BAB 29 : TEROR?

206 24 0
                                    

Halooo

Selamat membaca.

Dengan jaket kulit hitam yang terpasang di tubuh tegas itu, laki-laki ini melangkah pada tempat yang di pijaknya dengan langkah besar. Merotasikan bola matanya menelusuri setiap sudut mencari seseorang. Dapat, ia mendapatkan seseorang itu, sedang duduk di pinggir jendela.

"Tuan."

"Duduk." Ucap pria itu memandang setiap pergerakannya.

"Langsung ke intinya saja. Saya mau kamu lenyap kan gadis itu, dia beban buat kedepanya." ucap pria itu tanpa basa-basi.

Cowok ini menggelengkan kepalanya tidak percaya. Nafasnya kini memburu melihat tampang itu yang berbicara dengan santainya. Pria gila.

Cengkraman di besi kursi kian mengerat, mencoba menahan diri untuk tidak menerjangnya saat ini juga.

"Anda gila? Dia kebahagiaan anak anda kenapa malah ingin anda singkirkan? Mau merusak satu keluarga lagi? Mau merusak kehidupan saya lagi? Cukup ya Tuan, saya udah nggak kuat sama semuanya! Setiap malam saya tidak bisa tidur dengan tenang karena semua bayangan yang saya lakuin selalu bergentayangan di kepala saya nggak mau keluar. Mental saya kena Tuan!" Laki-laki ini menyorot benci para pria paruh bayah dengan stelan jas hitam yang duduk di hadapannya. Tangannya terkepal kuat di atas meja dan yang satu lagi di atas pahanya.

Pria itu tertawa lalu menatap tajam cowok yang baru saja menentangnya.

"Itu bukan urusan saya. Yang saya minta hanya satu, kenapa susah sekali?" tanya pria itu cukup tenang. Untuk ukuran tolak ukur manusia, pria berumur ini tidak bisa di sebut sebagai manusia.

"Ini nyawa urusan! Gak segampang itu saya turutin. Tuan ini kenapa bisa berpikir seperti ini? Ada kah orang tua rela liat anaknya selalu tidak bisa bahagia? Orang tua macam apa yang tega renggut paksa kebahagiaan anaknya? Cuman orang gila yang lakuin itu." Cerca cowok itu dengan nafas naik turun.

"Tuan sakit jiwa?" tanya laki-laki tanpa hati-hati.

Brak!!

Pria itu menggebrak meja dengan kasar, hingga cukup menyita banyak pasang mata yang menatap ke arah meja yang sedang di duduki keduanya. Pria itu menatap marah padanya, mungkin sedikit tersinggung dengan kata-kata tadi.

"Jaga ucapan kamu! Nggak sopan kamu, tidak di didik ya sama orang tua kamu hah?!" Sentak nya sangat marah.

"Jangan bawa-bawa orang tua saya! Kalo marah ke saya aja jangan sangkut pautin ke mereka!" Cowok ini ikut marah mendengar ucapan pria tadi.

"Saya nggak salah. Ibu kamu gila dan Ayah kamu lumpuh siapa yang didik kamu? Tidak ada kan?" Pria itu tersenyum meremehkan sekaligus memandang rendah cowok yang duduk di depannya.

"Saya bisa aja hajar Tuan disini juga, cuman saya tahan-tahan terus. Saya masih bisa di anggap waras mau berkelahi sama orang yang jiwanya udah terganggu seperti anda." Cowok itu menunjuk tepat di depan wajah pria itu. Rahangnya mengeras, tangan yang satunya terkepal dengan kuat siapa di layangkan saat itu juga.

"Berani kamu sekarang sama saya hah?! Kamu pikir kamu siapa bisa lawan saya? Anak gak tau diri, kurang baik apa saya sama keluarga kamu? Jadi gembel kamu tanpa saya di dunia yang keras ini!" Sentak nya dengan mata memerah.

BAPER [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang