even ur parents

1.2K 118 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini malam terakhir mereka disini, Tiara juga sudah merapikan sedikit demi sedikit barang barangnya, ia menghela nafas, Menatap Rayyan yang juga sedang rapi rapi. "Yan... aku males pulang,"

"Kenapa?"

"Aku males debat sama papa, aku takut dia sama sekali gak mau dengerin aku, aku takut dijodohin Rayyan..." keluhnya sambil merengek.

"Aku diapart kamu aja ya.." pinta Tiara.

Rayyan menggeleng tak setuju. "Kejauhan ra, aku harus ganti gantian ngontrol kamu sama Oma." Tiara mengacak rambutnya, pikirannya melayang kemana mana. Ia benar benar takut papanya itu tetap memegang prinsip kerasnya.

"Kamu tenang dulu yaa.." bibir Rayyan menyuruh tenang, namun hati dan pikirannya ikut ketakutan, seperti ucapan Tiara tadi, om Adi memang keras kepala, jarang membatalkan aturan yang telah ia buat. Itu yang membuat Rayyan ikut cemas.

Tiara akhirnya mengangguk, kembali merapikan pakaiannya. Melipat dan memasukan kedalam koper. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian keduanya. Oma datang di dorong perawat, sudah segar dan terlihat makin sehat. "Oma?"

"Oma sekamar sama kamu ya.. malem terakhir kita di rawat ra." Kekeh Omanya. Tiara mengangguk senang, ia antusias.

"Kalian tiap malem sekamar gini... gak macem macem kan?" Selidik Oma, menatap Tiara dan Rayyan bergantian.

Keduanya tiba tiba saja berdeham canggung. "Eng-ggaklah Oma! Enak aja." Kekeh Tiara menutupi kecanggungannya. Oma menatap Tiara dengan alis terangkat. "Bener Rayyan??"

"I-iya Oma.." Tiara memejamkan mata, si ganteng segala gugup juga! Kalo Oma curiga gimana? Dalam hati Tiara menggerutu.

"Kok dua dua nya gugup sih??"

Rayyan dan Tiara menggeleng bebarengan. "Enggak Oma kita pacaran sehat kok, gak aneh aneh. Skinship juga jaraang, kan yan??" Rayyan mengangguk kaku.

Boro boro skinship jarang, hampir tiap hari pelukan, terus kemarin puncaknya.... Ciuman.

Oma mengangguk percaya. "Jangan macem macem yaa, belom waktunya." Keduanya mengangguk paham. "Eh! Ada cctv, wahh kebetulan nih, Oma percaya sih, tapi... ntar Oma minta cek ah."

"MAMPUS!" 

Tiara menatap Rayyan meminta bantuan, Rayyan malah menggaruk kepalanya ikut panik.

"Oh iya ra, Kemarin papa kamu cerita ra, dia bilang mau ngurus tambang minyak kakek kamu di NTT sana, dia bingung kamu pasti gak mau diajak pindah, katanya juga impian kamu mau jadi dokter jadi pasti kamu bakal kejar pendidikan di sini." Tiara serius mendengarkan, Rayyan pun ikut mencerna semua ucapan Omanya.

"Dia.. mau jodohin kamu supaya kamu ada yang jagain ra, supaya kamu ada yang nanggung jawabin." Tiara berdecih kesal. "Bohong Oma! Jangan percaya, papa cuman ngejar harta, dia cuman nukar aku sebagai alat bisnis perusahaannya."

Nafas Tiara naik turun. Rayyan juga ikut kesal, jadi selama ini ia tidak dianggap? Semua perlakuan manis mereka untuk Rayyan itu apa maksudnya?

"Sutttss, jangan bilang gitu cantik... papa kamu sayang sama kamu." Tiara menggeleng, matanya jadi berkaca kaca. "Kalo emang alasan papa kaya yang Oma bilang, Rayyan udah lebih dari cukup untuk itu."

"Tapi apa? Dia malah seenaknya buat keputusan, gak mikirin perasaan aku sama Rayyan." Air matanya menetes. Oma mengulum senyum kecil, jarinya terjulur untuk mengusap air mata itu.

"Apa maksud papa ngomong semua itu sama Oma?"

"Papa kamu minta maaf udah maksa kehendak, tapi ini satu satunya jalan terbaik katanya, dia berharap kalo Oma coba ngomong sama kamu, kamu bakal—

"GAK!"

"Saran Oma kamu terima ra, keputusan orang tua terkadang emang menyulitkan, tapi itu keputusan paling baik untuk kamu." Tiara mengusap wajahnya, agak heran kenapa Oma sampai sebegininya mendukung papa?

"Oma gak mentingin perasaan Rayyan? Perasaan aku?"

"Bukan gitu araaa..."

"Maaf Oma, aku minta maaf kalo lancang, tapi aku gak suka topik ini, udahin yaa.." pinta Tiara dengan suara serak. Oma yang tidak tega akhirnya mengangguk. "Maafin Oma Araa..." Tiara memunculkan senyum kecilnya.

Tiara berbaring, memunggungi Oma, dengan bahu bergetar hebat dan isak tangis yang mati matian ia tahan untuk tidak keluar ia mencoba tidur, mengistirahatkan hati dan pikirannya.

Rayyan menutup mata, tak sanggup melihat Tiara seperti itu. Kalaupun ia samperi sekarang, pasti Tiara menghindar ia butuh ruang. "Rayyan keluar sebentar Oma," izin Rayyan.

Oma mengangguk tidak enak.

Kakinya menutun Rayyan menuju bangku di pojok taman, di bawah pohon yang diterangi lampu jalanan. Kepalanya memberat, bayang bayang Tiara akan hilang dari hidupnya sudah menghantui Rayyan.

Ia bingung ingin berbuat apa, om Adi dan segala keputusannya adalah hal paling sulit untuk di bantah. Kalaupun Rayyan mencuri start duluan untuk menikahi Tiara, pasti tidak dapat restu.

Tangannya mengepal kuat ia tidak mau kehilangan Tiara, ia bahkan tidak sanggup membayangkannya.

Tiara itu dunianya, poros penguatnya, kelemahan sekaligus kekuatannya, bagaimana jadinya kalau Rayyan betulan kehilangan Tiaranya?

"Kamu punya aku ra, kamu gak bisa dimilikin siapapun selain aku. I won't let anyone take you from me. Not. Even ur parents." 

________________________________

...bersambung...

Rayyan Yazid

Tiara Arska Adijaya
Ayana Alicia eralstone
Thealisha Clark
Galeaqila Wdyatmaja
Shafana Azalea
Layla Almira
Daniella Jeslyn
Vanny saputri orlando
Naufarya Alphatana
Ralland Arphin maldrick
Alvaro

Xixixixi

Gimana? Next gak??
Kayaknya bakal double up, tapi kayaknya yeee kayaknyaaaa ekwkwkw

See u ayangieeeeee

Rayyan | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang