kangen

2K 180 3
                                    

Here we go!

Rayyan mendorong motornya dan tibalah dia di rumahnya, yaa memang persis bersebelahan dengan rumah Tiara. "Assalamualaikum oma," Rayyan berlari, memeluk wanita yang menjaganya dari kecil sudah terlihat semakin tua.

Cup

"Oma jangan capek capek."

"Iya sayang.." wanita berumur yang terduduk di kursi roda itu tersenyum, haru rasanya melihat Rayyan sudah tumbuh sebesar ini. Oma mengelus kepala Rayyan dengan sayang.

"Kamu harus kuat ya, kamu harus tetap berdiri, kamu gak sendirian Rayyan, ada Neng, Ayana, Adzlan, temen temen kamu, dan yang pasti ada Tiara yang selalu ada buat kamu."

"Ada oma juga." Tambah Rayyan

Omanya terkekeh, ia mengusap kepala cucunya dengan sayang. "Kamu jangan nakal ya... tetep Rayyan yang kayak gini aja, taat agama, cuek tapi perhatian, sayang oma, sayang Tiara..." ledek Omanya.

"Yang harus kamu tanemin dalam diri kamu itu, mamah sama papah pergi bukan karna gak sayang Rayyan, bukan juga karna tuhan benci sama Rayyan, mereka lebih dulu pergi, karna tuhan tau Rayyan itu anak kuat, Rayyan anak mandiri, anak hebat." Jelas Omanya untuk kesekian ribu kali.

Dari dulu Rayyan selalu menyalahkan dirinya atas kepergian kedua orang tuanya, mengeluh pada tuhan yang mengambil mereka lebih dulu. "Rayyan gak boleh nyalahin diri Rayyan lagi oke? Inget, tuhan sayang Rayyan, sayang Oma sayang mamah papah. Oke?"

Rahang Rayyan mengetat, ia berusaha tersenyum dan mengangguk. "Sana mandi, terus makan."

Rayyan mengecup pipi Oma sekali, lalu berlalu masuk kedalam kamarnya, merebahkan tubuhnya diatas kasur. Angin sepoi sepoi yang terhilir lewat jendela kamarnya membuat Rayyan memejamkan mata, mengatur nafasnya agar bisa nyenyak dalam tidurnya.

Suara benturan, ledakan, aliran listrik korslet terdengar jelas di telinga, jeritan tangisan dan suara suara doa terdengar nyaring.

Rayyan gelisah. Ia dapat melihat semuanya namun tak dapat berbuat apa apa. "Mah, pah. awas!" Gumamnya tanpa sadar. Keringatnya mengucur dikening dan sela sela pelipisnya, memori memori kelam kembali datang, kejadian yang tiba tiba muncul di mimpinya karna perasaan bersalah Rayyan. "Mah! Pah! Awas!"

Nafasnya memburu, melihat kedua orang tuanya yang terjebak dalam pesawat yang bagian sayapnya rusak. "Mah, jangan pergi..."

"Pah! Pah!"

"Yan.. Rayyan.. kamu kenapa?" Samar sama ia mendengar suara Tiara dalam mimpinya. "Rayyan.. kamu kenapa? Yyan?"

"RAYYAN!" tepukan keras di pipinya, juga panggilan Tiara membuatnya kembali tertarik ke dunia nyata. Dadanya naik turun, nafasnya memburu, keringatnya mengucur. Ia ling lung melihat Oma dan Tiara yang berada di kamarnya menatapnya dengan khawatir.

"Heyy... kamu kenapa?" Mata Tiara berkaca kaca, ia menangkup pipi Rayyan yang masih bingung akan keadaan, mimpinya tadi benar benar seperti nyata, jelas di penglihatannya, jelas pula di pendengarannya.

Tanpa basa basi, Rayyan menarik Tiara kepelukannya, mendekapnya begitu erat. Memejamkan mata untuk bisa tenang. "Mimpi buruk?" Tanya Tiara mencicit.

Rayyan mengangguk pelan. Tiara mengusap kepala Rayyan guna menenangkannya, lalu beralih menepuki punggung nya. "Kamu- baru Tiara akan berucap, namun pundaknya sudah terasa basah.

"Kamu nangis Rayyan?" Suara Tiara ikut bergetar, ia paling tidak bisa melihat Rayyan seperti ini. Rayyan itu makhluk paling tidak ekspresif, sekalinya ia bereskpresi pasti menyebar kesekelilingnya. "Jangan nangiss Ray-Yan.." Tiara yang malah parah ia sesenggukan hebat.

Rayyan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Tiara, menangis dalam diam disana, di tempat ternyamannya. "Aku kangen mama papa ra.. kangen..." gumam Rayyan pelan. Dibarengi isakan

•●•

"Kak.. maaf tangannya." Dokter yang Tiara panggil untuk datang memeriksa Rayyan nampaknya sudah lelah. Berulang kali meminta tangan Rayyan untuk di infus, namun si empunya menggeleng tak mau, ia terus memeluk erat Tiara.

Enggan menyerahkan tangannya, padahl suhu tubuh Rayyan makin meninggi. "Ihhh lepas dulu Rayyan! Badan kamu panas banget." Tiara menghela nafasnya lelah, susah kalau Rayyan sudah seperti ini.

"Diinfus dulu! Ntar peluk peluk lagi." Janji Tiara.

Namun lagi lagi Rayyan menggeleng. "Rayyan yazid.." kali ini Tiara yang memanggil nama lengkap Rayyan. "Mau peluk." Ujar Rayyan.

"Iya.. tapi infus dulu, ntar peluk peluk lagi." Rayyan tetap enggan melepaskan pelukannya. "Allahuakbar si ganteng! Bader banget ya!"

"Ih aku marah biarin."

Rayyan akhirnya mengalah. perlahan mulai melepaskan pelukannya, menatap Tiara dengan mata indahnya. "Iya. Sebentar doang, diinfus. Sini dok." Baru Tiara akan bangkit dan sedikit menjauh dari kasur, namun Rayyan menahannya, mencekal pergelangan tangannya. "Oke. Oke. Aku disini."

Omanya tertawa melihat semua itu, Dokter pub menggeleng. Rayyan hanya akan seperti itu pada Tiara, hanya pada Tiara. Manja, perhatian, lemah lembut, hanya pada Tiara.

Cairan itu digantung di tiang, dokter pun selesai melakukan pemeriksaan. "Cuman demam biasa kok, tadi tinggi banget suhunya mungkin pengaruh kecapean juga." Tiara tersenyum lembut, ia agak tidak enak tadi.

"Makasih ya dok, ada vitamin tambahan gak yang harus di tebus?" Dokternya mengangguk, memberikan catatan kecil pada Tiara. "Oh oke, makasi dok, mari saya antar."

Baru Tiara akan bangkit, lagi dan lagi Rayyan menahannya. "Sini aja." Pintanya memelas, tatapan matanya, dan bibir yang sedikit melengkung membuat Rayyan benar benar imut.

"Maaf ya dok gak bisa antar." Dokternya mengangguk sambil terkekeh, ia pamit pulang disertai Oma yang akhirnya mengantar sampai depan.

Tiara menjewel pipi Rayyan. "Manja banget sihh! Ampun dah." Gemas Tiara. "Peluk lagi." Gumam Rayyan, Tiara terkekeh langsung merentangkan tangannya untuk menerima Rayyan.

________________________________

...bersambung...

Rayyan Yazid

Tiara Arska Adijaya
Ayana Alicia eralstone
Thealisha Clark
Galeaqila Wdyatmaja
Shafana Azalea
Layla Almira
Daniella Jeslyn
Vanny saputri orlando
Naufarya Alphatana
Ralland Arphin maldrick
Alvaro

Xixixixi

Gimana? Next gak??
150 komen buat up lagi
Yokk bisa yokkkk
Wkwkkwkwkwkwkw

See u ayangieeee








Rayyan | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang