45. Absolutely

432 86 8
                                    

Ibu dan anak itu berpandangan. Mereka nyaris tidak bernapas untuk mendengarkan ada apa di bawah sana. 

Awalnya, gedoran itu terdengar lagi. Lalu, terdengar suara pintu yang akan dibuka dan Humbert yang berteriak, "Siapa kalian?"

Gadis langsung tahu apa yang terjadi di sana. 

Suara ledakan terdengar. Anak-anak kecil berteriak sekeras yang mereka bisa. Pembantu-pembantu di bawah juga menjerit saat ada suara berisik berikutnya. Suara Humbert sudah tidak terdengar lagi.

Goldie melompat ke depan, melindungi ibunya. Dia baru ingat kalau dia memegang sabuk hitam. Hanya saja, dia belum pernah benar-benar menghadapi masalah seperti ini sebelumnya. Belum pernah ada perampok yang masuk ke rumahnya atau mengganggu keluarganya. Dia sendiri berpikir mungkin saja dia tidak akan menggunakan ilmu beladirinya selamanya.

Kini, dia harus memutar otak untuk memikirkan jurus mana yang harus digunakannya kalau ada orang yang mendobrak masuk ke kamar itu.

"Adik-adikmu," desis Gadis di belakang Goldie. "Mama akan mengambil adik-adikmu. Kau tunggu di sini. Bersembunyilah! Cari tempat yang tidak ada orang lain yang tahu. Mama mohon." kata perempuan itu dengan desisan kuat.

"Mama, aku ingin menyelamatkan kalian."

"Tidak. Mama tahu siapa yang melakukan ini. Mama tahu kenapa dia ke sini. Kau bersembunyi di mana pun yang kau pikir bagus. Jangan keluar apa pun yang terjadi. Janji?"

Goldie mengangguk dengan sangat terpaksa. 

Sebenarnya dia tidak ingin mengiakan permintaan ibunya. Dia ingin sekali keluar untuk melihat apa yang terjadi di sana. Dia sangat ingin tahu siapa yang berani mengacau di rumahnya sampai seperti itu.

Dia duduk di tempat tidur dengan kesal. Matanya nyalang mencari tempat untuk bersembunyi seperti permintaan ibunya. Kalau bisa, saat ini juga dia membawa senjatanya keluar dari kamar itu.

'Senjata? Keluar dari kamar?'

Goldie tersenyum sendiri. 

Dengan lincah dia mengambil busur dan anak panahnya dari lemari. Selama ini dia belum pernah membidik makhluk hidup, tapi dialah pemanah terbaik yang ada di kelasnya. Dia tahu dia bisa membidik manusia demi keluarganya.

Dengan busur dan anak panah yang diselipkan melintang pada tubuhnya, Goldie keluar dari kamar. Dia melihat sekeliling lantai dua dan tidak melihat siapa pun di sana. 

Hati-hati sekali, Goldie berjalan dengan bersandar pada dinding. Tangan kirinya memegang busur dan tangan kanannya perlahan mengambil anak panah di punggungnya. Dia mencoba melihat yang terjadi di bawah lewat bagian atas balkon.

Ternyata, di bawah ada banyak lelaki dengan pakaian serba hitam. Ada warna belang kelabu gelap seperti belang di baju tentara pada bagian atas seragam mereka. Semuanya menggunakan helm dan rompi antipeluru seperti SWAT, tapi jelas sekali mereka bukan SWAt atau tim kepolisian mana pun. 

Goldie tidak peduli. Kalau mereka berani mengacau di rumahnya dan menghancurkan keluarganya, berarti mereka semua musuhnya.

Suara ibunya yang berdebat dengan mereka terdengar putus asa di bawah sana. Adik-adiknya menangisi ayah mereka yang sedang dalam keadaan tidak sadar. 

Goldie menenangkan diri, bersandar pada dinding dan mulai membidik lelaki yang paling mudah dulu. Tidak ada yang bisa dia bidik dari lelaki itu selain wajahnya. Goldie memilih matanya.

Dia memejamkan mata untuk membuang semua kegelisahan di hatinya. Dengan ketenangan yang biasa dia suntikkan ke dalam diri, dia menarik busurnya. 

Anak panah itu melesat dan menembak tepat pada mata orang itu.

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang