40. That Girl Named Goldie

432 101 9
                                    

Dia tahu dia tidak akan bisa menyembunyikan gadis kecil itu terlalu lama. Gadis kecil itu dengan cepat menjadi besar dan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar. Sama dengan dirinya dulu, Goldie dengan rasa penasaran bertanya apakah dia boleh keluar rumah, apakah dia boleh bermain dengan anak tetangga, apakah dia boleh berjalan-jalan di pasar, apakah dia boleh mendapatkan semua yang dia inginkan.

Gadis kepayahan. Awalnya dia bisa berbohong dengan mengatakan tentang monster atau hal lainnya, tapi semakin besar, Goldie menjadi anak yang semakin kritis dan logis. Gadis kecil tidak lagi menjadi anak bayi yang mudah percaya omongan ibunya. Dia selalu ingin membuktikan sesuatu, selalu penasaran pada sesuatu.

Contohnya saja, suatu hari Gadis mengajak gadis kecil itu untuk membereskan barang dagangan mereka di toko keperluan bayi yang sudah semakin besar milik Gadis. Toko itu dibuat Gadis di bagian samping rumah dengan pintu kaca dan jendela kaca besar. Beberapa pekerja menjaga toko itu. Mereka sedang melakukan pencatatan barang stok saat Gadis dan putrinya masuk.

Gadis kecil yang baru berumur empat tahun itu duduk di sofa kecil yang disediakan untuk tamu-tamu kecil mereka. Di tangannya ada permen gula-gula berbentuk naga dengan warna cokelat dan merah stroberi. Matanya tak lepas menatap semua karyawan yang sedang memindai barcode pada kemasan produk. 

Tiba-tiba dia bertanya pada ibunya, "Mama, apa tidak ada cara lain untuk membuat semua pekerjaan itu jadi lebih mudah?"

Ibunya menatap gadis kecil itu dengan bingung. "Cara apa?"

"Entahlah. Aku hanya berpikir kenapa mereka semua sibuk melakukan itu kalau Mama bisa mencatat barang yang masuk ke toko ini saat menerima barang itu."

Gadis tersenyum. "Goldie, yang mereka lakukan saat ini adalah melakukan stock opname. Mereka harus menyesuaikan kondisi yang ada di toko dengan catatan yang ada di dalam komputer. Tugas mereka memindai semua barcode barang untuk menghitung jumlahnya. Ini sudah sangat mudah dibandingkan harus mencatat satu persatu barang sepeti yang Mama lakukan saat pertama kali membuka toko ini dulu."

Goldie manatap ibunya lama, lalu melihat karyawan ibunya yang tersenyum karena pertanyaannya. 

Gadis tahu Goldie bukan salah memahami. Gadis kecil itu sama sekali tidak merasa bersalah. Justru otaknya sedang bekerja mencari cara untuk mempermudah pekerjaan karyawan ibunya. 

'Dia seperti ayahnya. Dia memiliki otak pemikir yang tidak akan bisa dianggap remeh oleh siapa pun. Dia tahu kalau dia tidak akan berhenti berpikir sampai dia mendapatkan solusi,' batin Gadis yang terus memperhatikan putri kecilnya itu.

Karena mengetahui bahwa putri kecilnya itu memiliki bakat alami seorang pemikir, Gadis mengajaknya untuk belajar dari orang-orang yang tepat. Dia mendaftarkan putri kecilnya di pusat sains. Awalnya dia merasa terlalu dini mengajak gadis kecil itu ke sana. Ternyata, Goldie langsung terlihat sangat tetarik menatap semua orang dewasa yang belajar di sana. Hari itu juga gadis kecil yang belajar membaca dan menulis di rumah bersama ibunya itu langsung masuk kelas untuk pemula bersama anak-anak kecil lainnya.

Tidak puas dengan itu semua, begitu sampai rumah, Goldie meminta pada ibunya untuk mendaftarkannya kursus bela diri. 

"Aku anak yang paling kecil di sana, Mama. Kalau aku tidak punya kemampuan bela diri, tentu aku akan menjadi anak yang mudah sekali dipermainkan," kata gadis berusia lima tahun itu.

Sudah pasti Gadis tidak ingin apa yang menimpanya saat berumur tujuh tahun lalu menimpa anaknya juga. Dia menuruti anaknya, memasukkan gadis kecil itu ke sebuah kelas judo untuk anak-anak dan les berenang pada sore harinya. 

Dengan banyaknya kegiatan di usia muda, Goldie tetap tidak merasa stres. Justru dia terlihat sangat bersemangat menghadapi kelas-kelas yang membuat Gadis sendiri lelah melihat jadwal anaknya.

The Runaway Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang