara mengunyah makanan. "Nggak! Aku gak bakal mau di jodoh jodohin. Pokonya aku mau kabur sekalipun papah maksa nanti. Biarin aja!"
Rayyan tidak menjawab, ia lebih suka menikmati ekspresi marah Tiara yang jatohnya malah menggemaskan. "Pas tunangan nanti, aku harus dandan buluk banget pokonya. Biar dia gak mau, terus pas makan malemnya aku harus kabur. Iya! Kabur." Tekad Tiara kuat.
Rayyan makin terkekeh, pipi gembul itu terus di tambah dengan makanan, sedangkan bibir Tiara sudah maju dua senti saat menjelaskan planner plannernya. "Kamu tenang aja! Aku bakal kabur dan gak bakal nikah muda sama si setan itu."
"Ya gimana gak setan coba, masa mimpiin papah mulu suruh nikahin anaknya sama aku. Lu kalo udah meninggal ya meninggal aja sih! Heboh lo!"
Tiara menyomot potongan brownies terakhir. Memakannya dengan lahap. "Ishh aku masih gak paham yan sama pemikiran papah asli! Apaan sih kadang, dongo banget pikirannya." Gerutu Tiara tiada habisnya.
"Ada cara terkuat untuk ngebatalin jodoh jodohan anjing ini." Kata Tiara, ia menggenggam jemari Rayyan menyalurkan semangatnya. Melihat Rayyan yang melongo saja tidak paham, membuat Tiara berdecak. "Ihhh Rayyan! Tanya dong! Apa.. gitu ih kamu mah, ikut ikut papah nih, dongo!"
Rayyan tersenyum simpul, lalu menggeleng. "Apa?" Jawab Rayyan menuruti titah Tiara.
"Kamu... harus..
"Harus?"
"Harus... harus.. hamilin aku." Rayyan tersedak kuat, ia batuk dan merasa sesak. Telinganya langsung memerah. Punya pacar sedongo Tiara memang menguras kewarasan.
Ia menoyor kepala pacarnya dengan gemas. "Jangan dongo." Tiara menyengir, lalu tertawa tak tertahan. "Ihh udah bisa ngomong dongo."
"Kamu jarang banget ngomong kasar yaa kalo di pikir pikir." Yahhhh gak tau aja lo! Dia anjing anjing in cowo basket yang lu tolongin waktu itu.
"Btw.. kamu beneran gak mau hamilin aku?" Lagi lagi Rayyan tersedak. "Masa kata Aqila enak." Rayyan menutup telinganya. Tau tauan gadis itu.
"Aqila di dengerin, dia copot gigi aja belom."
Tiara mengangguk setuju. "Bener sih... terus gimana ya.. cara biar papah batalin semua perjanjian konyolnya itu." Ia menghela nafas.
Rayyan memainkan jemari Tiara. "Nanti aku coba ngomong sama minta penjelasan papah yaa... jangan di bawa pikiran dulu." Rayyan tersenyum menampilkan dua lesung pipi nya yang luar biasa indah.
Tiara ikut tersenyum ia mengelus alis Rayyan dengan gemas, menyusuri potongan wajah sempurna milik Rayyan, rahang tegasnya, lalu menyentuh mata nya, lanjut memegang hidungnya, dan berhenti di bibir nya. "Kalo aku bilang, ini cuman punya aku. Kamu mau janji gak?"
Rayyan menumpukan kepalanya di tangan, supaya makin mendekat dalam menatap Tiara. "Janji apa coba?"
"Jangan ada bibir lain yang nempel disini selain punya aku." Rayyan tertawa, benar benar nyaring. Gelak tawa terlepas yang pernah Tiara dengar.
Membuat jantungnya memompa secara gila gilaan. Rayyan mencubit hidung nya, dengan gemas. "Harusnya aku yang ngomong gitu.."
________________________________
...bersambung...
Rayyan Yazid
•
Tiara Arska Adijaya
Ayana Alicia eralstone
Thealisha Clark
Galeaqila Wdyatmaja
Shafana Azalea
Layla Almira
Daniella Jeslyn
Vanny saputri orlando
Naufarya Alphatana
Ralland Arphin maldrick
AlvaroXixixixi
Gimana? Next gak??
Ahahah ajak santai dulu ajaaa santai
WkkwkwkwSpam nextt buru!!
See u ayangieee
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayyan | END
Teen FictionIni kisah sekumpulan remaja SMA Angkasa kelas 12 mipa 5 Ini kisah tentang Rayyan dan Tiara, tentang bagaimana tuhan mempertemukan mereka, tentang seberarti apa seorang Tiara untuk Rayyan, juga tentang seberuntung apa Tiara memiliki Rayyan. "Dia gak...