Selamat membaca.
"Gue mampir ke rumah lo dulu ya."
"Nggak usah," tolak Asya mentah-mentah. "Gue lagi nggak nerima tamu." balas Asya.
"Jangan jahat banget sama calon pacar," cibir Farel.
Ingin sekali kepalan tangannya melayang dengan sempurna di atas tempurung kepala lelaki itu. PD nya sudah tidak tertolong.
"Yang jelas lo kalo ngomong." ketus Asya.
"Udah jelas itu, masa lo nggak paham sih?"
"Nggak, nggak paham gue. Lo pake bahasa hewan sih mana ngerti gue."
"FAREL!"
Dari arah gerbang rumah Asya terlihat Elina berlari kecil menuju kearah keduanya.
"Iya Tante, kenapa ?" Tanya Farel.
"Kamu di ajak makan malam oleh Ayah Asya," ucap Elina menyampaikan.
Mata Farel berbinar bahagia mendengarnya, memang rezeki anak soleh itu tidak pernah terlewatkan.
"Wah makasih banget Tan. Kalo gitu nanti malam saya datang ke sini deh," kata Farel berseri-seri.
Sedangkan Asya masih mencerna semua yang barusan terjadi.
"Nggak usah, kamu langsung masuk aja nanti kamu bersih-bersih di dalam. Nanti Tante pinjamkan baju Kakak Asya aja buat ganti kamu," ujar Elina mampu membuat sumringah Farel. Tidak sia-sia ia membujuk Asya pulang bersama dan berujung mendapat ajakan makan malam bersama Asya.
Meskipun makan malam bersama Asya bukan dalam kata 'ngedate' tapi tak apa. Setidaknya malam ini ia akan belajar untuk terbiasa berada di dekat calon mertua.
"Oh iya, Tante juga ajak sekalian Mama dan Papa kamu kok. Jadi kamu nggak perlu pulang, disini aja nggak usah bolak-balik, rumah kamu kan jauh," ucap Elina.
"Kok Ayah nggak bilang sama aku?"
"Nggak sempet sayang, yaudah ayo ajak Farel masuk," suruh Elina.
Asya melirik Farel dengan tatapan sengit. Sedangkan Farel sedang berterimakasih kepada Tuhan karena membuatnya bahagia hanya dengan di ajak makan malam oleh keluarga Asya. Farel melirik Asya dengan senyum merekah. Berbeda dengan Asya tang memandang dengan berbanding balik.
Rezeki anak mang oleh, eh saleh!
Dengan langkah gontai Asya mengajak Farel masuk ke rumahnya. Dapat dosa apa Asya selalu terlibat dengan Farel.
"Farel kamu mandi di kamar mandi Asya aja ya soalnya kamar mandi dikamar si kembar lagi di pake terus kamar mandi dibawah juga lagi di pake. Cuman sisa kamar mandi kamar saya, kamu mau? "
Farel menggeleng cepat. Asya melotot kaget. NO! Tidak bisa. Kamarnya adalah privasinya dan Farel adalah seorang hiperaktif yang membuat Asya ragu membiarkan laki-laki itu memakainya. Banyak barang-barang wanitanya di kamarnya dan Farel adalah cowok tengil yang serba ingin tahu walau sudah di larang.
"Bundaaaa," rengek Asya.
"Kenapa sih adek? Pinjam buat mandi doang, nggak di acak-acak kok kamarnya," ujar Elina.
Asya menggelengkan kepalanya pelan berharap Elina mengubah keputusannya. Tidak bisa, Asya benar-benar tidak bisa membiarkan Farel masuk ke dalam kamarnya.
"Kamar mandi di bawah masih lama, Tante?" tanya Farel.
"Masih lama kayanya. Masih ada dua orang lagi yang antri."
Farel beralih melirik Asya. Tidak! Tidak dengan tatapan meminta respon melainkan tatapan tengilnya. Pria ini sedang mencari kesempatan dalam kesempitan Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...