Gadis bisa saja melupakan apa pun di dunia ini, tapi tidak dengan ibunya. Dia sudah merasa memiliki ibunya. Sekalipun ibunya sering berkata kalau mereka harus siap untuk berpisah suatu hari nanti, Gadis tetap tidak ingin berpisah dengan ibunya, satu-satunya keluarganya, begitu saja.
Gadis sudah lelah mencari di penjuru rumah, berusaha menggali-gali setiap tumpukan barang di gudang untuk mencari ibunya, tapi tidak ada. Gadis berusaha juga merayu Nyonya dan Tuan rumah untuk menelepon polisi agar mencari ibunya, tapi mereka malah berkata, "Ibu nggak punya kartu identitas. Tanpa kartu ini, polisi nggak akan bisa mencari Ibu, Sayang. Kita tunggu sampai Ibu pulang sendiri, ya?"
Tidak. Gadis tidak bisa menunggu. Jika memang benar ibunya berada dalam kesulitan seperti di dalam mimpinya, tentu sekarang ibunya butuh bantuan siapa pun.
Dia jadi bertanya-tanya sendiri, apa ibunya tersesat dalam perjalanan pulang dari pasar? Apakah ibunya bertemu dengan lelaki tampan dan ikut lelaki tersebut berpetualang melihat bintang seperti dalam cerita kartun yang dia tonton semalam? Banyak sekali pertanyaan dan kemungkinan yang singgah di dalam kepala Gadis. Tidak satu pun dari kemungkinan tersebut yang berani dikeluarkannya pada Nyonya atau tuan rumah, pun tidak diceritakannya pada boneka usang atau bantal dan guling yang dimilikinya. Gadis menyimpannya sendiri sampai kepalanya terasa sakit saat digerakkan. Dia yakin, saat ini kepalanya sudah membesar sampai sebesar kepala gajah karena terlalu banyak beban pikiran.
Hingga keesokan harinya, Gadis tetap tidak melihat ibunya. Gadis hanya bisa menangis sambil membawa pakaian ibunya yang belum dicuci. Dia juga tidak mengerti bagaimana pakaian berbau keringat kecut itu bisa membuatnya tentram dan damai.
"Apa itu, Sayang?" tanya Nyonya rumah dengan ramah begitu melihat gadis berjalan ke meja makan pagi itu.
"Baju Ibu," jawab Gadis di antara napas yang tersendat karena masih sesak setelah menangis terus-terusan. "Aku masih pengin ketemu Ibu, Tante."
"Eh? Itu baju Ibu? Kamu dapat dari mana?" Perempuan itu buru-buru mengambil baju itu dari tangan Gadis. Dia agak memaksa sebenarnya. Gadis berusaha mempertahankan satu-satunya yabg ia punya, tapi perempuan itu menyentak kuat sampai terlepas dari pegangan anak kecil itu.
Gadis memandangnya aneh. Dia berusaha berpikir baik, siapa tahu pada baju itu ada petunjuk yang membawanya pada ibunya.
"Dari tumpukan baju kotor, Tante. Ibu belum sempat nyuci kemarin. Tante, Ibu kira-kira ada di mana, ya? Kenapa Ibu melupakan aku?"
"Mana tumpukan baju kotornya?" Perempuan itu masih tidak bisa melepaskan perihal pakaian usang itu begitu saja, seolah pakaian itu begitu penting. Ini membuat Gadis semakin bingung, antara khawatir dan bersemangat, siapa tahu ada petunjuk yang bisa ia dapatkan dari pakaian ini.
Gadis menarik baju ibunya lagi dengan perlahan. "Di belakang, Tante. Kenapa? Tante mau nyucikan?"
Dia mengangguk cepat. Tanpa banyak bicara, dia mengambil baju Ibu Gadis dari tangan kecil anak itu lagi. Dia tidak peduli Gadis menjerit protes karena tidak ingin berpisah dari baju itu. "Kamu bisa ketemu ibumu nanti. Nggak usah bawa ginian," dalihnya sambi berjalan ke ruang mencuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Misterio / SuspensoJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...