BAB 42 :SIAPA?

238 18 0
                                        

ANNYEONG
Apa kabar? Kalian dari daerah mana aja nih? Baca cerita ini di jam berapa?
Gimana sekolah kalian lancar?
Cung kaki yang udah offline nichh.

Selamat membaca.


Zera mengendari mobil Farel sedikit ugal-ugalan. Terlebih ketika melihat raut wajah Farel yang terus-terusan meringis menandakan sakit. Tadi sebelum berangkat ia di beri tahu alamat apartemen laki-laki itu sehingga sekarang ia dengan leluasa memakai mobil tanpa ragu bertanya jalan selanjutnya.

Farel terus memegangi kepalanya yang sangat sakit. Rambutnya ia remas kuat-kuat dan tubuhnya ia senderkan pada penyanggah kursi, sungguh kepalanya mengeluarkan dengungan yang sangat kencang.

Entah ada apa dengan hari ini, semuanya datang secara bersamaan. Asya yang alerginya kambuh, dan Arja yang sedang dalam masalah. Farel mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo."

"Halo."

"Ada apa?"

"Tanyain ke Rio gimana kabar kelanjutan Arja. Bocah itu bilang dia berulah kembali bahkan mau bunuh orang tuanya."

"Suara lo kenapa lemah banget, lo sakit?"

"Itu nggak penting, sekarang gue minta tolong sama lo urus masalah Arja. Ada yang harus gue selesaikan saat ini."

"Oke gue urus dari sini, lo disana tenang aja."

"Oke makasih, gue percayakan ini sama lo Kak."

Sedangkan Zera hanya bisa diam dan menjadi penonton saja. Dia tidak bisa bertanya, dan hanya mendengar entah siapa yang di maksud Farel di ponsel pria itu.

****

Farel memejamkan kedua matanya mencoba menghilangkan rasa pening yang melanda. Tiba-tiba usapan lembut terasa pada punggung tangannya, Farel mendudukkan tubuhnya dengan benar.

"Udah sampai," ucap Zera menatap Farel dengan suara lembut.

Farel mengedarkan pandangannya, benar sekarang keduanya sudah berada di parkiran apartemennya.

"Gue minta tolong lagi boleh nggak?" tanya Farel ikut menatap perempuan itu.

"Boleh dong!" Balas Zera cepat.

"Tolong anterin gue sampai pintu apartemen, gue nggak kuat jalan, kepala gue masih berat banget." Ujar Farel memegangi kepalanya.

Gadis itu mengangguk semangat dan keluar dari mobil menghampiri Farel dan memapahnya dengan telaten. Farel menolehkan kepalanya menatap Zera, ia bersyukur bisa kenal dengan perempuan sebaik Zera.

"Nomor berapa, Rel?" tanya Zera.

"Itu di depan nomor 25." Tunjuk Farel pada pintu yang terdapat deretan nomor.

"Oke sampai!"

Farel meraih pintunya dan mulai masukkan beberapa nomor yang di jadikan password apartemennya. Lelaki itu membukanya setengah ketika sudah terbuka dan kembali berbalik menatap Zera.

"Mau masuk dulu nggak?" tanya Farel.

Zera kaget, tentu. Bagaimana bisa laki-laki normal seperti Farel malah menawarkan begitu saja perempuan lain untuk masuk ke dalam apartemennya. Tentu kebiasaan di Indonesia masih sangat melekat di dalam diri Zera tentang ketatnya peraturan bagi laki-laki dan perempuan yang berada dalam satu ruangan.

Untuk disini memang lumrah ketika laki-laki menawarkan mampir pada perempuan. Tetapi di tempat asalnya tidak bisa begitu saja.

Jika rumah yang masih di huni bersama keluarga memang masih boleh, tetapi jika tempatnya seperti apartemen itu harus di pertanyakan lagi.

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang