44. The Truth

391 108 20
                                    

"Kau siap untuk bercerita, Goldie?" tanya Gadis sambil beranjak duduk di samping tempat tidur putrinya. 

Gadis itu mengangguk. Setelah ke kamar mandi untuk mencucui wajah dan menenangkan diri dengan segelas air putih yang diberikan ibunya, Goldie duduk di samping ibunya. Dia membuka percakapan dengan berkata, "Aku bertemu dengan seorang laki-laki, Mama."

Kalimat pembuka ini membuat jantung Gadis nyaris berhenti. Namun, dia menjaga agar ekspresinya tetap menunjukkan ekspresi tenang. Dia tidak ingin anak gadisnya ketakutan, lalu tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Padahal, tangannya gemetar. Dia sempat menelan ludah dan memaksakan senyum untuk membuat dirinya seolah baik-baik saja.

"Lalu?" tanyanya sebelum berdeham pelan dan menarik napas dalam.

Dia benar-benar menyesal tidak ikut mengantarkan anaknya pada kontes itu. Di dalam hati, dia terus menyalahkan diri sendiri. Paling tidak, seharusnya dia bisa melihat kalau anaknya bertemu dengan orang yang tidak seharusnya dia temui.

"Dia menggenggam tanganku saat aku ada di panggung."

Tubuh Gadis seperti disetrum. "Pang-panggung?" tanyanya ingin memastikan.

"Iya," jawab anaknya pelan.

"Lalu?"

"Lalu, entah kenapa dia pergi. Kancing permata mansetnya jatuh. Aku ingin mengembalikannya. Aku berikan pada panitia, tapi dia berkata kalau tidak tahu dan dia langsung pergi meninggalkanku begitu saja. Setelah itu, aku memutuskan untuk mencari ke ruang ganti. Manset itu permata sungguhan. Aku yakin dia akan sangat sedih kalau tidak mendapatkannya lagi. Saat aku mengetuk pintu dan memintanya membuka sebentar, dia malah memelukku. Dia mengatakan soal cinta dan sebagainya. Aku ... malu, Mama."

Saat menonton acara di pentas itu, Gadis sempat tertegun melihat nama orang yang akan memberikan piala. Gadis menunggu sampai orang itu muncul di layar televisi. Sayangnya, anaknya menangis kencang saat dia meneruskan menonton televisi. Dia berlari ke kamar dengan hati penuh tanya, apakah anaknya akan bertemu dengan lelaki itu?

Saat dia kembali, pengumuman itu dikumandangkan dengan penuh kebanggaan, nama anaknya disebutkan dengan lelaki itu berdiri di panggung, tapi gadis yang datang bukan anaknya. lelaki itu terlihat kecewa sekali melihat gadis lain yang menerima piala.

Gadis menghela napas panjang, tidak tahu dia harus senang atau sedih. Dia hanya memegang tangan suaminya, lalu menceritakan semua pada lelaki baik itu. Bagi Gadis, suaminya telah memberikan segalanya untuknya. Lelaki jangkung itu telah begitu baik padanya selama ini. Rasanya berdosa sekali kalau dia tidak menjawab saat ayah dari anak-anaknya itu bertanya, "Kenapa?"

Humbert memeluknya dari samping, lalu mencium bahunya yang terbuka saat itu. Dengan perlahan dia berkata, "Aku mengerti perasaanmu, Sayang. Tapi, kita tidak bisa membiarkan Goldie tidak mengetahui semuanya sekarang. Dia harus tahu. Paling tidak, dia harus mengerti kalau kau tidak hamil sendirian."

"Tapi, kalau aku mengatakan padanya, Goldie mungkin akan ingin bertemu dengan ayah biologisnya. Jika itu terjadi, dia akan mengambil Goldie dariku. Aku tidak akan membiarkan itu, Humbert. Aku tidak ingin itu terjadi. Aku mencintai Goldie."

"Aku juga mencintai Goldie. Kita akan minta Goldie untuk merahasiakan ini. Dia gadis yang pintar. Dia akan menjadi gadis yang bisa mengerti kita, Sayang," ucap Humbert menenangkan istrinya.

Gadis berusaha untuk percaya dan bersikap tenang seperti yang dilakukan oleh suaminya, tapi di dalam hatinya ada gelisah yang tak akan bisa segera selesai. Saat Goldie tidak menelepon dan tidak nampak di layar kaca lagi, Gadis sudah was-was sekali. Namun, dia tidak menyangka kalau Goldie akan bersentuhan langsug dengan lelaki itu. 

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang