Haloooo
Selamat membaca.
"Lo ribet banget dah Gam, bawaan lo banyak banget kita di sana cuman lima hari bukan selama-lamanya." Cibir Farel menyeret kopernya menuju Bus yang sudah terparkir di tepi jalan.
"Gak repot bukan gue namanya, santai men." Balas Agam dengan memakai kacamata hitamnya. Lalu cowok itu melesat jauh meninggalkan Farel dan Rio.
"Lo.... betah Yo jadi temen dia?" tanya Farel menatap prihatin Rio. Pasalnya laki-laki itu yang sering bareng dengan Agam di banding dirinya.
"Kalo bukan negara hukum udah dari dulu gue bunuh dia, selain menyusahkan dia juga mempunyai peran sampah masyarakat kayanya," ucap Rio datar.
"Hebat banget kan kita bisa temenan sama dia selama ini? Hebat kita Yo kita harus bangga meskipun gak ada yang perlu di banggakan," lirih Farel memasuki Bus.
"Gue harap kita gak ikut gila. Ayok manusia gak berguna udah manggil kita." Rio menepuk pundak Farel sekaligus menghela nafasnya panjang. Laki-laki itu melangkah maju menghampiri sahabat sematinya yang sedang melambaikan tangannya.
Farel tertawa mengikuti arah pandangan sahabatnya. Cowok gila yang sedang di bicarakan sedang menyungging senyum lebar dan melambai pada keduanya. Farel masih dengan tawanya lalu ikut menghampiri Agam.
"Farel," seseorang menahan tangannya.
"Dinda?"
"Kamu duduk sama aku ya?" ajak gadis itu.
"Gue udah sama Ag-"
"Plisssss." Mohon gadis itu menyatukan tanganya.
Farel memandang Agam yang masih melambai padanya, menghela nafas panjang dan, akhirnya mengangguk.
"Iya,"
Yesssss! sorak gadis itu gembira.
"Gue ke Agam dulu." Ucap Farel pada Dinda. Gadis itu mengangguk saja.
Farel melangkah ke bangku Rio dan Agam. Saat matanya menatap ke luar jendela, saat itu juga matanya mendapati satu Bus yang parkir agak jauh di belakang Bus kelasnya, Farel tidak peduli mungkin kelas lain juga sedang melakukan acaranya juga.
"Sama Dinda lo?" tanya Agam terdengar tidak suka.
"Hm."
"Pindah gih gue gak suka lo deket sama dia," ucap Agam tiba-tiba sinis.
"Lo kenapa dah aneh banget,"
"Gak usah deket sama Dinda lagi." ucap Agam serius.
"Lo kenapa dah biasanya kalo gue deket sama cewek gak pernah protes, kok?" ucap Farel dengan kekehan. Rupanya laki-laki ini masih belum menyadari mimik wajah Agam.
"Gue minta lo jauhin Dinda." itu suara Rio.
"Biasa aja dong anjir mukanya, posesif banget sih lo berdua. Kocak lo berdua, udah ah gue mau duduk." Farel tidak meladeni ucapan kedua temannya. Farel hanya menganggap itu angin lalu tanpa mau bertanya lebih serius, harusnya Farel tau jika Rio dan Agam sudah melarang itu ada maksud tertentu bukan tanpa alasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...