Dengan pipi yang memerah, Clora memasuki lift karna Leo menarik tangannya. Cowok itu menekan tombol di mana ruangannya berada lalu menatap Clora yang tampak sedang melamun namun sebenarnya sedang mengingat perkataan Leo tadi yang jika Clora ingat, akan membuatnya selalu ingin tersenyum-senyum.
Suara helaan napas Leo terdengar membuat Clora mendongak melihatnya. “Sori tadi gue bilang kayak gitu.”
Clora paham maksud Leo. Ia mengernyit. “Why? Gak papa kali santai aja.” Clora tertawa selepasnya.
“Gue selalu digosipin terus sama karyawan dan banyak dari mereka nyoba buat deketin gue terus. Gue risih. Jadi karna ada lo hari ini, sekalian gue cari cara biar mereka gak deketin gue lagi. Terserah mau pada mikir apa tentang gue yang masih muda gini, gue gak peduli karna gue cuma pengin hidup tenang di tempat ini.” Leo menjelaskan panjang lebar.
Clora hanya diam saja mendengar penjelasan Leo. Hingga tak lama, Clora dan Leo sampai di lantai yang dituju. Keduanya keluar lalu Leo melangkah ke arah sebuah ruangan. Ia membuka pintu dan masuk diikuti Clora.
Ruangannya khas seperti ruangan khusus direktur pada umumnya. Tidak ada yang menarik perhatiannya selain kaca besar yang dapat memperlihatkan jalanan kota saat Clora memasukinya.
Clora duduk di sofa tanpa Leo suruh. Dan tak lama Leo ikut duduk setelah mengambil botol air mineral untuk Clora dan dirinya.
“Sampai kapan lo kayak gini?” tanya Clora seraya membuka botol minum.
Leo meneguk minumannya hingga kepalanya mendongak ke atas. “Sampe Papa gue bener-bener pulih.”
“Kenapa lo yang gantiin? Kenapa gak tangan kanan Papa lo yang urus semuanya? Lo pasti capek banget harus Sekolah terus ngurusin ginian,” tanya Clora seraya menopang dagu memperhatikan Leo.
Leo tertawa dengan kepalanya yang menunduk menatap sepatu pantofel hitamnya. Lalu kembali mendongak menatap Clora.
“Gue maunya gitu. Tapi asisten Papa gue juga ikutan sakit. Mau gak mau gue yang urus semuanya karna dulu gue pernah kayak gini juga. Gak lama, tapi gue udah paham sama yang kayak gini karna Papa gue selalu ngedorong gue buat belajar tentang hal yang kayak gini,” jelas Leo.
“Gue yakin pasti ada hal lain yang buat lo mau ngelakuin ini selain karna disuruh sama Papa lo.” Clora memicingkan matanya.
Melihat Leo yang tersenyum setelah mendengar perkataan Clora, Clora menjadi yakin atas dugaannya.
“Tuh kan!”
Leo tertawa seolah membenarkan ucapan Clora barusan.
“Udah gue duga tau gak?” Clora ikutan tertawa karna ia paham alasan Leo mau melakukan pekerjaan ini.
Leo bangun dari duduknya, melangkah ke arah pintu yang berada di dalam ruangan dan masuk ke dalamnya di mana tempat itu adalah tempat istirahat karna terdapat sofa panjang dan sebuah televisi di sana.
Ia meletakkan Ellan di sofa lalu keluar dan menyuruh Clora untuk masuk ke dalamnya juga.
“Lo di sini aja. Kalau butuh apa-apa bilang ke gue,” ucap Leo.
Clora melirik Ellan yang sedang memainkan kedua kakinya seraya mengoceh tak jelas lalu beralih pada Leo.
“Gue mau cokelat panas boleh?”
Leo mengangguk. “Nanti gue bawain.”
Clora tersenyum sumringah. “Makasih Papa Leo!”
Leo keluar dari ruangan setelah menutup pintu. Ia akan kembali fokus bekerja sedangkan Clora leha-leha di dalam sana bersama Ellan. Namun baru beberapa menit setelah cokelat panasnya diantarkan oleh office boy, Clora merasa bosan. Ia pun keluar dengan membawa Ellan digendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PROTECTOR LEO
Ficção AdolescenteClora Ellena Angellin, cewek cantik yang sudah berkali-kali diselamatkan oleh Leo, cowok pentolan anak SMA Ksatria yang menyelamatkannya ketika ia terjebak di tengah-tengah tawuran antar sekolah yang terjadi. Berkali-kali Clora bertemu dengan cowok...