"Halo?" ucap Goldie dengan suara bergetar. Dia duduk di dasar lemari ibunya dan menutup pintu lemari itu agar tidak ada yang mendengarnya dari luar.
"Boleh aku tahu siapa ini?" tanya laki-laki di ujung lain telepon itu. Suaranya dalam seperti suara perokok. Bahasa Inggrisnya berlogat Amerika dan terdengar fasih. Goldie membayangkan orang ini seperti salah satu polisi yang berjaga di luar rumahnya tadi.
"Aku Goldie."
"Ah! Hanya ada satu orang di dunia ini yang menamai anaknya Goldie. Apa kabar?"
"Kau mengenal ibuku?"
"Tentu saja, Nak. Aku mengenal ibumu walau tidak mengenalnya dengan baik. Aku yang membantu ibumu saat akan melahirkanmu. Bagaimana kabarnya?"
'Laki-laki yang ramah,' batin Goldie.
Dia juga senang karena tidak perlu banyak menjelaskan dan tidak perlu menghadapi lelaki dewasa yang dingin dan sedikit sekali berbicara. Setelah lama hidup dengan ayah tirinya yang periang di rumah, Goldie merasa agak canggung kalau berhubungan dengan lelaki dewasa yang pendiam.
"Ibuku ... sebenarnya aku tidak tahu bagaimana kondisinya. Dia ... kutinggalkan. Tepatnya, dia menyuruhku pegi."
"Dari rumah?"
"Tidak. Tidak. Hubungan kami baik-baik saja. Sangat baik malah. Ibuku ... ada di ... rumah ... Juan Butoijo."
"Shit! Lalu?"
"Kau menonton aku di televisi?"
"Tidak. Aku tidak punya televisi."
Hampir saja Goldie menyambar, "Makluk macam apa yang tidak punya televisi pada zaman semodern ini?" Untung saja dia ingat kalau laki-laki itu adalah satu-satunya harapannya. Tentu saja dia tidak boleh membuat lelaki itu sakit hati.
"Aku memenangkan kejuaraan debat tingkat Bu yang diadakan oleh perusahaan Juan Butoijo."
"Mirip dengan cerita di televisi. Lalu?"
"Dia melihatku dan berpikir bisa mendekatiku. Maksudku ... seperti laki-laki mendekati perempuan."
"Oh, shit! Benar-benar seperti cerita di televisi."
"Televisi macam apa? Kau berkata tidak punya televisi." Goldie akhirnya tidak tahan untuk tidak protes.
"Bukan aku yang menonton. Seseorang yang menonton dan menceritakannya padaku. Ada ayah dan anak yang saling jatuh cinta karena tidak tahu kalau mereka ayah dan anak. Oh, fuck! Ada apa denganku?"
Sebenarnya, Goldie ingin bertanya lebih lanjut. Dia jauh lebih penasaran film macam apa yang diceritakan pad lelaki ini sampai dia begitu tersentuh kelihatannya pada jalan ceritanya.
"Lanjutkan, Goldie! Abaikan saja aku. Belakangan ini pikiranku agak terganggu," kata lelaki itu. "Aku jadi agak sensitif beberapa tahun belakangan ini."
Bagaimana Goldie bisa meminta bantuan pada lelaki yang pikirannya sendiri sedang terganggu dan mengalami masalahnya sendiri?
"Aku ingin bantuanmu," ucap Goldie tanpa banyak bicara lagi. Kalau memang lelaki ini sudah tidak bisa diharapkan lagi, dia ingin mencari orang lain yang lebih berkompeten.
Rencananya, dia akan mencari uang ibunya dan ayahnya untuk memesan pembunuh bayaran saja. Mungkin saja di sekitar sini ada yang mau nekat mmebobol rumah besar itu demi ribuan dolar.
Goldie yakin ibunya takkan marah kalau dia membobol semua tabungan keluarga demi menyelamatkan adik-adiknya.
"Aku ingin kau masuk ke rumah Juan dan membawa adik-adikku kembali. Kalau ayah dan ibuku memang masih hidup, aku ingin kau membawa mereka kembali juga. Tolonglah! Aku tidak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Girl (On Going)
Mystery / ThrillerJuan Butoijo menjadi yatim piatu setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Pada saat yang sama, dia mendapatkan luka pada wajahnya, luka yang membuatnya merass tidak menarik. Gadis-gadis hanya menginginkan hartanya saja. Memangnya...