"Goldie! Goldie!" Gadis mendesis sambil menendangi kaki anaknya yang terbujur di dekat kakinya. Di sampingnya, suaminya masih terikat dalam keadaan tidak sadar. Anak-anaknya yang lain juga dibius karena terlalu ribut. Mereka berbaring di samping Goldie bersama pengasuh mereka.
Mereka tidak membius Gadis karena dia telah berpura-pura pingsan, bahkan dia tidak merespons saat seorang lelaki itu memegang daerah pribadinya untuk menguji apakah dia masih sadar atau tidak. Gadis tetap menahan diri. Dia sudah pernah menghadapi iblis, bahkan manusia serupa iblis. Dia tahu kali ini pun dia bisa menghadapi manusia terkutuk ini.
Tragedi yang terjadi di rumahnya itu membuatnya berpikir tentang satu orang. Ya, hanya satu orang yang memang memiliki kemampuan dan keberanian untuk melakukan ini.
"Goldie! Goldie!" panggilnya lagi sambil menendangi kaki anak itu.
Dia menggeser tubuhnya dengan kaki dan tangan diikat. Dia menggeliat seperti cacing agar bisa mencapai anaknya. Dia ingin melihat kondisi anaknya yang masuk dengan peluru bius menancap di punggung. Dia benar-benar khawatir bius itu terlalu kuat sampai membunuhnya.
Goldie masih pingsan. Gadis bisa memastikan itu. Goldie tertidur dengan mata setengah membuka seperti orang yang dibius di rumah sakit. Wajahnya seperti orang yang terpaksa tidur.
"Kasihan sekali anakku," bisik Gadis yang sangat ingin membelai gadis kecil itu.
Usianya sama persis dengannya saat pertama kali memulai petualangan dengan keluar dari rumah itu. Dia jadi berpikir, apa Tuhan sebenarnya memberikan takdir yang sama dengannya?
Tidak mungkin Juan akan diam saja jika melihatnya. Kecantikan Goldie memang luar biasa. Jangankan Juan, banyak lelaki yang melirik gadis itu atau terang-terangan mencari cara untuk mendekatinya. Untungnya, Goldie tidak meladeni mereka. Goldie masih memikirkan tentang prestasi dan sekolah homeschoolingg bersama orang tuanya. Dia kini bertugas mengajarkan pada adik-adiknya juga.
Dia mencoba memikirkan apa yang mungkin dilakukannya saat bertemu dengan Juan nanti. Di dalam hatinya masih ada getar yang sama, getar yang membuatnya mau menerima ciuman Juan belasan tahun lalu. Dia terus bertanya-tanya apa yang mungkin dilakukan Juan kalau tahu dia sudah berkeluarga dan bahagia tanpanya. Apakah Juan masih tetap mencari seperti dulu?
Gadis berusaha kembali ke bumi saat melihat Goldie bergerak. Dia mengerjap, keluar dari lamunannya. Dia mengamati anak gadisnya yang terlihat kesakitan. Dia menunggu sampai Goldie akhirnya bisa membuka mata dan terlihat kelabakan karena kaki dan tangannya terikat seperti binatang yang akan dijual.
"Mama?" tanya Goldie dengan pandangan yang masih tidak bisa fokus. "Mama?"
"Iya, Sayang. Ini Mama." Gadis berusaha mendekati anak gadisnya lagi dan mengaitkan kedua kakinya yang terikat pada kaki anaknya untuk membuat kontak fisik agar anaknya yakin kalau dia baik-baik saja.
"Mama, ini di mana?"
"Di dalam truk sepertinya," tebak Gadis sambil kembali melihat sekeliling.
"Truk? Astaga, kepalaku sakit sekali. Truk apa, Mama?"
"Truk besar. Papa dan adik-adikmu juga ada di sini. Untungnya tidak ada penjaga di sini. Kita bebas selama ada di dalam kotak ini."
"Kita akan dibawa ke mana?" Gadis remaja itu terus memejam untuk menahan rasa sakit dan mual yang datang bersamaan.
"Entahlah. Mama tidak tahu. Yang Mama tahu, kita akan dibawa untuk menemui Juan Butoijo."
"Dari mana Mama tahu?" tanya Goldie bingung. Dia berusaha menabrakkan kepalanya pada dinding atau lantai di belakangnya. Rasanya sakit sekali mendengar suara dengungan di dalam kepalanya itu. Setelah dia bisa menguasai diri, baru dia berkata, "Rasanya tidak mungkin kalau Juan Butoijo sejahat itu. Bagaimana dia sampai merusak dan membawa semua orang di rumah kita? Astaga, Mama! Kepalaku sakit sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Misterio / SuspensoJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...