17. Man and Rain

1.5K 322 20
                                    

Laki-laki itu terlihat ramah, membantu Gadis memesankan minuman yang lebih cocok untuknya daripada espresso yang dipesan Gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu terlihat ramah, membantu Gadis memesankan minuman yang lebih cocok untuknya daripada espresso yang dipesan Gadis. Gadis memesannya hanya karena tertarik dengan aroma kopi yang diminum Eric. Dia mengeluarkan buku, lalu membacanya sebentar. Tak lama kemudian, dia seperti kehilangan konsentrasi dan menutup buku itu lagi, tapi tetap menahan halaman yang sedang dia baca dengan kertas bekas bungkus bubuk gula. Dia berpaling ke luar kedai kopi, melihat hujan yang makin lama makin deras mengguyur Ibu Kota. Sesekali, lelaki itu menyibakkan rambut gondrongnya dan mengembuskan napas panjang seolah menghadapi beban yang berat sekali.

Mulanya Gadis berusaha tidak peduli. Dia sudah membaca dan menonton film yang memperlihatkan betapa pecemburunya istri lelaki tampan. Dia tidak mau mendapat masalah dengan mengakrabi lelaki yang sudah menikah seperti dia. Namun, dia tidak tahan saat melihat lelaki itu menunduk dengan tangan mencengkeram rambut seolah sedang putus asa.

"Kakak ada masalah?" tanya Gadis pelan, berhati-hati sekali seolah sedang berhadapan dengan piring yang terbuat dari kaca tipis. 

Lelaki itu tetap menunduk dan menggeleng. Gadis mengartikan ini sebagai isyarat kalau dia tidak ingin diganggu. Gadis jadi merasa tidak enak padanya. Diam-diam, Gadis melihat sekeliling, kalau-kalau ada tempat duduk lain yang kosong. Dia tidak ingin berada di dekat lelaki yang makin lama terlihat makin putus asa ini. Sayangnya, tidak ada satu pun tempat duduk yang kosong. Beberapa orang malah berbicara sambil berdiri di bagian lain ruangan. Di luar kedai, orang-orang yang tidak kebagian tempat duduk di teras sambil memegang gelas kertas berisi kopi atau teh panas. Memang, tidak ada yang lebih menyenangkan saat hujan selain berada di dalam ruangan, menikmati makanan atau minuman hangat.

"Cinta itu berat, ya?" kata Eric tiba-tiba. Dia terlihat ingin menangis. Matanya merah, tapi bibirnya tersenyum pada Gadis. Tak perlu menunggu detik, lelaki itu meneteskan air mata, lalu menghapusnya dengan cepat. 

Gadis berpaling untuk memberikan lelaki itu privasi agar tidak malu dengan air mata di depan orang asing. Gadis pernah membaca di sebuah buku kalau laki-laki itu sebenarnya malu untuk menangis. Sejak kecil laki-laki dicuci otak kalau pejantan itu tidak menangis. Menangis itu tanda lelaki tersebut lemah, cengeng, dan tidak punya kepemimpinan yang bagus. Akhirnya, banyak laki-laki yang malu terlihat sedih di depan umum.

Gadis menyodorkan kotak tisu yang lebih dekat dengannya. Lelaki itu menerima dengan ucapan terima kasih. Dari suara bersitan ingus, Gadis tahu benar kalau lelaki ini pasti sedang merasakan tekanan yang teramat besar.

"Maaf, sudah bikin kamu lihat orang nangis," kata laki-laki itu setelah tenang.

"Aku juga sering nangis," kata Gadis, kembali melihat Eric. Dia baru sadar kalau lelaki itu punya mata besar yang indah. Bulu mata panjangnya yang basah terlihat memesona. Pasti istrinya bahagia sekali punya suami seperti dia. Lalu, kenapa lelaki ini malah menangis sendirian di depan orang asing, bukan di samping istrinya?

"Kamu nangis sama siapa? Mama?"

"Sendirian. Aku tinggal sendirian dari umur ... aku lupa." Gadis baru ingat dia tidak boleh membocorkan apa pun tentang dirinya.

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang