Perempuan itu terlihat seperti masih berumur lima belas tahun. Tubuhnya mungil dengan dada besar yang berbentuk indah. Lekuk tubuhnya menunjukkan kalau perempuan itu sering berolahraga dan menjaga pola makan sehat. Matanya besar berwarna biru yang sekarang diliputi kemarahan luar biasa. Jika tangannya tidak dipegang Eric, sudah pasti wajah Gadis sudah babak belur dihajarnya.
"Ariel? Ariel? Dia bukan siapa-siapa." Eric merusaha menariknya dari Gadis. "Ya, Pak. Aku tahu. Aku tidak akan membuat perkara. Ini istriku," kata Eric pada pemilik kedai yang sudah akan meledak melihat perkelahian kedua ini.
Hari ini memang aneh, hujan lebat yang sangat deras di siang hari tidak bisa berhenti, tamu yang datang berbondong-bondong memenuhi kedai, stok kopi yang nyaris habis, tapi ternyata cukup untuk semua pelanggan yang datang, perkelahian remaja, hingga sekarang istri cantik yang marah pada suaminya. Semua seperti kebetulan yang aneh.
Eric menarik pinggang istrinya yang ramping. Melepaskan tangannya dari helaian rambut Gadis. Pelan, dia menenangkan istrinya. Lelaki itu membisikkan kata-kata indah di telinga istrinya sambil memeluk perempuan itu lekat. Tangan Eric membelai rambut merah menyala dan tebal istrinya, membuai istrinya dalam ketenangan.
"Sayang, ini Gadis. Kami baru ketemu di sini. Gadis tadi nggak dapat tempat duduk. Kebetulan di sini tinggal satu-satunya kursi yang tersisa. Jadi, dia makan di sini. Setelah itu, ada perkelahian di sana. Dua cewek berebut formulis Butoijo. Gadis sampai tidak bisa makan kuenya dan aku tidak bisa minum kopi lagi karena kena pecahan beling. Mereka saling lempar gelas dan piring tadi."
Eric menunjuk lantai yang sekarang sudah dibersihkan beberapa pelayan. Ariel berganti-ganti melihat suaminya, lantai, pemilik kedai yang marah-marah, dan Gadis sekaligus. Dia berusaha menilai penjelasan Eric, bohong atau tidak.
"Aku nggak kenal siapa Kak Eric sebelumnya, Kak," kata Gadis menambahkan sambil memperbaiki lagi rambutnya. "Aku berterima kasih Kak Eric mau satu meja sama aku. Lagian, aku sudah tahu kalau Kak Eric nikah. Tadi dia cerita tentang Kakak juga. Katanya. dia punya istri yang cantik banget."
Ariel yang wajahnya merona seperti rambutnya itu melihat suaminya yang tersenyum malu-malu. "Benar?"
"Siapa lagi istri yang paling cantik di dunia? Istri yang matanya seperti lautan biru, tubuhnya indah meliuk di antara karang, dan suaranya merdu setiap bernyanyi. Siapa lagi kalau bukan kamu, Sayang?"
"Terus, kenapa kamu nggak pulang?"
"Aku ... kehujanan. Kamu tahu sendiri mereka sudah menyiramkan bahan kimia di langit Ibukota sampai membuat langit Ibukota jadi suram begini. Aku bukan kamu yang punya kemampuan untuk menetralkan racun. Aku bisa kena batuk pilek kalau terkena air hujan Ibukota."
Gadis diam saja mendengar alasan Eric. Dia menanamkan dalam hati untuk tidak mendesak laki-laki. Eric tidak ingin berbohong pada Ariel. Dia hanya terdesak. Dia tidak ingin istrinya marah sehingga mengarang kebohongan. Eric sudah ada di kedai ini sendirian sejak sebelum hujan turun. Semua orang bajunya basah kecuali Eric. Ini bukti nyata kalau dia ada di sini sejak langit masih kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mistério / SuspenseJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...