BAB 58 :RUMAH

446 22 0
                                        

Selamat membaca.

Bunga mimpi memang paling di tunggu sebagian orang. Asalkan ketika yang mampir bertabur bunga, beda cerita jika yang mampir malah suatu kejadian yang menguras tenaga ketiga tidur. Bahkan keringat sebulir jagung turun dari pelipisnya, menyadarkan Asya yang kini seperti di paksa bangun.

Asya mengeratkan genggamannya pada selimut. Kepalanya sangat berisik, semuanya terasa nyata bagi Asya. Kejadian tadi benar-benar bukan seperti bunga tidur melainkan benar terjadi saat ini, bahkan konflik yang terjadi seperti yang sekarang sedang terjadi.

Di liriknya jam yang berada di nakas. Menunjukkan pukul 5 pagi dan dirinya sudah tertidur cukup lama sehingga bermimpi yang tidak-tidak. Ia mulai bangun dari ranjang dan berjalan menuju kaca memperlihatkan kondisi wajahnya saat ini.

Tentang seseorang yang datang tengah malam, Farel yang tidak ada kabar karena sedang mencari Dinda dan dirinya yang di siksa di dalam ruang kosong perputar di kepalanya seperti kaset rusak. Asya meraba kakinya yang baik-baik saja, tadinya kaki ini di hantam oleh balok kayu besar dan palu, dengan tidak punya perasaan beberapa orang memukuli kakinya sangat brutal. Terakhir, dia tidak sadarkan diri dan berada di dalam laut, tubuh yang tidak bisa di gerakan sehingga Asya hanya bisa diam saja. Suasana dalam laut tidak ada cahaya, nafasnya sesak tidak kuat menahan tubuh yang tenggelam lebih dalam, hingga semuanya gelap dan Asya langsung terbangun dari tidur mengerikannya.

Asya men-cepol rambutnya asal dan beranjak pergi keluar dari kamar. Pasti keadaan rumah ini tidak jauh beda dengan rumahnya, di waktu sekarang biasanya Elina sudah bangun dan sedang menyiapkan makanan untuk semua orang, dan Mika pasti sedang memasak saat ini.

Benar dugaannya, di depan sama Mika sibuk berkutat dengan masakan yang sedang di masak. Persis seperti Elina, bedanya disitu ada Hera yang ikut membantu.

"Tante Mika, Kak Hera ada yang bisa aku bantu nggak?"

Kedua orang itu sontak terkaget mendapati suara baru ikut bergabung di dapur yang sunyi itu. Asya melebarkan senyumnya melihat mereka kaget.

"Ada yang bisa aku bantu?" Ulang Asya.

Mika mematikan kran air lalu menghampiri gadis itu.

"Kamu udah bangun sayang?" Asya mengangguk merespon.

"Nggak ada yang perlu di bantu, kamu sebaiknya balik ke kamar saja ya istirahat. Tubuh kamu pasti masih lemas, nanti kalo makanannya sudah siap Tante panggil." Ucap Mika sangat lembut.

Asya menggeleng, menolak. "Aku biasa bangun jam segini Tan, sering bantuin Bunda masak."

Hera takjub akan jawaban Asya. Perempuan itu ikut mendekat juga.

"Rajin banget, nggak salah nih Al pilih Asya? Takut Asyanya zonk dapet modelan kaya Al gini." Decak Hera masih kagum.

Asya tertawa mendengarnya, ada saja ejekan Hera untuk adiknya.

"Kak jangan gitu,"

"Sumpah Sya! Takut banget kalo kalian berjodoh. Tuh anak dapet pelet dari mana sih buat kamu Sya."

"Kamu ini gimana sih Hera kok malah takut kalo adikmu dapet jodoh modelan sempurna kaya Asya gini, harusnya bangga dong." Sahut Mika.

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang