Selamat membaca.
Farel menarik kopernya dengan gerakan lunglai, merasa cemas pada gadis itu. Firasatnya entah kenapa akan terjadi sesuatu pada gadis itu.
Ia memasang syal pemberian dari mantan pacarnya. Benda ini tepat di hari kelulusannya, Farel dapatkan dari Asya. Katanya 'orang-orang sana pada suka pake ini, jadi kamu juga harus pakai' itu katanya. Tentu saja ia terima dengan senang hati. Di saat musim dingin mengharuskan mengenakan syal, ia selalu memakai syal pemberian gadis itu, tidak pernah Farel ganti.
"Nggak ada yang harus di sesali. Keputusan lo udah paling benar Al."
Farel melirik jam tangannya dan memandang arah jendela. Ya syukurnya ia mendapatkan kursi pinggir jendela. Sungguh suasana yang di berikan sangat mendukung suasana hatinya saat ini. Ia tidak ingin menggalau, tetapi semesta mendukungnya, ya sudah mari kita lakukan.
Ia memilih musik terlebih dahulu sebelum melanjutkan aksi menggalaunya. Itu yang paling pas.
"Dia nggak akan tergantikan oleh siapapun, dan sampai kapanpun nggak bakal ada yang bisa gantiin posisi dia di hati gue. Kalo mau egois gue bisa aja paksa dia untuk bertahan, tapi rasanya jahat banget kalo itu beneran yang gue mau." Farel menatap awan di samping sayap pesawatnya dengan perasaan gamang.
"Selama 1 tahun ini dia benar-benar tersiksa sama gue. Selama 1 tahun ini dia udah jadi perempuan paling baik yang pernah gue temui. Selama ini dia yang paling sabar hadapin masalah tanpa marah dulu, dia yang paling ngertiin posisi gue. Sementara gue, gue nggak pernah bisa ngertiin apa mau dia. Bahkan dia rela LDR demi nunggu gue yang nggak bisa bagi waktu, tapi dia sabar. Dia baik, gue harusnya lepasin dia dari dulu." Gumamnya di akhiri dengan matanya yang ikut tertutup. Di sambung juga dengan lagu Tulus–Hati-hati di Jalan menghantarkan tidur lelahnya.
Asya pernah hadir. Namun dia tak bisa jadi takdir.****
5 Tahun berlalu....
"Kalo kata gue sih formal aja Kak buat tamu yang di undang. Kita pake dresscode itu cocok banget untuk acara lo nanti." Geswa memandang Dito dengan penasaran. Sembari menunggu Dito yang sedang menimang ia melirik Asya yang juga menatapnya juga. Geswa mengelus rambut gadis itu dan meneguk minuman kaleng miliknya.
Tanpa bicara apapun Geswa terus tersenyum padanya begitu tulus. Tangan laki-laki itu turun ke meja dan menggenggam tangan miliknya begitu erat, rasanya sungguh menenangkan. Asya baru merasakan hal ini lagi setelah beberapa tahun tidak lagi merasakannya.
"Kak ada mereka malu," bisik Asya pada Geswa. Laki-laki itu tertawa mendengarnya, lantas bukanya melepaskan justru semakin erat genggamannya.
"Gimana To setuju nggak, di tungguin Geswa tuh." Letta menyenggol lengan calon suaminya.
Ya benar dua bulan lagi adalah hari pernikahan Kakak kembarnya Dito dengan Letta. Mereka sudah berhubungan bertahun-tahun, tentunya umur keduanya juga sudah matang dan pas untuk masuk ke jenjang yang lebih serius, yaitu berumah tangga.
Siapa sangka Dito yang dingin dan pendiam mendapatkan Letta yang punya kepribadian ceria dan cerewet. Meskipun dua kepribadian berbeda itu di satukan tapi jika memang takdirnya bersama keduanya tentu menerima.
Meskipun keduanya masih kuliah, tetapi Ito sudah memegang saham perusahaan yang Ayahnya pimpin. Bukan dari umur saja yang sudah matang tetapi finansial juga sudah memadai, jadi apa yang harus di tunda lagi. Lagi pula keduanya sedang skripsi dan akan wisuda sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...