Abis bensin

554 83 3
                                    

Rayyan tersenyum mendengar ucapan Tiara, ia mengusap puncak kepala gadisnya. Tiara menoleh, menatap Rayyan dalam, wajahnya maju, mengecup rahang tegas laki laki itu.

“Kamu ada dibawah pengurusan aku sekarang, aku punya kontrol penuh tentang diri kamu.” Pamer Tiara.

Rayyan mengangguk, mengulum senyum dalam.

“Gak ada lagi lupa makan, gak boleh lagi futsal gak tau waktu, gak boleh apa lagi ya ….” Pikir Tiara, ia mengetuk dagunya beberapa kali.

Setelahnya malah menghela nafas, karna sepertinya kekurangan Rayyan memang hanya itu saja. “Kayaknya beneran gak berguna deh aku jadi istri kamu.”

RAyyan bangkit, mengulurkan tangannya. Tiara menerimanya dengan senang hati. “Oma, Rayyan pulang.” Pamitnya. “Ara juga ya oma,” Tambah Tiara. Keduanya mulai berbalik meninggalkan makam baru itu dengan langkah yang memberat.

Tiara memeluk lengan Rayyan. bersandar disana. “Abis kita nikah, aku boleh dekor dekor rumah gak? Paling ganti cat doang sih,” Tiara mendongak, bertanya pada Rayyan.

“Kayanya bakal lucu kalau cat nya diganti, tapi cat nya gak alay, kamu tenang aja. yang deket kolam aku mau ganti jadi Tosca,soalnya ada kolam ikan sama pot bunga gitu, jadi lucu, cocok.” Cerocos Tiara.

Rayyan tak menjawab, hanya mendengarkan dengan seksama disertai dengan senyum kecilnya.
Rencana tuhan memang yang paling baik. ia diuji coba dengan kesunyiian disepanjang dalam keluarganya. namun di beri pendamping macam Tiara. Yang penuh keramaian.

“Yan," Panggil Ralland. Ia mendekat dan langsung memeluk Rayyan erat. Tak lama Arya menyusul, maju dan masuk kedalam pelukan mereka. VAro ikut juga. “Masih ada kita,” kata Arya, megusap pundak Rayyan.

Rayyan mengangguk dan tersenyum kecil. Adzlan yang baru datang dari warung terdiam, melihat mereka saling berpelukan. Dengan mata memerah, Adzlan langsung menjerit dan berlari ke arah mereka. Sambil menyusut ingusnya.

“Wey weeey wey!!” Cegah keempat laki laki itu, melihat penampilan Adzlan yang begitu menajongkan. “Jahat kalian!!” Isaknya, Menatap Rayyan meminta belas kasih. Tangannya bahkan sudah merentang, ingin segera memeluk rayyan, dan menumpahkan perasaannya yang tak kuat lagi ia tahan

Rayyan menautkan alis dengan tajam, lalu menggeleng, menitah Adzlan cuci muka dulu dan membasuh tangannya.

“Jahat!! Rayyan jahat!!” isak Adzlan makin parah.

•●•

Tiara mengerenyit alisnya, melihat jalanan yang mereka lalui bukan jalan pulang. Ia menepuk pundak Rayyan beberapa kali. “Mau kemana?” Teriaknya takut tak terdengar.

Rayyan menoleh sekilas, tak menjawab sedikit pun, ia malah kembali menghadap depan. Tiara menaikan pundaknya, terserah Rayyan saja lah. Ia menaikan kedua kakinya keatas paha Rayyan, lalu mengalungkan lengannya di perut Rayyan dengan erat.

“Aku ngantuk,” Ujarnya santai, langsung memejamkan mata sambil menikmati angin sejuk yang menerpa wajahnya.

Rayyan memelankan laju motor. Melepas kontrol tangannya di stang kiri, menggenggam tangan Tiara dengan erat. “Jangan tinggalin aku yaa ...” Gumamnya, mengecup punggung tangan Tiara.

Berjam jam Rayyan habiskan untuk mengelilingi setiap ploksok kota Jakarta, menghabiskan bensin untuk sedikit menenangkan dan menguatkan hatinya.

Sepanjang perjalanan pula Tiara masih tertidur pulas. Semakin sore jalanan semakin sepi, lampu lampu taman mulai menyala untuk menyambut datangnya malam. motor Rayyan mati tiba tiba, membuat Tiara bangun dari tidur panjangnya.

Ia mengerjap, ternyata masih di atas motor. “Kenapa?” Tanyanya dengan suara serak. “Abis bensin.” Jawab Rayyan santai.

“Kok bisa? Bukannya tadi penuh?”

“Ya kan di pake, makanya bisa abis.” Tiara menggaruk kepalanya, ia masih mengantuk padahal. “Turun,” titah Rayyan, yang ingin mendorong motor untuk segera menemukan pom bensin.

Tiara menggeleng enggan. “Males jalan, aku gak berat sumpah, 3 hari yang lalu aku turun 3 kilo.” pamer Tiara bangga.

“Diet lagi?” Potong Rayyan dengan tatapan tajam.

Tiara menggeleng kuat, ia tersenyum bangga. “Aku baca riset di twitter kemarin, nangis tengah malam bisa nurunin berat badan.” Tangannya bertepuk dengan kencang. Ia betulan antusias

“Ya aku praktekin dong!” Tiara dengan semangat bercerita, tanpa sadar Rayyan sudah mendorong motornya. “Aku baca au angst, ceritanya sedih banget Rayyan sumpah, aku gak akan kuat sih kalo jadi ceweknya. Kayak ... ya Allah apa apaan beban hidupnya banyak banget. Mana di kelilingin orang orang jahat mulu.” Cerocos Tiara.

“Yang kamu nelpon aku jam 1 terus isinya nangis doang?” Tanya Rayyan. Tiara mengangguk semangat. “Terus terus kamu tau? Besoknya aku nimbang, turunnya 1kilo Rayyan!! gila gak tuh! Seneng banget aku,” Tiara sampai geregetan.

Kenapa tidak dari dulu saja ia menemukan metode ini? agar tidak susah susah menahan lapar perutnya untuk tubuh ideal.

“Dan mulai sekarang, aku gak bakal diet diet kampret lagi. karna udah punya metode yang lain.” Girang Tiara. Rayyan menggeleng, sama sama bahaya juga metodenya. Tapi ia tidak mau menceramahi Tiara sekarang, biarkan gadis itu senang dulu akan apa yang ia temukan untuk melunturkan ketidak percayaan dirinya.

“Gak berat kan?” Pamernya, menatap Rayyan senang. Rayyan mengangguk. “iya, gak berat.” Tiara bertepuk tangan, benar benar girang. “Tapi berat banget.”

“RAYYYAAAAAN!!!” rayyan tertawa.

________________________________

...bersambung...

Rayyan Yazid

Tiara Arska Adijaya
Ayana Alicia eralstone
Thealisha Clark
Galeaqila Wdyatmaja
Shafana Azalea
Layla Almira
Daniella Jeslyn
Vanny saputri orlando
Naufarya Alphatana
Ralland Arphin maldrick
Alvaro

Xixixixi

Gimana? Next gak??

Rayyan | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang