"Maafkan aku, Ma'am. Aku tidak bisa menemani kalian dalam pelarian ini. Ada hal yang jauh lebih penting untuk kulakukan, paling tidak ... sebelum aku mati. Saat kalian mendengarkan ini, mungkin aku sudah ada jauh sekali dalam perjalanan ke Los Angeles. Aku harus menghadiri sesuatu yang sangat penting dan harus segera dilakukan. Maaf kalau aku tidak bisa memenuhi janjiku, tapi aku sudah meminta tolong pada beberapa orang temanku untuk membantu kalian. Mereka memang terlihat aneh, tapi mereka tidak jahat. Aku berani menjaminnya. Jika mereka kasar padamu dan menyakitimu atau anak-anakmu, katakan padaku. Aku berjanji akan menghabisi mereka saatu itu juga. Semoga Tuhan bersama kalian dan melindungi kalian."
Gadis menatap anak gadisnya saat mendengar rekaman suara itu. Air matanya jatuh. Orang yang dia harap akan membantu mereka, melindungi mereka ternyata malah harus melakukan hal yang lebih penting. Bagaimana bisa lelaki itu melupakan janji pada ibunya dan hanya mengirimkan pesan suara pada mereka?
Pesan suara di saat segenting ini saat nyawa menjadi taruhannya?
"Apa yang lebih penting daripada nyawa kita?" tanya Goldie pada ibunya. Suaranya terdengar putus asa. Dia memang nyaris putus asa. "Bukankah seharusnya dia punya janji denganmu, Ma?"
Gadis menggeleng pada anak perempuannya yang terlihat kehilangan harapan. Dengan lembut dia mengusap kepala anaknya. "Kita tidak bisa menggantungkan apa pun pada orang lain, Nak. Kekecewaan terbesar adalah saat kau terlalu berharap pada manusia. Setiap manusia memiliki kepentingannya sendiri. Hanya sedikit manusia yang akan memilih orang lain saat dia berada di persimpangan jalan untuk memilih kepentingannya dan kepentingan orang lain." Perempuan itu tersenyum. "Biasanya, orang yang lebih memilihmu daripada dirinya sendiri memiliki perasaan yang kuat padamu," katanya lagi sambil mencubit pipi anaknya.
"Aku tidak akan memikirkan tentang orang spesial seperti itu, Ma. Aku memikirkan tentang kita. Jadi, jangan pernah mengajakku untuk berbicara tentang yang seperti itu."
Gadis tersenyum. "Kau harus melemaskan sedikit sarafmu, Nak. Kau terlihat benar-benar tegang."
"Ma, suamimu baru meningal. Mama kehilangan semua uang yang mama miliki. Sekarang anak-anak Mama di sini terlantar dan aku ... aku harus kehilangan semua ketenangan. Bagaimana caranya aku bisa tenang? Bagaimana caranya Mama masih bisa tersenyum dan menyuruhku untuk tetap tenang?"
"Mama tidak tenang, Nak. Mama tidak bisa bernapas sekarang. Mama hampir saja diperkosa lelaki itu. Mama hampir saja tidak bisa memaafkan diri Mama lagi. Tapi, apakah itu artinya kita terpuruk dalam keadaan? Kita butuh istirahat. Kau butuh istirahat. Kita butuh pikiran yang tenang agar bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan. Mama tahu kau panik dan kalut. mama juga merasakannya, apalagi sekarang kita tak punya siapa pun. Tapi, bukan begitu cara yang tepat untuk menghadapi masalah. Kita tidak akan bisa menyelesaikan apa pun kalau kita dalam keadaan panas seperti ini."
Goldie yang sedang menangis dan menatap ibunya dengan kemarahan itu perlahan-lahan langsung luluh. Dia ambruk ke pelukan ibunya dan mendekap erat ibunya.
Sudah sejak keluar dari rumah Juan dia menahan air matanya. Dia berusaha untuk tetap kuat dan bisa memimpin ibu beserta adik-adiknya. Saat dia kembali ke rumah, dia mengabaikan semua orang yang menatapnya dengan tatapan ingin tahu. Dia bertindak sangat cepat saat mengambil pakaian, uang, dan barang berharga milik ibunya yang bisa dijual di perjalanan nanti.
Goldie tahu dia meninggalkan ibu dan adik-adiknya di tempat paling rentan masalah, mobil curian Monchin. Setelah mendapatkan yang dia butuhkan, dia kembali pada ibunya dengan membawa dua tas besar dan satu tas ransel. Semuanya penuh dengan kebutuhan ibu dan adik-adiknya. Goldie melupakan kebutuhannya sendiri. Baginya, asal dia masih memakai pakaian yang bisa menahan dingin dan sepatu, semua sudah cukup. Dia tak butuh apa pun lagi selain keselamatan ibu dan adik-adinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Misteri / ThrillerJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...