BAB 48 :SI GADIS MANJA

240 14 0
                                    

ANNYEONG
Gimana Januari? udah nangis belum nih

Selamat membaca.

Farel mendudukkan tubuhnya di samping Hera. Dalam suasana rumah yang gelap ini keduanya memutuskan membicarakan kelanjutan penyakit Matteo dan mengenai kejadian apa saja yang Matteo lakukan dengan Mika yang tidak tau apapun.

Farel meneguk sekaleng soda yang di bawanya hingga tandas. Kepalanya sangat pusing memikirkan semua yang terjadi saat ini, bagaimana bisa waktu 1 Minggu cukup untuk menyelesaikan permasalah ini.

Dari mulai mengurus keluarga arja, memberi tahu mika, membicarakan tentang Sinta pada Daren, dan yang paling akhir berdiskusi dengan Matteo mengenai penyakit pria itu.

Farel menghembuskan nafasnya lelah. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa dan meremas rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ia pulang dan menjalani kuliah dengan masalah yang tak kunjung selesai.

"Kita harus gimana kak?" tanya Farel sangat lelah. Ia benar-benar tidak bisa berpikir sekarang.

"Banyak banget yang harus di urus. Dari mulai Mama, Kak Darlen, Arja dan Asya."

"Asya kenapa?" tanya Hera.

"Gue udah janji sama dia selama disini akan selalu sama dia, tapi sekarang situasinya beda, gue mau bilang ini tapi takut Asya ngira gue cowok nggak tepat janji."

Hera menepuk paha Farel pelan. "Al." jedanya sebentar. "Asya pasti bakal ngerti sama kondisi saat ini. Gue percaya Asya bukan cewek egois, dia pasti ngertiin posisi lo saat ini."

"Gue takut dia kecewa Kak."

"Nggak mungkin, dia pasti bisa berpikir dewasa. Belajar dari kejadian masa lalu, saat dimana lo tutupin keberangkatan lo ke Amerika, dia tau paling akhir tapi dia ngerti kok sama kondisi lo waktu itu. Dan untuk sekarang dia pasti jauh lebih mengerti, sekarang kondisinya lebih buruk Al." Hera menyakinkan adiknya.

Pasalnya sekarang bukan waktunya untuk mengurus masalah yang lain. Masalah yang sekarang saja belum menemukan titik terang.

"Percaya masa Asya." Hera memberikan tatapan tegasnya dan mengangguk mantap. "lebih baik bilang alasan sekarang dari pada bakal jadi urusan lain, jangan bikin rumit keadaan Al."

"Akan gue coba."

"Berapa waktu emangnya buat bikin beres semuanya? nyampe 1 minggu Kak?" tanya Farel. Ia berharap tidak sampai selama itu.

"Enggak. Kita bisa selesaikan masalah itu dalam 3 hari aja, cepet kan."

"Lo yakin secepat itu?" Farel menatap Kakaknya tidak yakin.

"Oke untuk masalah Mama dan Arja mungkin kita bisa selesai 1 hari aja cukup, tapi untuk Kak Darlen dan Papa gue rasa nggak cukup." Masalahnya yang menjadi korban disini adalah Sinta dan tidak mungkin Darlen membuat gampang kasus ini apalagi Sinta adik pria itu satu-satunya.

"Al." sebut Hera sangat pelan.

"Nggak gampang buat Papa, dia bakal berontak pasti. Dan Kak Darlen nggak mungkin ikhlasin Sinta gitu aja." kekeh Farel masih sama.

"Papa nggak gila Al, dia hanya sakit dan butuh pengobatan. Kita ajak dia pelan-pelan jangan ada emosi nanti, Papa pasti bakal mau kok. Apalagi ada lo, Papa pasti bakal lebih nurut kalo ada lo di samping Papa." Farel menatap Hera tidak yakin. Aa tau Papanya seperti apa, tidak segampang itu berbicara dengan orang yang mempunyai kepribadian temperamental seperti Matteo.

"Dan untuk Darlen dia masalah terbesarnya. Gue juga kurang yakin dia bakal terima gitu aja sama fakta kali ini, dia sesayang itu sama Sinta gue tau Al. Tapi sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai akan tercium juga akhirnya. Kalo lo masih ada niatan buat sembunyikan ini dari Darlen itu bakal tambah bikin rumit, kuliah lo juga pasti nggak bakal tenang. Baik buruknya mending sekalian aja sekarang kita tuntasin."

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang