7. Baby Craddle

2.2K 407 36
                                    

Gadis melaksanakan tugasnya dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia mengikuti semua arahan dan perintah yang disebutkan oleh ibunya, tidak membuat banyak suara, tidak berbicara yang tidak perlu, dan tidak banyak bergerak agar ruangan tetap rapi. Berkat melakukan ini saja, dia mendapat hadiah pujian dan usapan di kepala dari lelaki pemilik rumah.

Memang beginilah seharusnya anak-anak, tidak merepotkan. Berkata saat diminta dan melakukan apa pun tanpa membantah. Selebihnya, anak kecil harus diam dan biarkan orang dewasa melakukan tugasnya dengan baik.

Di rumahnya dulu, Gadis tidak pernah dilarang melakukan apa pun. Ayahnya suka dia melakukan apa saja yang membuatnya senang, tapi ini bukan rumahnya. Lelaki itu bukan ayahnya. Sudah seharusnya Gadis mematuhi hukum orang dewasa yang sering diteriakkan tetangganya pada anaknya.

"Anak kecil tidak boleh merepotkan orang tua. Anak kecil yang bikin repot, nanti dibuang dan tidak disayang," begitulah kata tetangganya pada hari-hari perempuan tua itu marah pada anaknya.

Sesekali anaknya yang memiliki energi berlebih mengeluh pada Gadis. "Kalau sudah tua, aku juga nggak mau repot sama Mama. Kalau Mama sudah nenek-nenek, kubuanh aja ke jalanan. Kusuruh ngemis. Biar dia tahu kayak gimana rasanya diginiin."

Gadis tahu bagaimana orang-orang tua di pinggir jalan. Anak-anak mereka menurunkan mereka di trotoar dan menyuruh mereka mengemis di panas siang bolong. Semakin tua, semakin renta, semakin membuat orang kasihan. Beginilah akhir hidup tetangganya nanti.

Saat itu, Gadis hanya melihat wajah kedua orang tuanya. Dia tidak sanggup membayangkan dua orang yang dicintainya itu berada di jalanan. Dia ingin menjadi orang hebat yang sukses seperti doa ayahnya agar bisa membelikan mereka rumah besar dan uang banyak agar mereka bisa membeli apa pun yang mereka inginkan tanpa repot berhemat seperti sekarang.

Paling tidak, dia ingin memberikan rumah pada orang tuanya seperti rumah lelaki ini, besar, penuh perabotan modern, berkelas, indah, dan nyaman. Ibunya pasti lebih senang membersihkan rumahnya sendiri daripada rumah orang lain seperti sekarang.

"Wah, anak ini pintar sekali menggambar, Bibi. Kenapa dia nggak ikut lomba gambar aja?" Lelaki itu terkejut melihat Gadis kecil berada di lantai, sudut ruangan untuk mencoret-coret kertas putih HVS dan bolpen. Dia membuat pemandangan dengan dua gunung dan satu jalan raya dari perspektif yang berbeda. Lelaki itu kagum mengetahui kecerdasan Gadis yang mampu melihat pemandangan dari sudut pandang yang berbeda.

"Kamu pintar gambar gini dari kecil?" tanya lelaki itu.

"Nggak pintar, Om. Di sekolah ada yang lebih bagus gambarnya. Punyaku cuma dapat nilai tujuh. Kata Ibu Guru, gambarku nggak umum, Om. Harusnya anak kecil gambar yang umum aja. Ibu guru bilang aku kayak orang sakit."

"Sakit? Sakit apa?"

"Sakit jiwa, Om."

"Ha?"

Ibu Gadis menghampiri mereka, mencoba menjelaskan dengan lebih baik. "Anak ini sering menggambar hal-hal dari sudut pandang yang berbeda. Mulanya kupikir itu bagus. Kan, ya, yang namanya sudut pandang itu semakin berbeda, semakin menunjukkan kreativitas yang bagus. Tapi, menurut gurunya itu aneh. Aku ya pernah dipanggil ke sekolah gara-gara gambarannya. Waktu itu dia menggambar badut Pikachu yang cakep terus duduk di pinggir jalan. Kepalanya ditaruh di lantai. Kata gurunya gambar itu menunjukkan mutilasi karena gurunya nggak paham kalau bulatan kecil di atas tubuh Pikachu itu kepala manusia. Gurunya pikit itu tulang leher. Pikachunya kepalanya putus. Gambar itu difoto sama gurunya, terus di-upload ke Facebook. gambaran anakku jadi viral dengan berbagai hujatan. Aku sampai sedih dibilang ibu nggak bener."

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang