Halooo
Selamat membaca.
"Papa kemana, Ma?" Farel mengambil duduk di sebelah Mika seraya mengedarkan pandangannya mencari sosok Matteo.
Semuanya malam ini berkumpul di ruang keluarga. Ada Hera, Mama, Icha bahkan Radit yang biasanya selalu sibuk dengan julukan dokternya sekarang sedang ikut bersantai bersama, kecuali sang kepala keluarga yang entah kemana.
"Di ruang kerja," jawab Mika tanpa mengalihkan pandangannya.
Farel menatap ruangan yang menjadikan tempat kerja Matteo. Ruangan itu tertutup sangat rapat, sudah pasti ada orangnya karena jika terbuka sedikit itu artinya yang punya ruangan sedang tidak ada di tempat.
"Kenapa nggak pagi sampai siang aja sih kerjanya, kenapa selalu malam sampai pagi. Mama dibilangin Papanya kek biar jangan gitu nanti bisa sakit loh, pola hidup yang nggak baik buat tubuh," ucap Farel memandang Mika sepenuhnya. Khawatir dengan kondisi kesehatan Matteo.
Mika tersenyum memandang sayang Farel. Mengelus puncak kepala cowok itu." Udah capek Mama bilangin Papa kamu. Nggak ada yang di dengerin satu kata pun kalo Mama tegur. Bahkan setiap hari Mama selalu tegur Papa kamu untuk bekerja seperti manusia normal lainnya, tapi dia lebih suka malam katanya. Selain tenang, dia juga lebih fokus untuk mengerjakan apapun." balas Mika menjelaskan.
"Tapi nanti bakal sakit kalo gitu terus, iya kan Mas Radit?" Farel menolehkan kepalanya pada suami Kakaknya yang selaku dokter.
"Iya benar. Pola hidup yang tidak sehat akan mempengaruhi imun tubuh, mengakibatkan cepat terserang penyakit. Tidur yang tidak teratur dan banyak begadang akan membuat tubuh cepat lemah karena kurangnya waktu tidur membuat gampang jatuh sakit." Kata Radit membalas Farel. Farel mengacungkan kedua jempolnya pada Radit. Tersenyum bangga, semua yang di ucapkan suami dari Kakaknya itu adalah maksud dari ucapan Farel untuk Matteo.
"Kaya kelelawar kan ya Bang Al. Opah selalu produktif pada malam hari bukan siang hari seperti manusia normal lainnya." Ucap Icha yang di angguki oleh Farel. Tumben benar apa yang keluar dari mulut gadis kecil itu, kan biasanya nyinyir terus.
"Nah pinter anak setan, eh anak pintar maksudnya Kak Hera. Peace damai, mulut gue tadi keseleo sumpah nggak boong!" bela Farel mati-matian. Pasalnya mata tajam Hera sudah mengarah padanya, takut setelah ini tubuhnya tidak baik-baik saja lebih baik berdamai duluan. Cari aman.
"MULUT LO SINI GUE CABEIN!" pekik Hera sangat kesal. Memberikan satu bogeman besar pada Farel membuat cowok itu meringsut pada Mika.
"Hus! Hera dia adik kamu nggak baik tau," lerai Radit. Hera mulai lunak lalu menatap Radit memelas.
"Tapi dia ejek Icha, Mas! Masa aku diem aja," ucap Hera kini lebih kalem.
"Dia cuman becanda pasti, udah ah nggak boleh marah-marah udah malam," ucap Radit. Secara tidak langsung membela Farel dari amukan macan garang itu.
"Tuh dengerin kata suami. Mas Radit aja ngerti maksud gue masa lo baperan sih!" seru Farel. Hera kembali melayangkan tatapan tajamnya saat mendengar Farel kembali berbicara.
"Anak pungut diem lo!"
*****
"Yo, enaknya malam ini kita kemana ya?" Agam memandang Rio. Cowok itu malah menaikan bahunya.
"Pulang aja lah," balas Rio pada akhirnya.
"Gue gabut banget tau kalo di rumah terus. Ke tempat bilyard aja yuk, Yo. Gak asik tau kalo pulang, mau ke Farel dia lagi bucin, mau kemana lagi coba bilyard ajalah yang di gang depan tuh." Agam menaik-turunkan alisnya memandang Rio. Kedua tangannya sibuk dengan makanan ringan yang baru saja di beli di supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAPER [COMPLETED]
Teen FictionIni menceritakan kisah dua sejoli yang mempunyai sifat berkebalikan. Satu misi yang malah menimbulkan rasa keterbalikan dari perjanjian awal. Harusnya Farel konsisten dengan kata yang keluar dari mulutnya. Harusnya Farel tidak boleh melanggar yang s...