Gadis tidak pernah tahu jantungnya bisa berdebar dengan kencang seperti ini selagi dia hanya duduk di depan seorang lelaki saja. Dia tahu dia bersalah. Dia tahu dia pantas dihukum. Untuk itulah dia duduk di ruang kerja lelaki itu. Namun, yang ada di depannya bukanlah hukuman seperti pada kebanyakan kesalahan yang dia tahu dilakukan oleh orang lain. Yang ada di depannya adalah lelaki dengan wajah terluka yang telah dilihatnya tadi.
Lelaki itu tidak melakukan apa pun, tidak mengatakan apa pun. Dia hanya duduk dengan tubuh dicondongkan, bertumpu pada kedua tangan di lututnya. Mata lelaki itu menatap Gadis lekat, seolah ingin mencari sesuatu di dalam diri Gadis, ingin menelanjangi semua kebohongan yang disembunyikan gadis itu.
"Kenapa kamu melihatku?" tanyanya dengan suara dalam.
Gadis mengerutkan kening, bingung. Pertanyaan macam apa itu?
Dia sudah siap jika pertanyaan lelaki itu berkisar tentang kenapa dia lari dari laboratorium itu, tapi bukan tentang pertanyaan ini.
"Karena ... Anda ada di depanku," jawab gadis, masih kebingungan. Dia hanya ingin mengatakan yang sebenarnya dia pikirkan.
"Kamu tidak takut padaku?" tanya lelaki itu lagi.
"Kenapa aku harus takut pada Anda?" Gadis buru-buru menggigit bibir. Dia khawatir yang dikatakannya malah membuatnya masuk dalam hukuman yang lebih banyak. Dia tidak bermaksud membangkang. Dia hanya ingin mengatakan kalau lelaki itu tidak menakutkan.
"Maaf," bisik gadis itu, nyaris tak terdengar siapa pun.
Dahi lelaki itu terus berkerut, membuat luka pada wajahnya itu ikut mengerut membentuk jejak pada kulit yang sangat jelek. Sebenarnya, jelek itu sangat relatif. Bagi orang lain mungkin saja jelek. Yoan mungkin akan mengatakan lelaki itu sangat jelek, tapi tidak dengan Gadis. Justru dia tergoda untuk menyentuh luka itu, menyusuri garis merah muda yang menambah ketampanan lelaki itu.
Ini yang tidak dimengerti lelaki itu. Dia selalu berpikir kalau dirinya begitu buruk untuk dilihat, bahkan asisten dan orang-orang di sekitarnya juga menolak untuk melihatnya. Kenapa gadis ini begitu senang melihat wajahnya tanpa takut, tanpa jijik.
"Seharusnya kamu takut," kata lelaki itu lagi sambil mengubah posisi duduknya, bersandar pada punggung kursi. "Seharusnya kamu tidak suka melihatku."
Gadis diam saja. Dia tidak mengatakan apa pun untuk mengomentari lelaki itu. Dia tahu dia tidak boleh banyak bicara karena dia sendiri dalam posisi bersalah. Hanya saja, dia tidak mengerti kenapa dia tidak boleh melihat wajah tampan di depannya. Dia tidak mengerti kenapa lelaki itu tidak suka wajahnya terus dilihat.
"Apa yang kamu cari di sini?" tanya lelaki itu lagi. "Kenapa kamu keluar tengah malam begini?"
Seharusnya itu pertanyaan yang mudah. Gadis sudah memegang jawabannya, tapi kata-kata seperti berhenti di tenggorokannya, tidak bisa keluar begitu saja dari mulutnya. Dia sudah berusaha, tapi semakin lama menatap lelaki itu, semakin hilang pikiran sehatnya. Gadis itu hanya bisa menggeleng pelan, pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Misterio / SuspensoJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...