Selamat membaca.
"Fisya anterin gue ke perpus yuk."
"Ayo."
Keduanya berjalan beriringan melewati beberapa koridor kelas 12 IPS karena perpustakaan yang memang berada di ujung lorong. Di sekolahanya perpustakaan bukan hanya ada satu tetapi di setiap gedung angkatan akan mempunyai satu perpus sendiri karena tidak mau menyusahkan kelas 11 dan 12 yang berada di atas gedung kelas 10. Setelah melepas sepatu Asya dan Fisya masuk dan langsung menyusuri setiap rak.
Setelah sudah menemukan buku yang di cari Asya langsung ke meja ibu perpus untuk mencatat dirinya karna meminjam buku, setelah selesai dengan memakai sepatu kembali niatnya mereka kembali ke kelas karna bell istirahat ke dua akan segera berakhir, tetapi tadi di belokan kelas IPS mereka bertemu dengan sang ketua OSIS yang sudah lengser jabatan, tetapi kinerjanya masih sering di butuhkan oleh pihak sekolah.
"Asya?"
Asya yang merasa di panggil pun membalikan badannya dan menemukan sang Ketos.
"Eh Vi,enapa?"
"Kebetulan ketemu lo disini. Gue sama lo di tugasin sama Pak Gibran buat nyebarin absen bulanan ke kelas-kelas," ujar Ravi-si Ketos yang sudah lengser.
"Kenapa harus gue?" Asya berdecak kesal. Jika seperti ini dirinya akan telat masuk di jam terakhir dan akan ketinggalan pelajaran.
"Gak tau."
"Yauda deh," pasrah Asya.
"Fi lo ke kelas duluan aja nanti kalo gurunya masuk izinin gue ya. Awas aja nggak lo izinin," Asya was-was jika nanti ia di sangka bolos ataupun apa.
"Dih lo yang minta anter kok gue yang di tinggal sih," decak kesal Fisya.
"Gue juga males kali ngurusin ginian kaya nggak ada anak osis aja. Sori deh harus gue tinggal jadinya, gue minta tolong banget sama lo mintain izin ya."
"Iya deh." Setelah itu Fisya berlalu dari hadapannya.
****
Kan sudah bisa di tebak, dirinya akan telat di mapel kali ini, hanya mengantar-ngantarkan kertas absen bulanan sampai memakan waktu 1 jam lebih.
Bell pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, posisinya sekarang tengah menunggu manusia sarap yang tidak muncul-muncul batang hidungnya sedari tadi, jika sekarang tidak ada jadwal belajar bersama Farel sudah di pastikan ia sudah berada di jalan pulang. Fisya pun sudah pulang lima menit yang lalu.
Asya mendongak ke atas melihat langit, ternyata yang tadinya sangat terik oleh mataharu, sekarang tiba-tiba berubah mendung dengan di barengi angin yang cukup kencang untuk mengombang-ambingkan rambutnya yang di gerai.
Perasaan kesal serta risau timbul dibenak Asya, sedang apa pria itu tidak keluar-keluar. Jika bukan karena keluarga Farel yang memohon kepadanya Asya tidak akan sudi mengajari Farel yang otomatis akan bertemu Farel setiap ada jadwal.
Asya sangat takut jika nanti hujan turun saat dirinya masih di jalan.
Karna hujan seperti malah petaka bagi Asya.
Dari arah barat, yang di tunggu-tunggu akhirnya memunculkan diri sedang berjalan santai dengan dua teman kelasnya, mungkin.
Entahlah, Asya sangat payah menghafal muka teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...