55. Romeo and Juliet 2

426 92 16
                                    

"Apa yang kau inginkan?" Gadis berusaha membentak Juan, tapi tenaganya terlalu lemah untuk bersuara lantang. Dia belum makan dan minum sejak masuk ke rumah itu. Kini, tangan dan kakinya terikat. Dia tidak bisa melakukan apa pun selain berbaring di tempat tidur lelaki itu.

"Aku hanya ingin kau ... makan sesuatu." Juan tak berani melihat matanya. "Atau minum."

"Lebih baik aku mati daripada menyentuh makananmu." Gadis sebenarnya ingin meludahinya, tapi dia tak bisa mengangkat kepala sama sekali. Tenaganya habis setelah memberontak tadi.

"Jika dia bersikeras seperti ini, kita harus memberikan suntikan saline, Sir. Dia akan mati kalau membiarkan dirinya dehidrasi seperti ini," ucap salah seorang pegawainya memberikan masukan.

Sebenarnya dia tak perlu mengatakan hal itu. Juan tahu benar yang terjadi. Dia hanya tak mampu berpikir lagi. Tidak ada yang khawatir pada kondisi Gadis. Dia terluka karena pukulan Juan. Kakinya terasa sangat dingin. Dia menggigil, tapi dia tetap menolak makan atau minum sama sekali. 

Bagaimana bisa seorang perempuan yang baru kehilangan suami makan dan minum dengan tenang? 

Kematian lelaki yang begitu dicintainya terasa sangat menyakitkan. Lelaki itu ambruk di depan matanya, lalu diseret seperti barang yang tak berguna. 

Habis sudah suara Gadis setelah dia menjerit dan memohon agar mereka tidak menyeret suaminya yang telah mati. Dengan sekuat tenaga dia memohon agar suaminya dimakamkan dengan baik. Juan atau siapa pun sama sekali tidak mendengar. Juan malah menghajar perutnya, membuatnya jatuh terpuruk di lantai.

Tak lama setelah itu, Juan datang untuk meminta maaf. Bisakah seorang perempuan memaafkan lelaki yang sebegitu kejamnya?

"Apa yang kau tunggu?" Juan berdiri di depannya. "Tidak ada yang bisa menolongmu selain aku. Apa pun yang kau lakukan sekarang adalah belas kasihanku. Kenapa kau tidak mau menurut padaku?"

Gadis berpaling, melihat lelaki di depannya dengan mata yang hanya terbuka setengah karena terlalu banyak menangis. Dia mengatur napas, lalu berkata, "Anak-anakku. Aku ingin mereka di sini."

"Anak-anak lelaki itu. Mereka bukan anakmu."

"Aku yang melahirkan mereka, Juan. Aku yang merawat mereka sejak lahir. Apa yang kau katakan? Aku sudah kehilangan suami. Tolong jangan buat aku sangat ingin mati karena kehilangan anak-anakku lagi."

Sakit dalam dada Juan terasa semakin menyiksa. Gadis yang selama ini dipikirkannya sampai menjadi bagian dari mimpinya ternyata sama sekali tidak memikirkannya. Gadis malah memikirkan lelaki lain, anak-anak lain, berbahagia dengan kehidupannya sendiri.

"Kau milikku sekarang. Kalau kau masih ingin melihat anak-anakmu hidup, kau harus melakukan yang kuinginkan. Jika tidak, kau akan melihat mereka berbaring di depan jendela itu besok pagi."

"Sepertinya aku tidak perlu bertanya apa yang kau inginkan." Gadis menyunggingkan senyum dengan dada penuh kebencian pada lelaki itu. 

Dia membuka kakinya dan menengadahkan lehernya. Matanya memejam, menunggu Juan melakukan yang sangat ingin dilakukannya. 

Sebenarnya, Juan tidak menginginkan ini. Juan hanya ingin pelukan penuh kasih seperti yang dulu diberikan Gadis padanya. Namun, dia tahu kalau dia harus logis. Pelukan itu takkan mungkin lagi bisa dia dapatkan. 

Kenapa dia harus menunggu sesuatu yang tak mungkin datang?

Dia memilih untuk menikmati semua yang ada di depannya. Dengan tenang dia merangkak untuk duduk di depan kedua kaki Gadis, lalu meraba pangkal paha perempuan itu dengan lembut. 

Juan masih merasakan desir yang sama, tapi tentu saja segalanya berbeda. Gadis yang ada di depannya sudah bukan perempuan yang mencintainya sekalipun mereka perempuan yang sama. 

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang