Bab 10 :LOVE ME?

512 42 2
                                    

Selamat membaca.


"Jadi apa imbalan lo buat gue?" Tanya Hera.

Farel menatap Kakaknya dengan perasaan kesal.

"Nggak ikhlas banget sih lo ngasih kebahagiaan sama adeknya sendiri," Farel berdecak kesal setelah mendengar penuturan sang kakak.

Tadinya Farel sangat berterimakasih kepada Hera karena berkat Hera ia jadi bisa sering berurusan dengan Asya, tetapi sepertinya Farel akan mencabut semua rasa terimakasihnya kepada Hera.

"Lo, bukan adek gue!" seru Hera dengan mengarahkan jari telunjuknya ke depan wajah Farel.

"Affah iyah deckk?" Balas Farel tengil.

"Tentu saja gue orangnya realitas, di dunia ini semuanya butuh uang." Ucap Hera.

"Lo minta duit sama gue? Masih waras kan lo? Gue masih sekolah anjir!"

"Duit lo banyak, gue yakin itu."

"Sebanyak-banyaknya duit gue juga masih banyakan duit lo kali Kak!" Kesal Farel terhadap Hera.

"Iya memang benar, suami gue dokter." Sombongnya.

"Sebenarnya gue ini beneran adik lo nggak sih?"

"Bukan, udan gue bilang lo anak pungut. siifat keluarga ini nggak ada yang mau nurun sama lo, jadi terbukti siapa yang anak pungut!" Tawa nyaring Hera menyapu Indra pendengarannya. Aish! Kakaknya ini bisa saja membalas lawan bicaranya.

Meskipun sikap Hera yang kejam seperti pemain-pemain Azab tetapi Hera mempunyai sifat yang sama seperti Mamany. Pintar menggambar dan masak. Mungkin esok hari nanti butik sang Mama akan di serahkan kepada Hera, jika butik Mamanya diserahkan kepadanya, nanti berubah bukan butik lagi melainkan tempat sablon.

"Iyaa gue anak pungut dan gue bangga! Puas lo!" Seru Farel murka.

"Awas aja kalo nilai lo nggak ada perubahan setelah apa yang gue lakuin ini, semuanya nggak gampang Al. Gue harus yakinin kepala sekolah dan Kakek yang susah banget." Kata Hera.

"Santai aja Kak, gue buktikan nanti."

****

"Mana temen lo?" Tanya Farel baru datang. 

Bukanya menjawab. Gadis yang Farel beri tanya malah menatapnya sinis, sebenarnya ini ada apa Farel bingung.

"Penting banget lo tau?" Jawabnya jutek.

"Nggak enak banget lo kayanya sama gue," ucap Farel membalas.

"Udah deh mending lo cabut, males gue liat muka lo." Setelah mendapat usiran bukanya pergi Farel malah berdiri anteng di hadapan Fisya. Fisya bangkit dari kursinya dan bersiap melangkah.

"Pengen banget lo duduk di kursi gue? Yaudah ambil aja, biar gue yang pergi." Setelah itu Fisya melanjutkan langkahnya dan berjalan keluar dari kantin.

Farel memperhatikan kepergian gadis itu, menyisakan tanda tanya besar atas perubahan sikap. Farel memilih duduk di tempat tadi yang di gunakan Fisya.

"Tuh cewek kenapa lagi, jutek banget nggak kaya biasanya." Farel pun duduk di kursi yang tadi di tempati oleh Fisya lalu di susul oleh kedua temanya. Agam dan Rio.

"Gue denger Asya sakit bro." ujar Agam setelah duduk.

"Masuk rumah sakit." Tambah Agam.

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang