BAB 47 :TENTANG MATTEO

182 18 0
                                    

ANNYEONG
Harusnya aku update nanti tahun baru cuma tangan gatel bgt pengen up wkwk.
Oke HAPPY NEW YEAR GUYS!

Selamat membaca.

Matteo menutup laptopnya dan menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Hari sudah larut tepat di jam 1 dini hari pria paruh bayah itu mengakhiri pekerjaannya dan berniat beristirahat di kamarnya.

Sebelum itu ia meminum beberapa pil dan berjalan keluar dari ruang kerjanya. Saat memasuki kamarnya, di ranjang sudah ada Mika, istrinya yang sudah tertidur pulas. Matteo mendekat pada istrinya dan memandang wajah yang mulai mengendur itu dengan tatapan sendu.

Ada banyak rahasia yang dirinya sembunyikan tanpa Mika ketahui, dan jika itu semua terbongkar entah sebenci apa Mika padanya. Ia masih belum bisa menceritakan semua yang dirinya alami.

Entah di mulai dari kapan itu semua terjadi begitu saja tanpa di sadari. Perasaan gelisah itu tiba-tiba hadir dan membuat kekacauan kembali tanpa kehendaknya, dirinya bukan kepala keluarga yang baik dan pantas untuk di banggakan oleh anggota keluarganya, dirinya jauh dari kata baik.

"Mika, maaf jika suatu hari kamu tau semuanya. Aku harap kamu tidak membenci ku." Ucap nya melirih.

Tak kuasa melanjutkan bicaranya Matteo memalingkan wajahnya, memejamkan matanya dengan jari terkepal kuat. Dirinya pengecut, harus bagaimana untuk menjelaskan semuanya, ia terlalu takut untuk berbicara.

"Semoga aku masih di beri ampun oleh Tuhan."

Kalimat tadi menutup perbincangan Matteo yang tanpa balasan. Pria itu pindah ke sisi ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Matteo mendekatkan tubuhnya pada Mika dan memeluk istrinya begitu erat, sebelum kesadarannya hilang ia menyempatkan mencium kepala istrinya.

*****

"Gue mau nagih janji."

"Semuanya harus lo ceritakan tanpa terkecuali, tanpa di kurangi, tanpa di tambah, tanpa di manipulatif!"

"Lo hutang cerita banyak sama Kakak lo Al."

Farel tercengang mendengar penuturan Hera. Dirinya baru saja mendudukkan tubuhnya ke kursi dan langsung di serang oleh kakaknya. Tapi Farel tidak kaget dan panik, dirinya sudah menduga kakaknya akan menagih penjelasan kapan pun. Farel tertawa dan menganggukkan kepalanya.

"Santai Kak gue akan jelasin kok," balas Farel sangat santai.

Bahkan Hera tidak bisa duduk dengan tenang di kursinya. Masih menunggu penjelasan dari adiknya.

"Gue nggak bisa santai, cepet jelasin." ucapnya tidak sabaran.

"Mau ngopi dulu nggak? Goopud gitu biar santai ngobrolnya." Farel malah mengukur waktu membuat Hera gregetan melihatnya.

"Nggak usah ngalor ngidul Al, gue maunya penjelasan bukan makanan." Serunya tak sabaran.

"Gue bayarin Kak,"

"Oke starbucks sama sushi kalo gitu."

Farel menatap datar kakaknya yang sedang cengengesan. Di bayarin aja langsung gercep. Meskipun kesal Farel tetap memesan pesanan yang di minta Hera.

****

Setelah sudah dengan urusan makan keduanya memilih duduk di balkon hotel yang Farel tempati. Ya Farel belum pulang ke rumahnya. Keadaan tiba-tiba hening melingkupi keduanya. Hera yang masih sabar menunggu Farel, sedang adiknya sedang merancang kata-kata yang pas untuk memulai pembicaraan.

Farel menyeruput secangkir kopinya dan menyugar rambutnya seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi. Farel menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan.

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang