47. The Second Meet

324 92 24
                                    

Truk berguncang cukup kuat saat mengerem di tempat tujuan mereka. Humbert yang terbangun sesaat sebelum pemberhentian itu menjulurkan kaki agar bisa menahan tubuh anak-anaknya supaya tidak terlempar. Lelaki itu melihat istri dan anak gadisnya yang berada di sisi lain truk dengan susah payah. Setelah melihat dua perempuan beda usia itu menjulurkan kepala untuk melihatnya kembali, dia mengembuskan napas lega.

"Kalian baik-baik saja, kan?" tanya lelaki itu.

"Ya, Papa. Kami baik-baik saja," jawab Goldie. "Kau yang terlihat tidak baik-baik saja," kata gadis yang cukup dekat dengan ayahnya itu lagi.

"Sepertinya rusukku patah. Mereka menghajarku dengan senapan."

"Kau bisa bergerak, Sayang?" tanya Gadis. 

"Aku akan berusaha," kata Humbert lagi, tapi ternyata dia gagal bertahan menjulurkan kepala begitu. Dia kembali berbaring di lantai truk yang panas, berharap bisa bernapas dengan lega. Napasnya sesak sejak tadi dan rasa sakit di dada bagian kanan bawahnya terasa sangat menyiksa. Dia berharap agar tulang rusuknya yang patah atau cedera itu tidak melukai organ bagian dalamnya. 

"Kita lari, Mama?" tanya Goldie yang sangat bersemangat.

"Memangnya kau tahu ini di mana?" Gadis membelalak pada anaknya. "Jangan mengajak orang berkelahi kalau kau tidak tahu kekuatan orang itu dan tidak tahu kalau kau akan memenangkan pertarungan. Itu pesan papa, kan?"

Sekalipun tak setuju, Goldie mengangguk. 

Sebenarnya dia juga yakin kalau dia tidak akan selamat jika lari saat ini. Tangan dan kakinya diikat. Sekalipun bisa melepaskan diri, dia tidak tahu di mana dia sekarang. Dia juga tidak tahu seberapa berbahayanya tempat yang didatanginya ini. Kalau dia gegabah, bisa-bisa nyawa adik-adiknya yang menjadi taruhannya.

Pintu truk itu dibuka. Cahaya menyilaukan menyembur dari luar pintu itu. serempak mereka semua menutup mata, melindungi mata mereka dari efek terbakar cahaya terang itu.

Tanpa mengatakan apa pun, pasukan yang tidak mereka ketahui dari mana itu menarik mereka dan memotong tali yang mengikat kaki mereka. Humbert yang bertubuh paling besar dan tadi melawan paling keras mendapatkan tendangan dulu sebelum dilepaskan. Tentu saja "servis" spesial ini agar Humbert semakin lemah dan tidak bisa melawan mereka lagi.

Anak-anak kecil dan pengasuhnya tetap dibiarkan berada di sana. Ini yang membuat Gadis menjerit-jerit. Dia tidak ingin berpisah dari anak-anaknya. gadis memberontak sekalipun suaminya telah mengatakan padanya untuk diam. Dia tidak ingin anak-anaknya tetap berada di dalam truk itu. Dia takut mereka membawa pergi buah hati yang telah ia lahirkan dan besarkan itu.

"Diam!" teriak seorang lelaki bertubuh besar dengan rambut pirang yang terlihat seperti algojo dalam film-film laga.

"AKU TIDAK AKAN DIAM, KEPARAT. AKU AKAN TERUS MEMBERONTAK SAMPAI KAU KEMBALIKAN ANAKKU. BEDEBAH SEPERTI KAU HANYA PENGISI NERAKA. KEMBALIKAN ANAKKU! BAWA MEREKA PADAKU!"

Lelaki itu menampar Gadis, tapi kekuatan kemarahan seorang ibu yang putus asa membuatnya bangkit dan meludahkan darah dari mulutnya. Darah itu menyembur ke wajah lelaki itu. 

Kemarahan menguasai lelaki itu. Dia menghajar perut Gadis sampai perempuan itu mendengking kesakitan. Bukannya surut, Gadis menanduk lelaki itu saat lelaki itu menunduk untuk melihat kondisinya. Lidah lelaki itu tergigit dirinya sendiri. Lelaki itu mundur selangkah sambil memegangi mulutnya.

"KALIAN HANYA SAMPAH. HANYA SAMPAH!" teriak Gadis dengan keberanian yang selama ini dipendamnya. 

Lelaki itu mengangkat senapannya, tapi dia menurunkan senapannya lagi setelah melihat ada lelaki yang berjalan ke arahnya. Lelaki yang sebelumnya begitu brutal itu langsung menunduk, tahu kalau yang datang adalah orang yang memberinya makan.

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang