Kalo rindu punya Bang Dilan, kalo kangen punya Babang Farel.
~Farel Aldrian Pramana~
Selamat membaca.
Asya.
Nama itu terus saja mengganggu kepala Farel, rasanya di dalam sana sangatlah berisik. Semalam ia susah tidur terus saja memikirkan Asya yang jatuh sakit karenanya.
Padahal sudah Asya bilang bukan sepenuhnya salahnya tapi sama saja, sebagai laki-laki Farel merasa tidak berguna karena tidak bisa menjaga perempuan.
Soal jadwal belajar bersama Asya. Farel sudah meminta untuk libur selagi gadis uty masih sakit. Mamanya juga mengerti akan kondisi ini. Dan niatnya nanti sore akan menjenguk Asya, ah Farel jadi tidak sabar.
Setelah dua hari tidak bertemu dengan Asya membuat rasa rindu ini membeludak, karena rindunya yang tidak bisa di tahan maka nanti sore Farel akan ikut serta menjenguk Asya bersama Mama dan Papanya. Tentu dengan Hera dan keluarga kecilnya juga.
Entah apa yang sedang Far rasakan saat ini, dirinya pun tak mengerti. Rasanya setiap akan bertemu Asya, Farel tidak sabaran, rasan senang sekali menyelimuti hatinya. Sebenarnya Farel mengerti dengan situasi saat ini. Tapi sebisa mungkin dirinya sangkal, ada alasan ini semua terjadi, Farel punya janji yang harus di tepati. Maka, jika janji itu di langgar akan ada konsekuensi untuknya.
Farel juga tidak lupa memberi tahu Asya akan kedatangan keluarganya nanti sore. Awalnya gadis itu menolak dengan alasan malu. Lalu dengan jahilnya Farel mengadu kepada Mika, memberitahukan Asya yang tidak mau di jenguk. Lalu Farel memberikan nomor Asya ke Mamanya untuk memberi tahu kedatangan keluarganya agar gadis itu tidak mau menolak lagi.
"Bang Al! Bonge nya di gendong dong yang benar doang! Masa di pegangin kepalanya doang. Nanti kalo kecengklek gimana? Emangnya Bang Al bisa ngurutnya apa?" Omel Icha seperti ibu-ibu yang sedang memarahi anaknya. Icha berkacak pinggang sambil menatap tajam Farel, sangat mendalami peran.
Bagaimana Icha tidak kesal, Farel dengan tidak niat menggendong bonekanya yang sudah Icha anggap adiknya sendiri seperti memegang kuman, Farel hanya memegang kepala sang bonekanya agar seperti berdiri. Adik Icha kan belum bisa berjalan! Nanti kalo kecengklek kan Icha yang repot sendiri karena setiap malamnya akan begadang.
Farel menghela napasnya kesekian kalinya.
"Cha, masa Bang Al mainnya boneka sih," lirih Farel.
"Jangan banyak protes Bang, Icha lagi bikin makanan buat Bonge. Bonge belum makan loh dari minggu lalu." Ucap Icha dengan tangan yang sibuk memotong mainan sayuran plastik nya. Gadis kecil itu juga tidak menoleh sedikitpun kepada Farel.
"Mati dong adek lo seminggu nggak makan."
Farel menghela nafas panjang, kapan sih Hera segera pulang, dirinya butuh ketentraman. Kenapa Icha tidak ikut dengannya saja, kenapa harus dititipkan ke dirinya. Mungkin jika Hera melihat Farel tenang sehari saja, rasanya tidak ikhlas.
Farel ingin segera sore! Dirinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Asya. Farel kembali memandang jam dinding, rasanya jika terus saja di pandang jarum jam itu tidak bergerak. Aish! Jika Farel ditinggal sendirian, ia tidak masalah, tetapi yang jadi masalah adalah kenapa Icha tidak dibawa sekalian saja.
"Bang," panggil Icha.
"Hm."
"Malam pertama itu apa sih Bang?" Tanya Icha dengan lugu.
Farel melotot mendengarnya. "Kamu ngomong apaan sih!" Kesal Farel. Dari mana Icha tau kata-kata seperti itu.
"Abang budek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
أدب المراهقينIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...