Mereka membawa Gadis ke ruangan serba putih. Hanya ada meja kursi belajar dan tempat tidur pada ruangan itu. Tidak ada perbotan lain.
Dinding-dinding kamar itu berlapis kain empuk yang tidak rusak walau Gadis sudah berusaha untuk mencakarnya kuat-kuat. Lantai kamar itu terbuat dari karpet yang tidak tebal, tapi cukup hangat untuk kaki yang tidak bersepatu.
Gadis mencari pintu menuju kamar kecil tapi tidak ada. Sejak dalam perjalanan tadi dia merasa kantung kemihnya sudah penuh. Dia kembali pada pintu tempatnya masuk tadi, mencari celah untuk membukanya lagi. Namun, pintu itu bergeming. Tidak ada gagang pintu untuk membukanya, tidak ada apa pun yang bisa digunakan untuk keluar dari sana.
Pintu itu tercipta untuk menahan orang agar tidak keluar, bukan agar orang bisa keluar masuk.
Gadis mundur beberapa langkah, melihat sekeliling kamar, lalu dia sadar benar kalau dia dikurung. Dia dipenjara di tempat ini.
Kenapa?
Bukankah lelaki itu menyukainya? Kenapa lelaki itu tidak mengatakan apa-apa untuk menyelamatkan Gadis?
Hal ini membuat Gadis jadi bertanya-tanya, apa lelaki itu sebenarnya memiliki atasan sehingga tidak bisa melakukan segalanya dengan bebas sekalipun dia disebut sebagai pemilik fasilitas dan pemrakarsa acara ini?
Gadis melihat kamera yang menyala di ujung langit-langit, menilai apakah dia bisa melakukan sesuatu pada kamera itu?
Sayangnya tidak ada. Dia tidak melihat kemungkinan bisa melakukan apa pun agar bisa keluar dari sini.
Setelah agak lama di sana, dia melambai di depan kamera, lalu menunjuk kemaluannya untuk mengatakan kalau dia ingin buang air kecil. Dia khawatir mereka salah menilainya melakukan ajakan melakukan perbuatan tidak senonoh, tapi tidak ada cara lain untuk mengatakan maksudnya. Dia memang ingin sekali buang air kecil.
Tidak lama sejak dia mulai bertingkah aneh menunjuk-nunjuk kelamuan, lalu membuat tanda melontarkan sesuatu ke lantai, pintu kamar itu diketuk satu kali. Bunyi kunci mekanik yang membuka membuat gadis itu merasa lega. Akhirnya, dia bisa buang air.
Seorang perempuan dan seorang laki-laki masuk ke kamarnya. Mereka memakai baju yang sama dengan semua pengawas dan dokter di tempat ini, putih. Mereka berdiri di samping pintu dengan tegap.
"Aku akan mengantarmu untuk buang air kecil," kata perempuan itu dengan nada datar yang dengan nada datar perempuan di Google.
"Terima kasih," kata Gadis sambil mengangguk.
Perempuan itu mengantarkan Gadis ke toilet yang tidak jauh dari sana. Menurur Gadis ini sangat tidak efisien. Seharusnya dia tidak perlu terus mengantarkan Gadis seperti itu kalau memang di dalam kamar itu ada kamar mandinya. Kalau begini, mereka berdua akan sama-sama kerepotan.
Begitu Gadis selesai dengan kebutuhannya, dia bertanya, "Kenapa kita harus begini? Kenapa aku tidak ditempatkan pada kamar dengan kamar mandi di bagian dalamnya?"
"Karena kami tidak ingin mengambil risiko kau melarikan diri. Lagi pula, dengan begini kami bisa menghitung frekuensi kencingmu dan kamu juga bisa berjalan kaki keluar dari kamar itu untuk menggantikan waktu olahraga."
"Ini namanya penjara isolasi, ya? Aku dipenjara isolasi begini karena melakukan kesalahan?"
"Ini rehabilitasi untuk pasien yang memiliki penyakit bawaan."
"Aku sehat?"
"Kami belum melakukan observasi atas dirimu. Kami tidak bisa mengatakan apa pun."
"Kalian sinting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mystery / ThrillerJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...