Mobil itu bagus sekali. Seluruh bagiannya berkilau. Warna perak metaliknya membuat orang berpikir kalau mobil itu diciptakan memang dari perak yang indah. Jarak antara bagian bawah mobil dan jalanan sangat pendek seolah mobil itu merayap di jalanan. Kalau bukan karena ada orang yang keluar dari dalam mobil, sudah pasti Gadis dan ibunya mengira mobil itu hanya mobil mainan.
Ibu Gadis mengenal lelaki yang keluar dari mobil itu. Walau sekarang wajahnya jauh lebih bersih, kulitnya lebih putih, dan pakaiannya lebih bagus, dia tidak akan pernah lupa lelaki yang dibesarkannya dulu.
Lelaki itu tadinya adalah anak kecil yang suka membantunya saat masih sekolah. Walau dia sudah menyuruh anak itu untuk belajar saja, tapi dia selalu memaksa mengerjakan pekerjaan rumah. Katanya sih karena kasihan. Anak itu khawatir dia sakit karena mengerjakan semua pekerjaan sekaligus. Maklum, saat itu Ibu Gadis masih berjualan kue untuk dititipkan di beberapa warung. Hasilnya lumayan untuk membelikan anak-anak kecil di rumahnya mainan atau mengajak mereka ke taman hiburan.
Ibu itu memperlakukan anak lelaki yang menumpang di rumahnya seperti anaknya sendiri. Apa yang dia berikan pada keluarganya, juga dia berikan pada anak itu sekalipun statusnya hanya anak keluarga jauh saja. Wajah tampan anak itu, kebaikan, dan kecerdasannya membuat perempuan itu jadi sangat menyukainya. Perempuan itu ingin membantu anak lelaki itu mencapai kesuksesan agar bisa membiayai keluarganya yang miskin nantinya.
Kini, melihat anak itu benar-benar sukses membuat perempuan itu menangis terharu. Dia sudah melupakan seberapa lama anak itu tidak menghubunginya sejak ia lulus kuliah. Mungkin memang kerasnya hidup di ibukota membuatnya lupa keharusan menghubungi keluarga. Banyak orang yang berkata kalau saat meniti karir, mereka memang akan lupa banyak hal, termasuk masa lalu dan keluarga. Beban berat dan tugas-tugas menjilat atasan butuh emosi dan pemikiran terhadap taktik yang sungguh menghabiskan energi.
"Bibi kapan datang?" kata lelaki itu dengan wajah cerah menyapa Ibu Gadis.
"Baru aja, Nak. Kamu sudah hebat sekarang. Bibi kira, kamu masih ... yah, sederhana. Kan kamu baru dua tahun lulus, Nak. Ternyata, kamu sudah sukses. Cepat sekali."
Lelaki itu tersenyum malu-malu, kesederhanaan dan kepolosan yang sejak dulu membuat perempuan itu mengaguminya. Menurutnya, lelaki yang memiliki kepolosan adalah lelaki yang tulus.
"Perpaduan antara keberuntungan, kerja keras, kecerdasan memang luar biasa, Bibi. Oh, ya, Paman mana?"
Senyum hilang dari wajah perempuan itu. "Meninggal, Nak."
"Hah? Kenapa? Paman nggak sakit, kan?"
Perempuan itu menggeleng pelan, lalu menunduk. Kepiluan kembalu merasuk dalam dadanya. Seharusnya dia tahu kalau dia punya kewajiban untuk menceritakan segalanya lagi. Pasti akan selalu ada yang bertanya perihal suaminya. Dia memang harus selalu mengupas luka di masa lalu karena orang akan selalu ingin tahu, tapi tak peduli bagaimana perasaan orang yang menceritakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mistério / SuspenseJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...