Gadis, Goldie, dan Humbert dibawa ke ruangan yang sama. Mereka masih dalam keadaan terikat pada tangan di punggung. Ketakutan, amarah, dan keputusasaan membayang wajah mereka, membuat mereka sangat frustrasi mencari jalan keluar dari tempat ini.
Goldie yang ketakutan berjalan mendekati ibunya. "Ma ...." Dia merapatkan tubuh pada ibunya.
Sedari tadi dia menangis, tidak bisa membayangkan ucapan Juan untuk menidurinya, anak biologisnya sendiri. Dia sama sekali tidak berpikir untuk menghabiskan masa mudanya menjadi korban perkosaan yang dilakukan di depan kedua orang tuanya.
"Aku tidak akan membiarkan dia melakukan itu padamu, Goldie. Tidak akan," kata Humbert dengan gagah, padahal giginya sudah lepas dan tubuhnya sudah jauh lebih lemah. Beberapa gigi depannya patah akibat berkali-kali dihajar dengan gagang senapan yang berat itu.
Lelaki itu membuktikan cintanya pada keluarga, sama sekali tidak menyerah. Dengan susah payah dia berdiri untuk berkumpul bersama Gadis dan anak tirinya itu, untuk memberi mereka kekuatan.
Gadis melihat sekeliling ruangan itu. Dia ingin mencari sesuatu untuk dilakukan. Dia ingat pesan ibunya, akan selalu ada jalan keluar kalau kita mencari dengan perlahan dan sabar.
Dia berusaha melakukannya, menyuntikkan kesabaran dan kekuatan pada diri sendiri sekalipun dia sudah tidak bisa berpikir lagi.
Dia melihat ke segala arah pada ruang yang seprtinya ruang pertemuan kecil ini. Hanya ada meja besar dan kursi-kursi kayu yang disusun mengelilingi meja itu seperti dalam ruang rapat sebuah kantor. Di tengah meja itu ada vas bunga pendek yang lebar mengikuti bentuk oval meja itu sebagai pajangan. Bunga-bunga asli yang wanginya semerbak ditata di dalam vas berwarna cokelat tua itu.
Di pinggir sisi lain ruangan ada lemari laci setinggi pinggang yang ditata memanjang. Gadis membuka salah satu laci yang ternyata tidak dikunci. Namun, laci itu kosong. Beberapa laci berisi perlengkapan minum minuman keras yang sepertinya digunakan sebagai hiburan saat anggota rapat kehausan. Di atas baki perak besar di atas lemari laci itu juga ada beberapa botol minuman yang berisi cairan berbeda. Semuanya minuman keras.
Selain itu, tidak ada lagi yang istimewa dari ruangan ini. Beberapa kursi lain di bagian yang agak lapang itu pasti untuk anggota luar rapat yang tidak memiliki hak suara. Bisa jadi juga kursi-kursi itu untuk pelayan yang menunggu jalannya rapat sambil mempersiapkan kebutuhan anggota rapat agar tetap nyaman.
Gadis melihat wajah suaminya, lalu anaknya. Dia tahu kalau hari ini akan tiba. Dia tahu juga kalau sekaranglah saat baginya untuk mengakhiri semua ketakutan dalam hatinya.
"Sayang, bisakah kau mengambil botol minuman ini dengan tangan di belakang tubuhmu?" tanya Gadis pada suaminya.
Humbert yang lebih tinggi menghampiri meja itu dan mengambil botol minuman keras yang ada. Dia memegang leher botol untuk menunjukkan pada istrinya kalau dia bisa melakukan yang diperintahkan istrinya.
Dengan tangan di belakang, Gadis mengambil lap tangan yang ditumpuk di salam satu laci. Dia mengambil lap itu dan berusaha melilit botol dengan lap.
Humber menatap istrinya dengan takjub. Dia mengerti yang dipikirkan Gadis. Setelah botol itu dililit dengan lap yang cukup tebal, dia membenturkan botol pada ujung meja laci itu.
Lap itu berguna untuk meredam bunyi, agar semua orang di luar sana tidak mendengar keributan dari tempat ini.
Sekarang, mereka memiliki botol pecah dengan leher botol digenggam oleh Humbert. Ujung pecahan botol itu sangat tajam. Tentu saja orang bisa mati karenanya.
"Goldie!" panggil Gadis dengan cepat.
Goldie yang masih terisak-isak di tempatnya tadi menghampiri ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mystery / ThrillerJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...