ANNYEONG
Selamat membaca.
Hembusan nafas berkali-kali berhasil keluar dari hidung Farel. Sembari menatap lurus depan yang langsung menampilkan indahnya semesta malam hari ini. Dua minggu lagi adalah pendaftaran SNMPTN dan dirinya masih belum menemukan cara menolak keinginan Matteo yang ingin dirinya kuliah di luar negeri.
Kepalanya hampir pecah, setiap malam ingatan tentang permintaan Matteo berhasil mengambil waktu senggang Farel. Dan lagi hingga saat ini ia masih belum bisa mengatakan perihal kuliah ini kepada Asya dan dua temannya.
Farel tidak bisa menjalani hubungan LDR layaknya pasangan LDR lainnya, Farel tidak bisa meninggalkan jauh Asya. Terlebih kejadian beberapa hari yang lalu membuat rasa khawatir Farel terhadap Asya semakin menjadi. Rasanya dirinya harus selalu berada di dekat Asya. Agar gadis itu lebih terpantau dan tidak ada hal yang tidak di inginkan seperti kemarin-kemarin.
"Gue harus apa...." monolog Farel memandang ke depan dengan pandangan kosong.
"Rio dan Agam marah nggak ya gue kasih tau mau kuliah di Amerika." gumam cowok itu dengan gamang.
Farel berdecak kesal. Ada apa dengan Matteo ini, biasanya pria itu selalu menuruti apa kemauannya tapi kenapa sekarang seolah-olah tuli akan permintaannya menolak kuliah di negeri orang. Haruskah Farel kabur dari rumah saja? Oke itu terdengar konyol.
Lagi ingatannya kembali menampilkan wajah Asya yang di hiasi oleh senyum manis gadis itu. Farel tidak bisa membayangkan saat air mata keluar dari mata bulat Asya, rasanya sakit. Ada apa lagi dengan semesta ini, kemarin baru saja mempertemukan kembali dua insan ini, tapi kenapa sekarang ingin menjauhkan kembali, sebercanda itu kah?
"Harus pake cara apa lagi coba supaya gue nggak jadi pergi." Farel mengacak-acak rambutnya kasar. Berdiri dari kursinya lalu mendekat pada pembatas balkon.
"Gue nggak bisa LDR." Farel mencengkeram kuat-kuat pembatas besi balkon kamarnya. Mulutnya dia katupkan rapat-rapat, emosi yang ia tahan dari kemarin muncul kembali ke permukaan.
"Hubungan yang virtual nggak ada yang berhasil."
****
Emosi yang kembali keluar ternyata tidak bisa Farel redamkan dengan gampang seperti biasanya. Kali ini ia butuh pelampiasan agar emosinya terbalaskan. Dengan gerakan cepat ia menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas nakas dan jaket yang tergeletak di atas kasur. Tidak lupa membawa ponselnya sekalian di otak-atik terus jalan.
"Club biasa gue kacau banget hari ini ajak Agam juga." Farel berbicara dengan Rio seraya memakai jaketnya keluar dari rumah.
"Bukan selesai masalahnya, itu tambah bakal buat lo kena masalah baru."
"Gue butuh pelampiasan. Terserah lo mau datang atau enggak yang penting udah gue ajak. Gue bisa pergi sendiri tanpa ada lo dan Agam." Satu kalimat selesai, langsung saja Farel melajukan mobilnya ke salah satu club malam yang biasa di kunjunginnya. Farel tidak butuh ceramah, ia butuh pelampiasan untuk meredahkan emosinya.
Setelah beberapa menit akhirnya mobil yang di tumpangi Farel sampai di tempat ramai dan berisik itu. Seolah ada magnet yang menarik tubuhnya untuk mendekat pada saat keluar dari mobil. Dengan langkah besarnya Farel mulai memasuki tempat haram itu.
Musik keras menyambut Farel saat pertama kali masuk. Berbagai macam orang mengisi tempat ini. Farel berjalan menuju bar kecil tanpa menoleh kanan dan kiri, pasalnya jika ia melakukan itu malah membuat gadis-gadis haus akan nafsu itu malah semakin mendekat, seolah-olah lirikan Farel mengundang gadis-gadis liar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...